Babak Baru Perang Dagang Terbesar dalam Sejarah Ekonomi Resmi Dimulai

Senin, 24 September 2018 - 13:59 WIB
Babak Baru Perang Dagang...
Babak Baru Perang Dagang Terbesar dalam Sejarah Ekonomi Resmi Dimulai
A A A
BEIJING - Perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi memasuki babak baru, ketika Amerika Serikat (AS) resmi mulai hari ini memberlakukan tarif bea masuk terbesar terhadap produk-produk China. Konflik dagang antara negara-negara adidaya ekonomi terus berlanjut, ketika tarif AS senilai USD200 miliar terhadap produk China diterapkan mulai awal pekan ini atau waktu Beijing (04:01 GMT).

Kebijakan Negeri Paman Sam -julukan AS- tersebut diklaim sebagai respons terhadap apa yang dikatakan sebagai praktik perdagangan yang tidak adil oleh China. Aksi AS itu lantas mendapatkan balasan dari China yang menargetkan bea masuk senilai USD60 miliar atas produk asal AS. Diterangkan pihak Beijing bahwa AS sudah memulai perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi.

Langkah terbaru AS tercatat telah menghantam total impor China yang terkena kebijakan tarif AS sejak Juli mencapai USD250 miliar. Hal itu berarti sekitar separuh dari semua impor China ke AS saat ini harus tunduk terhadap kebijakan peningkatan tarif bea masuk impor. Apa yang terjadi pada perdagangan awal pekan, Senin (24.9/2018) yakni sekarang perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor produk-produk China harus membayar tambahan 10% pajak.

Aturan baru AS ini berlaku hampir terhadap 6.000 item, untuk menjadikannya sebagai babak baru perang tarif yang dilontarkan Washington. Kenaikan pajak ini bakal mempengaruhi harga beberapa produk di antaranya tas tangan, beras dan tekstil, meskipun beberapa produk seperti jam tangan serta kursi telah dikecualikan. Selanjutnya pajak bakal meningkat menjadi 25% di awal 2019, kecuali kedua negara mencapai kesepakatan.

Dilansir BBC, sebaliknya China menempatkan tambahan tarif 5% pada produk AS termasuk pesawat kecil, komputer serta tekstil dan tambahan 10% untuk produk-produk seperti bahan kimia, daging, gandum hingga anggur. Hingga saat ini secara total, AS telah memberlakukan tiga putaran tarif kepada produk-produk China sepanjang tahun 2018 ini dengan total senilai USD250 miliar.

Selanjutnya diterapkan tarif 25% pada impor senilai USD50 miliar dari China yang terpisah dari dua putaran sebelumnya. Pada bulan Juli, Gedung Putih meningkatkan biaya atas produk China senilai USD34 miliar. Kemudian bulan lalu, perang dagang meningkat saat AS menerapkan pajak 25% pada gelombang kedua senilai USD16 miliar. Beijing lantas mengenakan bea masuk atas USD50 miliar produk AS sebagai pembalasan, serta menargetkan sektor kunci dari basis politik presiden, seperti pertanian.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengungkapkan, alasannya memicu perang dagang antar dua ekonomi terbesar di dunia. Menurutnya dia harus menghentikan "transfer teknologi yang tidak adil dan kekayaan intelektual dari Amerika ke China" serta ditambahkan olehnya untuk melindungi pekerja AS. Sementara itu secara teori, tarif akan membuat produk buatan AS lebih murah daripada yang diimpor.

Jadi diharapkan konsumen terdorong untuk membeli produk asli Amerika. Idenya seperti diungkapkan Trump yaitu memacu bisnis lokal dan mendukung ekonomi nasional. Akan tetapi banyak perusahaan AS dan kelompok industri telah memberi kesaksian kepada Kantor Perwakilan Dagang AS bahwa bisnis mereka bakal dirugikan. Bahkan ada sinyal bahwa perusahaan dan ekonomi sudah terpengaruh, dimana IMF memperingatkan eskalasi besar terhadap pertumbuhan global.

Kebijakan tarif Trump merupakan bagian dari agenda perdagangan proteksionis yang diusungnya sejak menjabat, yang menantang bebarap dekade sistem perdagangan bebas global. Seterusnya, Trump mengancam, belum lama ini bakal menerapkan pajak terhadap produk lainnya senilai USD267 miliar, itu berarti hampir semua ekspor China ke AS akan dikenakan tarif baru.

Tidak jelas bagaimana China dapat menyesuaikan skala tarif AS dalam jangka waktu yang lebih lama. Diketahui AS membeli jauh lebih banyak dari China, daripada menjualnya kepada mereka, jadi China hanya memiliki ruang terbatas untuk membalas melalui perdagangan. Analis mengatakan China bisa menjadi kreatif dalam aksi perlawanan, dimana bisa membuat sulit perusahaan-perusahaan Amerika di China atau memaksa mata uangnya lebih rendah untuk meningkatkan ekspor.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1246 seconds (0.1#10.140)