Harga Minyak Lanjutkan Penurunan Karena Kelebihan Pasokan
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah kembali jatuh pada perdagangan Kamis (15/11/2018), tertekan oleh meningkatnya pasokan yang masuk ke pasar minyak. Kelebihan pasokan ini akibat aksi Amerika Serikat yang terus menggenjot produksi.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent International jatuh 22 sen atau 0,3% menjadi USD65,90 per barel pada pukul 02:54 GMT. Dan harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) berkurang 30 sen alias 0,5% ke USD55,95 per barel.
Sejak awal Oktober, harga minyak telah kehilangan 20% dari nilainya karena melonjaknya pasokan. Sebelumnya, AS, Rusia dan Arab Saudi telah meningkatkan produksi demi menjawab kekhawatiran melambatnya permintaan seiring penurunan ekonomi global.
"Penyuling dan konsumen Asia mengatakan mereka khawatir akan perlambatan permintaan imbas penurunan ekonomi global," kata Mike Corley, presiden Mercatus Energy Advisors di Singapura.
Penurunan ekonomi global ini disinyalir akibat memburuknya pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2018 dan kontraksi ekonomi di Jepang dan Jerman, tulis Bank Morgan Stanley.
Seiring kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia, AS terus meningkatkan pasokan hingga 22% sepanjang tahun ini, dimana produksi minyak mentah Amerika saat ini telah berada di rekor 11,6 juta barel per hari. "AS sekarang memiliki lebih banyak pasokan daripada yang mereka jual sekarang," tulis Mercatus Energy Advisors.
Namun harga minyak yang rendah ini, telah membuat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) cemas. Karena bisa mengulang kejadian 2014, dimana harga minyak terus anjlok. OPEC pun berencana untuk menghidupkan kembali kesepakatan pemangkasan pasokan.
Untuk itu, OPEC yang secara de facto berada di bawah kepemimpinan Arab Saudi mengajak Rusia yang anggota non-OPEC untuk memangkas pasokan seperti pada 2017, dimana mereka berhasil mengurangi produksi demi menaikkan harga minyak. Langkah tersebut jitu, dengan harga minyak yang terus naik mulai 2017 hingga pertengahan 2018.
"OPEC, Arab Saudi dan Rusia kini sedang mengamati pasar. Jika mereka melihat ada ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, mereka akan mengambil tindakan bersama untuk mengurangi pasokan," kata Kirill Dmitriev, kepala Direct Investment Fund Rusia.
Mengutip Reuters, harga minyak Brent International jatuh 22 sen atau 0,3% menjadi USD65,90 per barel pada pukul 02:54 GMT. Dan harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) berkurang 30 sen alias 0,5% ke USD55,95 per barel.
Sejak awal Oktober, harga minyak telah kehilangan 20% dari nilainya karena melonjaknya pasokan. Sebelumnya, AS, Rusia dan Arab Saudi telah meningkatkan produksi demi menjawab kekhawatiran melambatnya permintaan seiring penurunan ekonomi global.
"Penyuling dan konsumen Asia mengatakan mereka khawatir akan perlambatan permintaan imbas penurunan ekonomi global," kata Mike Corley, presiden Mercatus Energy Advisors di Singapura.
Penurunan ekonomi global ini disinyalir akibat memburuknya pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2018 dan kontraksi ekonomi di Jepang dan Jerman, tulis Bank Morgan Stanley.
Seiring kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia, AS terus meningkatkan pasokan hingga 22% sepanjang tahun ini, dimana produksi minyak mentah Amerika saat ini telah berada di rekor 11,6 juta barel per hari. "AS sekarang memiliki lebih banyak pasokan daripada yang mereka jual sekarang," tulis Mercatus Energy Advisors.
Namun harga minyak yang rendah ini, telah membuat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) cemas. Karena bisa mengulang kejadian 2014, dimana harga minyak terus anjlok. OPEC pun berencana untuk menghidupkan kembali kesepakatan pemangkasan pasokan.
Untuk itu, OPEC yang secara de facto berada di bawah kepemimpinan Arab Saudi mengajak Rusia yang anggota non-OPEC untuk memangkas pasokan seperti pada 2017, dimana mereka berhasil mengurangi produksi demi menaikkan harga minyak. Langkah tersebut jitu, dengan harga minyak yang terus naik mulai 2017 hingga pertengahan 2018.
"OPEC, Arab Saudi dan Rusia kini sedang mengamati pasar. Jika mereka melihat ada ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, mereka akan mengambil tindakan bersama untuk mengurangi pasokan," kata Kirill Dmitriev, kepala Direct Investment Fund Rusia.
(ven)