BI Optimistis Ekonomi Jabar Tumbuh di Akhir Tahun, Ini Penopangnya
A
A
A
BANDUNG - Kendati ekonomi Jawa Barat (Jabar) sejak kuartal I hingga III tercatat terus melambat, namun Bank Indonesia (BI) optimistis periode Oktober hingga Desember 2018 bakal membaik. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Doni P Joewono mengatakan, triwulan IV ekonomi Jabar diperkirakan akan lebih baik.
BI optimistis tembus di angka 5,6 sampai 5,7% (yoy). Bahkan angkanya akan lebih baik dari 2017. “Survei indeks tendensi konsumen BPS menunjukkan ada optimisme masyarakat di akhir tahun. Ini juga sejalan data survei kami, dimana akhir tahun konsumsi masyarakat akan membaik,” kata dia di Kantor BI Jabar, Jalan Braga, Kota Bandung, Rabu (7/11/2018).
Namun demikian, Doni menyebut, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Jabar bukan dari konsumsi masyarakat. Dorongan ekonomi lebih banyak konsumsi pemerintah dan investasi. Sementara konsumsi rumah tangga bukan sumber utama pertumbuhan di triwulan IV.
“Saya tidak mengatakan konsumsi rumah tangga jelek, karena hasil survei tingkat konsumsi diprediksi tetap bagus. Bukan turun, tetapi masyarakat menahan. Tapi kami optimistis akhir tahun mungkin masyarakat akan banyak bbekanja karena UMK akan naik di 2019,” jelas dia.
Doni memprediksi, pertumbuhan ekonomi Jabar juga tetap ditopang investasi dan industri pengolahan (TPT, otomotif, alas kaki). Sementara sektor konstruksi seperti pembangunan jalan tol dan proyek lainnya.
Namun demikian, BI saat ini sedang berusaha keras agar inflasi di Jabar bisa ditekan. Saat ini inflasi Jabar tertinggi di pulau Jawa mencapai 3,48%. Sementara terendah di Yogyakarta 2,74%. Pihaknya berharap inflasi Jabar 2018 tidak lebih dari 3,6%.
“Sementara ini tinggal dua bulan lagi, makanya harus jadi konsen kita. Sebenarnya inflasi tertinggi terjadi di Bekasi dan Depok. Makanya kami konsen ke dua daerah itu, dnegan menjalin kerjasama agar suplai barang lancar. Jangan sampai suplai tersendat. Dua bulan ini kami kerja keras, agar bisa ditekan,” imbuh dia.
BI optimistis tembus di angka 5,6 sampai 5,7% (yoy). Bahkan angkanya akan lebih baik dari 2017. “Survei indeks tendensi konsumen BPS menunjukkan ada optimisme masyarakat di akhir tahun. Ini juga sejalan data survei kami, dimana akhir tahun konsumsi masyarakat akan membaik,” kata dia di Kantor BI Jabar, Jalan Braga, Kota Bandung, Rabu (7/11/2018).
Namun demikian, Doni menyebut, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Jabar bukan dari konsumsi masyarakat. Dorongan ekonomi lebih banyak konsumsi pemerintah dan investasi. Sementara konsumsi rumah tangga bukan sumber utama pertumbuhan di triwulan IV.
“Saya tidak mengatakan konsumsi rumah tangga jelek, karena hasil survei tingkat konsumsi diprediksi tetap bagus. Bukan turun, tetapi masyarakat menahan. Tapi kami optimistis akhir tahun mungkin masyarakat akan banyak bbekanja karena UMK akan naik di 2019,” jelas dia.
Doni memprediksi, pertumbuhan ekonomi Jabar juga tetap ditopang investasi dan industri pengolahan (TPT, otomotif, alas kaki). Sementara sektor konstruksi seperti pembangunan jalan tol dan proyek lainnya.
Namun demikian, BI saat ini sedang berusaha keras agar inflasi di Jabar bisa ditekan. Saat ini inflasi Jabar tertinggi di pulau Jawa mencapai 3,48%. Sementara terendah di Yogyakarta 2,74%. Pihaknya berharap inflasi Jabar 2018 tidak lebih dari 3,6%.
“Sementara ini tinggal dua bulan lagi, makanya harus jadi konsen kita. Sebenarnya inflasi tertinggi terjadi di Bekasi dan Depok. Makanya kami konsen ke dua daerah itu, dnegan menjalin kerjasama agar suplai barang lancar. Jangan sampai suplai tersendat. Dua bulan ini kami kerja keras, agar bisa ditekan,” imbuh dia.
(akr)