Menteri Jonan: Rasio Elektrifikasi Capai 98% di Kuartal III/2018
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, hingga kuartal ke III tahun 2018 rasio elektrifikasi nasional telah mencapai 98%. Angka ini melebihi target yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM).
"98% dari masyarakat di tanah air saat ini sudah menikmati layanan listrik. Ini melebihi target yang sudah ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) itu sebenarnya targetnya sebesar 97,5% rasio elektrifikasi diakhir 2018, tahun depan targetnya 99,9%," ujar Menteri Jonan dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (23/10).
Meski telah melebihi target, Jonan masih menyatakan masih tersisa 2% atau setara dengan 5,2 juta masyarakat Indonesia yang belum menikmati listrik. Untuk itu, Jonan mengatakan bahwa pemanfaatan energi baru terbarukan akan melengkapi rasio kelistrikan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
"5,2 juta masyarakat Indonesia yang belum menikmati penerangan atau listrik itu sangat banyak, setara dengan seluruh populasi Negara Singapura, karena itu saya sangat berharap tahun depan seluruhnya akan dapat menikmati penerangan dan untuk daerah-daerah yang terisolir dan sulit dijangkau kita gunakan energi baru terbarukan," paparnya.
Selain ketersediaan pasokan listrik, untuk sektor kelistrikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah memberikan arahan agar harga listrik dapat dijangkau semua masyarakat, bukan hanya lapisan masyarakat menengah saja. "Arahan Bapak Presiden, diusahakan agar listrik dapat terjangkau masayarakat. Terjangkau masyarakat itu tidak bisa dilapisan menengah tetapi harus dihitung dari lapisan saudara-saudara kita yang masih kurang beruntung sehingga masih rentan miskin," jelas Jonan.
Pemerintah terus mengupayakan melistriki seluruh wilayah Indonesia agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati listrik sebagai pintu peradaban dan wujud energi berkeadilan. Usaha mewujudkan energi berkeadilan terus dilakukan Kementerian ESDM demi keterjangkauan sumber energi di masyarakat, baik terjangkau dari segi akses maupun dari tarif.
"Kita tidak ingin pembangunan manusia Indonesia di daerah-daerah sulit dan terpencil terhambat dan makin lama makin ketinggalan oleh masyarakat kota yang sudah dapat memiliki akses internet dan dapat belajar kapanpun waktunya baik siang maupun malam," tutup Jonan.
"98% dari masyarakat di tanah air saat ini sudah menikmati layanan listrik. Ini melebihi target yang sudah ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) itu sebenarnya targetnya sebesar 97,5% rasio elektrifikasi diakhir 2018, tahun depan targetnya 99,9%," ujar Menteri Jonan dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (23/10).
Meski telah melebihi target, Jonan masih menyatakan masih tersisa 2% atau setara dengan 5,2 juta masyarakat Indonesia yang belum menikmati listrik. Untuk itu, Jonan mengatakan bahwa pemanfaatan energi baru terbarukan akan melengkapi rasio kelistrikan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
"5,2 juta masyarakat Indonesia yang belum menikmati penerangan atau listrik itu sangat banyak, setara dengan seluruh populasi Negara Singapura, karena itu saya sangat berharap tahun depan seluruhnya akan dapat menikmati penerangan dan untuk daerah-daerah yang terisolir dan sulit dijangkau kita gunakan energi baru terbarukan," paparnya.
Selain ketersediaan pasokan listrik, untuk sektor kelistrikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah memberikan arahan agar harga listrik dapat dijangkau semua masyarakat, bukan hanya lapisan masyarakat menengah saja. "Arahan Bapak Presiden, diusahakan agar listrik dapat terjangkau masayarakat. Terjangkau masyarakat itu tidak bisa dilapisan menengah tetapi harus dihitung dari lapisan saudara-saudara kita yang masih kurang beruntung sehingga masih rentan miskin," jelas Jonan.
Pemerintah terus mengupayakan melistriki seluruh wilayah Indonesia agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati listrik sebagai pintu peradaban dan wujud energi berkeadilan. Usaha mewujudkan energi berkeadilan terus dilakukan Kementerian ESDM demi keterjangkauan sumber energi di masyarakat, baik terjangkau dari segi akses maupun dari tarif.
"Kita tidak ingin pembangunan manusia Indonesia di daerah-daerah sulit dan terpencil terhambat dan makin lama makin ketinggalan oleh masyarakat kota yang sudah dapat memiliki akses internet dan dapat belajar kapanpun waktunya baik siang maupun malam," tutup Jonan.
(akr)