Gedung Baru FEB UGM sebagai Learning Center
A
A
A
GEDUNG Pusat Pembelajaran FEB Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mulai dibangun pada awal 2017 kini sudah beroperasi.
Pembangunan gedung ramah lingkungan dengan anggaran sekitar Rp48 miliar ini akan menjadi pusat pengembangan inovasi, kreativitas, dan pembelajaran kolaboratif. Gedung ini memiliki basement yang digunakan sebagai tempat parkir, water treatment facility, dan loading dock.
Gedung ini memiliki laboratorium komputer, coaching room, dan IT support office. Kemudian, di lantai enam terdapat ruang kelas kolaboratif (collaborative class ) dan ruang-ruang kuliah.
Sementara di lantai tujuh terdapat Co Working Space yang dapat digunakan mahasiswa. Ruangan ini di desain sangat modern. Sesuai dengan kebutuha n generasi milenial.
Gedung ini juga didesain dengan konsep green building atau bangunan ramah lingkungan dan hemat energi. Jadi, ketika ruangan sepi atau tidak ada aktivitas manusia, alat-alat elektronik seperti lampu dan air conditioner (AC) akan mengurangi dayanya secara otomatis.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam sambutan peresmiannya dikutip dari laman Keluarga Alumni UGM (Kagama) mengatakan, gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM jangan hanya dijadikan gedung, melainkan juga dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mahasiswa.
Nasir menambahkan, kualitas pendidikan tinggi perlu ditingkatkan dengan sistem pengelolaan korporasi. Sementara Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) diharapkan menjadi partner strategis pemerintah dalam membangun bangsa Indonesia.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Keluarga Alumni Hukum Gadjah Mada (Kahgama), Otto Hasibuan. “Saya ajak semua, Kagama selaku institusi dan alumni selaku individu untuk menjadi partner pemerintah yang strategis dalam membangun bangsa kita,” kata Otto.
Dia mengatakan, menjadi partner bagi pemerintah ini merupakan salah satu poin dalam hymne Universitas Gadjah Mada, yakni berbakti pada Nusa Pertiwi. Untuk itu, katanya, alumni Gadjah Mada tidak boleh menjadi menara gading atau tak peduli dengan kondisi sosial masyarakat.
Sebaliknya, Otto mengajak alumni UGM untuk berbakti kepada masyarakat dalam bidang apa pun. “Gadjah Mada tidak boleh jadi menara gading. Gadjah Mada ada di mana-mana,” katanya.
Lebih jauh, Otto mengajak alumni UGM untuk menjunjung persatuan. Dikatakan, Gadjah Mada dikenal sebagai universitas yang memiliki wawasan kebangsaan. “Kita tidak pernah terkotak-kotak. Apa pun yang terjadi, persatuan harus dijunjung tinggi,” katanya.
Otto Hasibuan mengaku UGM merasa bangga dan terhormat lantaran terdapat salah satu alumninya yang menjadi presiden. Menurut dia, tidak semua universitas memiliki kesempatan tersebut.
“Untuk itu, kita doakan supaya Pak Joko Widodo sehat, bisa berhasil pimpin bangsa ini dengan baik, demi kejayaan bangsa kita,” harapnya.
Pembangunan gedung ramah lingkungan dengan anggaran sekitar Rp48 miliar ini akan menjadi pusat pengembangan inovasi, kreativitas, dan pembelajaran kolaboratif. Gedung ini memiliki basement yang digunakan sebagai tempat parkir, water treatment facility, dan loading dock.
Gedung ini memiliki laboratorium komputer, coaching room, dan IT support office. Kemudian, di lantai enam terdapat ruang kelas kolaboratif (collaborative class ) dan ruang-ruang kuliah.
Sementara di lantai tujuh terdapat Co Working Space yang dapat digunakan mahasiswa. Ruangan ini di desain sangat modern. Sesuai dengan kebutuha n generasi milenial.
Gedung ini juga didesain dengan konsep green building atau bangunan ramah lingkungan dan hemat energi. Jadi, ketika ruangan sepi atau tidak ada aktivitas manusia, alat-alat elektronik seperti lampu dan air conditioner (AC) akan mengurangi dayanya secara otomatis.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir dalam sambutan peresmiannya dikutip dari laman Keluarga Alumni UGM (Kagama) mengatakan, gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM jangan hanya dijadikan gedung, melainkan juga dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mahasiswa.
Nasir menambahkan, kualitas pendidikan tinggi perlu ditingkatkan dengan sistem pengelolaan korporasi. Sementara Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) diharapkan menjadi partner strategis pemerintah dalam membangun bangsa Indonesia.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Keluarga Alumni Hukum Gadjah Mada (Kahgama), Otto Hasibuan. “Saya ajak semua, Kagama selaku institusi dan alumni selaku individu untuk menjadi partner pemerintah yang strategis dalam membangun bangsa kita,” kata Otto.
Dia mengatakan, menjadi partner bagi pemerintah ini merupakan salah satu poin dalam hymne Universitas Gadjah Mada, yakni berbakti pada Nusa Pertiwi. Untuk itu, katanya, alumni Gadjah Mada tidak boleh menjadi menara gading atau tak peduli dengan kondisi sosial masyarakat.
Sebaliknya, Otto mengajak alumni UGM untuk berbakti kepada masyarakat dalam bidang apa pun. “Gadjah Mada tidak boleh jadi menara gading. Gadjah Mada ada di mana-mana,” katanya.
Lebih jauh, Otto mengajak alumni UGM untuk menjunjung persatuan. Dikatakan, Gadjah Mada dikenal sebagai universitas yang memiliki wawasan kebangsaan. “Kita tidak pernah terkotak-kotak. Apa pun yang terjadi, persatuan harus dijunjung tinggi,” katanya.
Otto Hasibuan mengaku UGM merasa bangga dan terhormat lantaran terdapat salah satu alumninya yang menjadi presiden. Menurut dia, tidak semua universitas memiliki kesempatan tersebut.
“Untuk itu, kita doakan supaya Pak Joko Widodo sehat, bisa berhasil pimpin bangsa ini dengan baik, demi kejayaan bangsa kita,” harapnya.
(don)