Pesan Rizal Ramli ke Pemerintah: Benahi Ekspor-Impor
A
A
A
JAKARTA - Eks Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli memberikan pesan konstruktif ke pemerintah. Rizal meminta ekspor-impor dibenahi agar memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Rizal menjelaskan, masih tingginya impor bisa menjadi perhatian pemerintah. Sehingga harus ditekan dengan pajak tinggi supaya neraca perdagangan juga stabil.
"Ekspor-impor benahi baru keduanya stabil. Plastik, kendaraan, peralatan mobil impornya tumbuh lumayan tinggi," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Rizal menjelaskan, pemerintah bisa mengambil langkah menaikkan pajak impor barang-barang tersebut. Porsinya yang cukup besar dinilai Rizal memberikan dampak positif bila dikenakan tarif tinggi.
"Apakah itu dengan menaikkan pajak impor atau pajak penjualan dari sepeda motor dan lain-lain, nah ini total 67%. Kok doyannya yang kecil-kecil (tarifnya dinaikkan)," katanya.
Sementara, Rizal mengungkapkan, ribuan barang yang dikenakan tarif tinggi tersebut tidak berdampak banyak ke pengurangan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Sehingga gejolak global yang belum usai bisa semakin menekan perekonomian nasional.
"Indonesia sendiri meramalkan CAD bisa mencapai USD25 miliar, itu besar sekali. Dengan langkah printil itu, CAD akan kurang cuma USD1 miliar. Itu enggak cukup. Nah kalau begini caranya, enggak bakal mampu menghadapi gejolak berikutnya," pungkasnya.
Rizal menjelaskan, masih tingginya impor bisa menjadi perhatian pemerintah. Sehingga harus ditekan dengan pajak tinggi supaya neraca perdagangan juga stabil.
"Ekspor-impor benahi baru keduanya stabil. Plastik, kendaraan, peralatan mobil impornya tumbuh lumayan tinggi," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Rizal menjelaskan, pemerintah bisa mengambil langkah menaikkan pajak impor barang-barang tersebut. Porsinya yang cukup besar dinilai Rizal memberikan dampak positif bila dikenakan tarif tinggi.
"Apakah itu dengan menaikkan pajak impor atau pajak penjualan dari sepeda motor dan lain-lain, nah ini total 67%. Kok doyannya yang kecil-kecil (tarifnya dinaikkan)," katanya.
Sementara, Rizal mengungkapkan, ribuan barang yang dikenakan tarif tinggi tersebut tidak berdampak banyak ke pengurangan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Sehingga gejolak global yang belum usai bisa semakin menekan perekonomian nasional.
"Indonesia sendiri meramalkan CAD bisa mencapai USD25 miliar, itu besar sekali. Dengan langkah printil itu, CAD akan kurang cuma USD1 miliar. Itu enggak cukup. Nah kalau begini caranya, enggak bakal mampu menghadapi gejolak berikutnya," pungkasnya.
(ven)