Rupiah Lesu di Rp15.075, Gagal Memanfaatkan Pelemahan Dolar AS
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di indeks Bloomberg, Rabu (3/10/2018) ditutup melemah 33 poin atau 0,22% ke level Rp15.075 per USD.
Awal perdagangan, rupiah dibuka terdepresiasi 23 poin ke level Rp15.065 per USD, berbanding penutupan Selasa lalu di Rp15.042. Rabu ini, mata uang NKRI diperdagangkan di Rp15.065-Rp15.087 per USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada petang ini, terpantau menunduk 30 poin atau 0,20% menjadi Rp15.040 per USD. Sepanjang hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.984-Rp15.090 per USD.
Sementara itu, melansir dari Reuters, indeks USD terhadap enam mata uang utama menurun 0,25% ke level 95,288, setelah menyentuh posisi 95,744 semalam, level tertinggi sejak 4 September 2018.
Indeks USD telah maju sekitar 1,4% sejak Rabu pekan lalu, ketika Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga. Menurunnya dolar disebabkan aksi profit taking dan membaiknya kabar politik di Italia.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte bersedia menurunkan rencana defisit secara bertahap menjadi 2% PDB pada 2021, dari sebelumnya 2,4% dari PDB. Hal tersebut membuat euro naik 0,35% menjadi USD1,1585, setelah semalam turun menjadi USD1,1505, level terburuk sejak 21 Agustus.
Meski dolar melemah, namun rupiah gagal memanfaatkannya. Hal ini disebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia pada akhir 2018 yang diperkirakan oleh pemerintah masih di kisaran 3% dari PDB. Hal ini akan berpengaruh terhadap rupiah. Prospek mata uang yang melesu membuat investor enggan mengoleksi aset yang harganya masih akan terus turun.
Awal perdagangan, rupiah dibuka terdepresiasi 23 poin ke level Rp15.065 per USD, berbanding penutupan Selasa lalu di Rp15.042. Rabu ini, mata uang NKRI diperdagangkan di Rp15.065-Rp15.087 per USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada petang ini, terpantau menunduk 30 poin atau 0,20% menjadi Rp15.040 per USD. Sepanjang hari ini, rupiah diperdagangkan di Rp14.984-Rp15.090 per USD.
Sementara itu, melansir dari Reuters, indeks USD terhadap enam mata uang utama menurun 0,25% ke level 95,288, setelah menyentuh posisi 95,744 semalam, level tertinggi sejak 4 September 2018.
Indeks USD telah maju sekitar 1,4% sejak Rabu pekan lalu, ketika Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga. Menurunnya dolar disebabkan aksi profit taking dan membaiknya kabar politik di Italia.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte bersedia menurunkan rencana defisit secara bertahap menjadi 2% PDB pada 2021, dari sebelumnya 2,4% dari PDB. Hal tersebut membuat euro naik 0,35% menjadi USD1,1585, setelah semalam turun menjadi USD1,1505, level terburuk sejak 21 Agustus.
Meski dolar melemah, namun rupiah gagal memanfaatkannya. Hal ini disebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia pada akhir 2018 yang diperkirakan oleh pemerintah masih di kisaran 3% dari PDB. Hal ini akan berpengaruh terhadap rupiah. Prospek mata uang yang melesu membuat investor enggan mengoleksi aset yang harganya masih akan terus turun.
(ven)