Tekan Defisit Transaksi Berjalan, Bappenas: Ekspor Harus Digenjot
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, mengemukakan salah satu cara untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) adalah dengan menggenjot ekspor nasional. Hal tersebut disampaikannya dalam Focus Group Discussion (FGD) Kadin dan Bappenas terkait RPJMN 2020-2024.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia memang tengah bermasalah dengan impor yang masih tinggi khususnya impor minyak dan gas (migas). Impor yang tinggi, katanya, membuat neraca transaksi berjalan defisit.
"Di neraca perdagangan sendiri betul isunya di impor migas. Makanya defisit. Tapi kalau kita bisa ekspor lebih banyak lagi maka defisit tertutup," katanya di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu (14/11/2018).
Thailand, kata dia, juga melakukan impor minyak besar-besaran seperti Indonesia. Namun neraca transaksi berjalan Thailand mengalami surplus.
Menurutnya, hal ini karena Thailand menutupi defisit dari impor minyak dengan ekspor yang lebih besar lagi. "Jadi dia surplus karena impor minyak yang besar ditutup dengan ekspor yang lebih besar lagi," imbuh dia.
Bambang menilai, salah satu sektor yang bisa digenjot ekspornya di Indonesia adalah sektor kelautan dan perikanan. Jika ekspor sektor kelautan dan perikanan digenjot, maka bisa mengompensasi defisit dari impor migas.
"Ketika bicara CAD, kelautan dan perikanan bisa membantu mengurangi defisit dengan menambah ekspor. Ekspor ikan segar yang lebih banyak untuk membantu mengurangi CAD. Sebagai kompensasi defisit migas," tandasnya.
Dia mengatakan, saat ini Indonesia memang tengah bermasalah dengan impor yang masih tinggi khususnya impor minyak dan gas (migas). Impor yang tinggi, katanya, membuat neraca transaksi berjalan defisit.
"Di neraca perdagangan sendiri betul isunya di impor migas. Makanya defisit. Tapi kalau kita bisa ekspor lebih banyak lagi maka defisit tertutup," katanya di Gedung Bappenas, Jakarta, Rabu (14/11/2018).
Thailand, kata dia, juga melakukan impor minyak besar-besaran seperti Indonesia. Namun neraca transaksi berjalan Thailand mengalami surplus.
Menurutnya, hal ini karena Thailand menutupi defisit dari impor minyak dengan ekspor yang lebih besar lagi. "Jadi dia surplus karena impor minyak yang besar ditutup dengan ekspor yang lebih besar lagi," imbuh dia.
Bambang menilai, salah satu sektor yang bisa digenjot ekspornya di Indonesia adalah sektor kelautan dan perikanan. Jika ekspor sektor kelautan dan perikanan digenjot, maka bisa mengompensasi defisit dari impor migas.
"Ketika bicara CAD, kelautan dan perikanan bisa membantu mengurangi defisit dengan menambah ekspor. Ekspor ikan segar yang lebih banyak untuk membantu mengurangi CAD. Sebagai kompensasi defisit migas," tandasnya.
(ven)