Kejadian JT-610 Pengaruhi Rating Penerbangan Indonesia di Dunia
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Bambang Haryo Soekartono, menilai rating keselamatan penerbangan Indonesia bisa terpengaruh akibat kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 beberapa waktu lalu.
"Kita baru lolos dari larangan terbang di Eropa. Ini sebetulnya merupakan prestasi yang baik bagi Kementerian Perhubungan. Tapi dengan kecelakaan Lion Air ini tentu jadi sorotan dunia. Pasti ini juga akan berpengaruh terhadap rating kita," ucapnya di Gedung DPR, Kamis (1/11/2018).
Menurutnya, saat ini Indonesia masuk dalam 38 negara dengan tingkat keselamatan penerbangan yang cukup rendah. Masyarakat internasional pun belum sepenuhnya percaya pada penerbangan nasional.
"Harusnya Lion Air bisa memberikan jaminan keselamatan bagi penumpang. Kemenhub juga harus malu dengan adanya pernyataan petinggi Lion itu. Padahal, Lion merupakan yang terbesar dengan menguasai 50% armada pesawat di Indonesia," jelasnya.
Legilator dari Fraksi Partai Gerindra itu menyatakan, peristiwa ini jadi tamparan keras bagi Kemenhub. Mengapa pesawat dengan keselamatan kurang masih dioperasikan. "Berarti pemerintah belum memperhatikan budaya keselamatan nyawa publik," ungkapnya.
Sementara terkait kinerja Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Bambang menilai sejauh ini cukup baik. "Saya pikir KNKT cukup bagus. Investigasi kecelakaan JT-610 baru bisa kita ketahui setelah membongkar black box yang ditemukan," tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR, Muhidin Mohamad Said, menduga pesawat Boeing 737 Max 8 meledak di udara sebelum jatuh di perairan Karawang.
Dia menduga hal tersebut karena melihat jasad korban yang tidak utuh serta melihat bentuk serpihan pesawat yang tercecer di laut. Menurutnya, terjadi ledakan di udara sesaat sebelum pesawat jatuh ke laut.
"Ini sepertinya kayak terjadi ledakan di udara. Jadi ini perlu perhatian khusus. Ya kalau kita lihat serpihan itu kayaknya meledak. Kalau tak ada lagi (jasad korban) yang utuh kan kejadiannya pasti meledak," ungkapnya di Gedung DPR.
Berbeda halnya dengan pesawat yang jatuh ke laut atau mendarat darurat. Korban dengan kecelakaan seperti itu biasanya dalam kondisi utuh atau tidak terpotong-potong.
"Karena pesawat kalau mendarat darurat di air biasanya utuh. Ini sesuatu peristiwa yang buruk dan kita sesalkan," jelasnya.
"Kita baru lolos dari larangan terbang di Eropa. Ini sebetulnya merupakan prestasi yang baik bagi Kementerian Perhubungan. Tapi dengan kecelakaan Lion Air ini tentu jadi sorotan dunia. Pasti ini juga akan berpengaruh terhadap rating kita," ucapnya di Gedung DPR, Kamis (1/11/2018).
Menurutnya, saat ini Indonesia masuk dalam 38 negara dengan tingkat keselamatan penerbangan yang cukup rendah. Masyarakat internasional pun belum sepenuhnya percaya pada penerbangan nasional.
"Harusnya Lion Air bisa memberikan jaminan keselamatan bagi penumpang. Kemenhub juga harus malu dengan adanya pernyataan petinggi Lion itu. Padahal, Lion merupakan yang terbesar dengan menguasai 50% armada pesawat di Indonesia," jelasnya.
Legilator dari Fraksi Partai Gerindra itu menyatakan, peristiwa ini jadi tamparan keras bagi Kemenhub. Mengapa pesawat dengan keselamatan kurang masih dioperasikan. "Berarti pemerintah belum memperhatikan budaya keselamatan nyawa publik," ungkapnya.
Sementara terkait kinerja Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Bambang menilai sejauh ini cukup baik. "Saya pikir KNKT cukup bagus. Investigasi kecelakaan JT-610 baru bisa kita ketahui setelah membongkar black box yang ditemukan," tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR, Muhidin Mohamad Said, menduga pesawat Boeing 737 Max 8 meledak di udara sebelum jatuh di perairan Karawang.
Dia menduga hal tersebut karena melihat jasad korban yang tidak utuh serta melihat bentuk serpihan pesawat yang tercecer di laut. Menurutnya, terjadi ledakan di udara sesaat sebelum pesawat jatuh ke laut.
"Ini sepertinya kayak terjadi ledakan di udara. Jadi ini perlu perhatian khusus. Ya kalau kita lihat serpihan itu kayaknya meledak. Kalau tak ada lagi (jasad korban) yang utuh kan kejadiannya pasti meledak," ungkapnya di Gedung DPR.
Berbeda halnya dengan pesawat yang jatuh ke laut atau mendarat darurat. Korban dengan kecelakaan seperti itu biasanya dalam kondisi utuh atau tidak terpotong-potong.
"Karena pesawat kalau mendarat darurat di air biasanya utuh. Ini sesuatu peristiwa yang buruk dan kita sesalkan," jelasnya.
(ven)