Kemitraan Internasional Dukung Pendanaan Bencana di IMF-WBG 2018

Rabu, 10 Oktober 2018 - 21:51 WIB
Kemitraan Internasional...
Kemitraan Internasional Dukung Pendanaan Bencana di IMF-WBG 2018
A A A
NUSA DUA - Bencana gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat serta gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, memberi duka bagi kita semua di Indonesia. Beberapa negara lain pun berempati atas bencana ini.

Pun di negara-negara lain di dunia juga terjadi bencana. Kerugian yang diderita atas musibah bencana tidak sedikit. Dan kemampuan pemerintahan masing-masing negara yang terkena bencana dalam menanggulangi tidak sama.

Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menjadi pembicara dalam seminar yang bertema 'Disaster Risk Finance and Insurance' di Bali International Convention Center (BICC), mengajak para peserta yang hadir dari berbagai negara untuk saling berbagi dan menemukan solusi yang tepat, khususnya dalam hal pembiayaan dan asuransi risiko bencana.

Melihat kondisi ini, salah satu lembaga kemitraan internasional untuk solusi pendanaan bencana yakni InsuResillience Global Partnership menggelontorkan anggaran USD675 juta untuk 73 negara yang mengalami bencana. Jumlah ini akan bertambah, misalnya pemerintah Jerman akan membuat komitmen sebesar USD90 juta, jumlah ini juga akan disamai oleh beberapa negara lain.

"Jumlah finalnya akan diumumkan 2 hari lagi pada pertemuan tahunan IMF-World Bank Group 2018 di Bali," kata anggota InsuResillience Global Partnership Sönke Kreft di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).

Sönke yang juga Executive Director of Munich Climate Insurance Initiative mengatakan, fasilitas pendanaan yang pernah digelontorkan anggota Kemitraan ini antara lain pada 2014, African Risk Capacity (ARC) telah membayarkan lebih dari USD34 juta ke 4 negara yang terdampak kekeringan: Mauritania, Niger, Senegal dan Malawi.

Tahun 2018, Tonga menerima pembayaran dana USD3,5 juta setelah terdampak siklon "Gita" dari Pacific Catastrophe Risk Assessment and Financing Initiative (PCRAFI).

Lahirnya berbagai lembaga kemitraan untuk solusi pendanaan bencana, salah satunya InsuResillience Global Partnership, dilatarbelakangi terbentuknya kelompok negara V20 atau The Vulnerable Twenty.

V20 adalah kelompok Menteri Keuangan dari anggota Climate Vulnerable Forum yang didedikasikan untuk inisiatif kerjasama negara-negara yang secara sistemik rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Anggota V20 diantaranya adalah Afghanistan, Bangladesh, Barbados, Bhutan, Burkina Faso, Kamboja, Kosta Rika, Republik Dominika, Ethiopia, Fiji, Ghana, Grenada, Guatemala, serta Haïti. Kelompok ini pertama dibentuk tahun 2015 dalam pertemuan tahunan IMF-World Bank Group di Peru.

Sementara itu, InsuResillience Global Partnership sejak berdirinya pada pertemuan iklim PBB (UNFCCC COP23) di Bonn, Jerman, lebih dari 40 negara telah bergabung dalam Kemitraan yang bertujuan memperkuat kepentingan negara-negara berkembang dan melindungi kehidupan dan penghidupan masyarakat miskin dan rentan terhadap dampak bencana.

"Hal ini (kemitraan) melengkapi usaha-usaha yang ada dalam negara-negara untuk menghindari, mengurangi dan mengatasi risiko iklim dan bencana," pungkas Sönke.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7551 seconds (0.1#10.140)