IHSG Rontok 42,54 Poin, Bursa Asia Ditutup Terpuruk
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (23/10/2018) ditutup rontok sebesar 42,54 poin alias 0,73% ke level 5.797,89.
Awal perdagangan, indeks dibuka melemah 1,74 poin atau 0,03% ke level 5.838,69. Sepanjang Selasa ini, IHSG diperdagangkan di kisaran 5.797,34-5.848,04.
Sembilan indeks sektoral tercatat melemah sehingga membebani indeks, diantaranya sektor infrastruktur yang jatuh 2,01%, pertambangan turun 1,4% dan perkebunan melemah 0,99%. Satu-satunya yang positif terjadi pada aneka industri yang naik 0,84%.
Dari 555 saham yang diperdagangkan, 273 turun, 138 tetap dan 144 menguat. Nilai transaksi saham sebesar Rp8,03 triliun dari 10,45 miliar lembar saham. Transaksi bersih asing minus Rp84,38 miliar, dengan aksi jual asing Rp2,41 triliun melawan aksi beli asing Rp2,32 triliun.
Senada, pasar saham Asia ditutup melemah pada Selasa ini karena investor tetap berhati-hati mencermati meningkatnya ketegangan global. Mengutip CNBC, indeks Shanghai turun 2,26% menjadi 2.594,83 dan Shenzhen berkurang 1,92% ke level 1.300,29. Dan indeks Hang Seng Hong Kong merugi 3%.
Di Korea Selatan, Kospi turun 2,57% menjadi 2.106,10, posisi terendah sejak Maret 2017. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 2,67% menjadi 22.010,78 sementara indeks Topix turun 2,63% menjadi 1.650,72. ASX 200 Australia ditutup turun 1,05% pada level 5.843,1, karena sektor keuangan jatuh 1,18% dan energi menurun 3,21%.
Khiem Do, kepala multi aset Asia di Barings mengatakan kepada CNBC, melemahnya pasar saham Asia karena ketegangan perdagangan yang membuat dolar AS terlalu kuat. Hal ini membuat investor merasa momen yang belum tepat untuk masuk kembali ke pasar Asia.
"Dengan dolar AS masih terlalu kuat dan suku bunga di AS yang kemungkinan akan meningkat, saya kira membut investor belum tepat masuk kembali ke pasar," katanya.
Awal perdagangan, indeks dibuka melemah 1,74 poin atau 0,03% ke level 5.838,69. Sepanjang Selasa ini, IHSG diperdagangkan di kisaran 5.797,34-5.848,04.
Sembilan indeks sektoral tercatat melemah sehingga membebani indeks, diantaranya sektor infrastruktur yang jatuh 2,01%, pertambangan turun 1,4% dan perkebunan melemah 0,99%. Satu-satunya yang positif terjadi pada aneka industri yang naik 0,84%.
Dari 555 saham yang diperdagangkan, 273 turun, 138 tetap dan 144 menguat. Nilai transaksi saham sebesar Rp8,03 triliun dari 10,45 miliar lembar saham. Transaksi bersih asing minus Rp84,38 miliar, dengan aksi jual asing Rp2,41 triliun melawan aksi beli asing Rp2,32 triliun.
Senada, pasar saham Asia ditutup melemah pada Selasa ini karena investor tetap berhati-hati mencermati meningkatnya ketegangan global. Mengutip CNBC, indeks Shanghai turun 2,26% menjadi 2.594,83 dan Shenzhen berkurang 1,92% ke level 1.300,29. Dan indeks Hang Seng Hong Kong merugi 3%.
Di Korea Selatan, Kospi turun 2,57% menjadi 2.106,10, posisi terendah sejak Maret 2017. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 2,67% menjadi 22.010,78 sementara indeks Topix turun 2,63% menjadi 1.650,72. ASX 200 Australia ditutup turun 1,05% pada level 5.843,1, karena sektor keuangan jatuh 1,18% dan energi menurun 3,21%.
Khiem Do, kepala multi aset Asia di Barings mengatakan kepada CNBC, melemahnya pasar saham Asia karena ketegangan perdagangan yang membuat dolar AS terlalu kuat. Hal ini membuat investor merasa momen yang belum tepat untuk masuk kembali ke pasar Asia.
"Dengan dolar AS masih terlalu kuat dan suku bunga di AS yang kemungkinan akan meningkat, saya kira membut investor belum tepat masuk kembali ke pasar," katanya.
(ven)