OJK Luncurkan Empat Program Inklusi dan Perlindungan Konsumen
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggandeng Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) untuk mencapai inklusi keuangan sebesar 75% pada tahun 2019. Otoritas terus memperluas akses keuangan yang disertai dengan terciptanya perlindungan konsumen.
Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan, pihaknya bersama pelaku jasa keuangan meluncurkan empat program untuk mendukung inklusi keuangan dan perlindungan konsumen. Pertama dengan kampanye Simpanan Pelajar (SimPel dan SimPel iB) Goes to School.Kampanye tersebut demi mendorong penetrasi produk tabungan untuk siswa. Tabungan tersebut untuk mendorong budaya menabung sejak dini, dalam rangka peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
“Sekarang juga ada Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda). Tabungan ini untuk segmen usia 18 hingga 30 tahun. Produknya bisa dilengkapi asuransi atau produk investasi tergantung perbankan,” ujar Tirta kemarin saat membuka acara Financial Institution (FinEXPO) & SunDown Run 2018 sebagai puncak dari Bulan Inklusi Keuangan di Jakarta, Sabtu (21/10/2018).
Dia juga mengatakan terobosan lainnya berupa Reksa Dana Syariahku (SAKU) yaitu program investasi syariah untuk pelajar dan mahasiswa yang bersifat massal. Ciri khas program ini berupa produk reksa dana syariah dengan persyaratan yang mudah dan sederhana.Inovasi lainnya adalah Reksa Dana Mini Mart atau penjualan reksa dana dengan mudah melalui jaringan minimarket. Program ini untuk menambah alternatif pilihan pembayaran reksa dana. Selain melalui transfer bank, pembayaran reksa dana juga bisa dilakukan secara tunai, atau e-money, atau kartu debit di seluruh jaringan minimarket terdekat.“Program dan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia terhadap produk dan layanan jasa keuangan serta membuka akses keuangan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Asuransi, Pembiayaan, Pegadaian dan Dana Pensiun,” katanya.
Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan dengan tema ‘Semua Inklusi, Perlindungan Pasti’ kali ini mencanangkan perlunya kesadaran Warga Negara Indonesia dalam pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan serta pentingnya perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan tahun ini diikuti 557 Lembaga Jasa Keuangan di seluruh Indonesia dengan total kegiatan mencapai 2.223 kegiatan. Dari kegiatan yang dilakukan tercatat peningkatan pembukaan rekening dari 5.489.145 rekening pada 2017 menjadi 7.511.700 pada tahun ini.
Sejak diresmikan 2015 lalu, OJK telah menggandeng 322.039 sekolah di seluruh Indonesia untuk penggunaan tabungan Simpel bagi siswa. Dari total tersebut tercatat saldo rata-rata per siswa saat ini mencapai Rp391.650 yang mengendap di perbankan.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir mengatakan, hingga kini pihaknya mencatatkan 16.280.353 siswa yang menggunakan tabungan Simpel bersama 293 bank penyelenggara. Strategi otoritas yang dilakukan juga dengan menggunakan pendekatan teknologi digital yang lebih akrab untuk generasi muda saat ini.
“Kami melakukan OJK Goes to School pada 15 sekolah di Jabodetabek. Kami ingin mendorong rekening dan pemanfaatan kualitas rekening siswa. Mereka bisa belajar menyimpan uang dari masa sekolah. Semoga nanti terus berlanjut menabung hingga seterusnya,” ujar Sondang di SMKN 27, Jakarta.
Dia juga mengatakan pihaknya juga terus melakukan edukasi dan literasi keuangan untuk berbagai segmen khususnya perempuan seperti komunitas hijabers. Dia juga membagikan tips untuk mengedukasi siswa dalam menabung yaitu uang tabungan itu harus disisihkan di awal dan bukannya disisakan di akhir.Saran lainnya dalam menabung adalah membagi penghasilan yang didapat sebesar 10% untuk dana darurat, 20% untuk menabung, 30% untuk bayar hutang, dan 40% sebagai biaya hidup. Namun kenyataannya masih ada yang 60% sampai 100% buat bayar hutang.
Kebiasaan seperti ini dinilain yang berbahaya. Sedangkan cita citanya ingin punya rumah sendiri atau beli keperluan sendiri. “Kalau untuk anak sekolah bisa menabung seluruh uang yang didapat karena untuk keperluan sekolah sudah dari orangtuanya. Uang berapapun akan habis sia-sia kalau tidak ditabung,” ujarnya.
Sementara itu CEO BNI Wilayah Jakarta Kota, Yessy Kurnia, mengatakan pihaknya mensinergikan tabungan Simpel dengan Yap!. Aplikasi Yap! merupakan aplikasi pembayaran elektronik dengan sumber dana yang bersumber dari Kartu Kredit BNI, rekening kartu debit, dan rekening uang elektronik. Pembayaran dapat dilakukan menggunakan smartphone.
“Kami mendukung tabungan Simpel dengan transaksi digital sehingga lebih disukai oleh generasi muda. Dalam acara ini sebanyak 1.343 siswa sudah download Yap! dan mencoba bertransaksi langsung,” ujar Yessy dalam kesempatan sama.
Salah seorang siswa SMKN 27 Marisa Leviani dari kelas XI Busana 3, mengaku sangat memanfaatkan rekening tabungan bank untuk kegiatan bisnis yang dikembangkan bersama rekannya di sekolah. Mereka fokus memproduksi upcycle produk fashion dari bahan sisa atau reject berbagai butik.Dari produk sisa tersebut mereka merancang desain untuk menghasilkan rok, dress, hingga jilbab. Omzet mereka saat ini mencapai Rp6 juta dengan laba sebesar 40%.
Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan, pihaknya bersama pelaku jasa keuangan meluncurkan empat program untuk mendukung inklusi keuangan dan perlindungan konsumen. Pertama dengan kampanye Simpanan Pelajar (SimPel dan SimPel iB) Goes to School.Kampanye tersebut demi mendorong penetrasi produk tabungan untuk siswa. Tabungan tersebut untuk mendorong budaya menabung sejak dini, dalam rangka peningkatan literasi dan inklusi keuangan.
“Sekarang juga ada Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda). Tabungan ini untuk segmen usia 18 hingga 30 tahun. Produknya bisa dilengkapi asuransi atau produk investasi tergantung perbankan,” ujar Tirta kemarin saat membuka acara Financial Institution (FinEXPO) & SunDown Run 2018 sebagai puncak dari Bulan Inklusi Keuangan di Jakarta, Sabtu (21/10/2018).
Dia juga mengatakan terobosan lainnya berupa Reksa Dana Syariahku (SAKU) yaitu program investasi syariah untuk pelajar dan mahasiswa yang bersifat massal. Ciri khas program ini berupa produk reksa dana syariah dengan persyaratan yang mudah dan sederhana.Inovasi lainnya adalah Reksa Dana Mini Mart atau penjualan reksa dana dengan mudah melalui jaringan minimarket. Program ini untuk menambah alternatif pilihan pembayaran reksa dana. Selain melalui transfer bank, pembayaran reksa dana juga bisa dilakukan secara tunai, atau e-money, atau kartu debit di seluruh jaringan minimarket terdekat.“Program dan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia terhadap produk dan layanan jasa keuangan serta membuka akses keuangan untuk sektor Perbankan, Pasar Modal, Asuransi, Pembiayaan, Pegadaian dan Dana Pensiun,” katanya.
Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan dengan tema ‘Semua Inklusi, Perlindungan Pasti’ kali ini mencanangkan perlunya kesadaran Warga Negara Indonesia dalam pemanfaatan produk dan layanan jasa keuangan serta pentingnya perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.
Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan tahun ini diikuti 557 Lembaga Jasa Keuangan di seluruh Indonesia dengan total kegiatan mencapai 2.223 kegiatan. Dari kegiatan yang dilakukan tercatat peningkatan pembukaan rekening dari 5.489.145 rekening pada 2017 menjadi 7.511.700 pada tahun ini.
Sejak diresmikan 2015 lalu, OJK telah menggandeng 322.039 sekolah di seluruh Indonesia untuk penggunaan tabungan Simpel bagi siswa. Dari total tersebut tercatat saldo rata-rata per siswa saat ini mencapai Rp391.650 yang mengendap di perbankan.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK Sondang Martha Samosir mengatakan, hingga kini pihaknya mencatatkan 16.280.353 siswa yang menggunakan tabungan Simpel bersama 293 bank penyelenggara. Strategi otoritas yang dilakukan juga dengan menggunakan pendekatan teknologi digital yang lebih akrab untuk generasi muda saat ini.
“Kami melakukan OJK Goes to School pada 15 sekolah di Jabodetabek. Kami ingin mendorong rekening dan pemanfaatan kualitas rekening siswa. Mereka bisa belajar menyimpan uang dari masa sekolah. Semoga nanti terus berlanjut menabung hingga seterusnya,” ujar Sondang di SMKN 27, Jakarta.
Dia juga mengatakan pihaknya juga terus melakukan edukasi dan literasi keuangan untuk berbagai segmen khususnya perempuan seperti komunitas hijabers. Dia juga membagikan tips untuk mengedukasi siswa dalam menabung yaitu uang tabungan itu harus disisihkan di awal dan bukannya disisakan di akhir.Saran lainnya dalam menabung adalah membagi penghasilan yang didapat sebesar 10% untuk dana darurat, 20% untuk menabung, 30% untuk bayar hutang, dan 40% sebagai biaya hidup. Namun kenyataannya masih ada yang 60% sampai 100% buat bayar hutang.
Kebiasaan seperti ini dinilain yang berbahaya. Sedangkan cita citanya ingin punya rumah sendiri atau beli keperluan sendiri. “Kalau untuk anak sekolah bisa menabung seluruh uang yang didapat karena untuk keperluan sekolah sudah dari orangtuanya. Uang berapapun akan habis sia-sia kalau tidak ditabung,” ujarnya.
Sementara itu CEO BNI Wilayah Jakarta Kota, Yessy Kurnia, mengatakan pihaknya mensinergikan tabungan Simpel dengan Yap!. Aplikasi Yap! merupakan aplikasi pembayaran elektronik dengan sumber dana yang bersumber dari Kartu Kredit BNI, rekening kartu debit, dan rekening uang elektronik. Pembayaran dapat dilakukan menggunakan smartphone.
“Kami mendukung tabungan Simpel dengan transaksi digital sehingga lebih disukai oleh generasi muda. Dalam acara ini sebanyak 1.343 siswa sudah download Yap! dan mencoba bertransaksi langsung,” ujar Yessy dalam kesempatan sama.
Salah seorang siswa SMKN 27 Marisa Leviani dari kelas XI Busana 3, mengaku sangat memanfaatkan rekening tabungan bank untuk kegiatan bisnis yang dikembangkan bersama rekannya di sekolah. Mereka fokus memproduksi upcycle produk fashion dari bahan sisa atau reject berbagai butik.Dari produk sisa tersebut mereka merancang desain untuk menghasilkan rok, dress, hingga jilbab. Omzet mereka saat ini mencapai Rp6 juta dengan laba sebesar 40%.
(akr)