Harga Minyak Mentah Loyo, Tapi Masih di Atas Level USD100 per Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan sesi Asia pada pagi ini, Senin (4/7/2022). Pantauan di bursa ICE hingga pukul 09:24 WIB, harga Brent untuk kontrak September 2022 turun 0,35% di USD111,24 per barel.
Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman September juga merosot 0,34% di USD108,06 per barel.
Kekhawatiran resesi global masih membebani pasar, meskipun pasokan diperkirakan terus berlansung ketat seiring rendahnya produksi organisasi negara pengekspor minyak ( OPEC ), konflik di Libya dan sanksi barat terhadap Rusia .
"Pasar energi secara spesifik masih sarat akan risiko pasokan," kata Analis komoditas Commonwealth Bank, Tobin Gorey dikutip dari Reuters, Senin (4/7/2022).
Sebelumnya, OPEC merilis output produksi pada Juni 2022 mengalami penurunan 100 ribu barel per hari (bph), menjadi 28,52 juta barel per hari. Menurut survei Reuters, realisasi tersebut jauh dari peningkatan yang dijanjikan sekitar 275.000 barel per hari.
Peningkatan produksi di Arab Saudi dan sejumlah produsen besar lainnya mengimbangi penurunan produksi di Nigeria dan Libya yang sedang mengalami gejolak politik. "Kemungkinan ini membuat kelompok OPEC sulit memenuhi kuota produksi yang baru ditingkatkan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Perusahaan nasional Libya mencatatkan penurunan ekspor minyak menjadi 365.000 bph hingga 409.000 bph. Capaian itu turun sekitar 865.000 barel per hari dibandingkan dengan tingkat normal.
Kisruh politik di Libya diperkirakan bakal memukul pasokan minyak. Lebih jauh, pemogokan yang direncanakan oleh pekerja migas di Norwegia pada pekan ini dinilai dapat memangkas produksi minyak dan kondensat negara itu sebesar 130.000 barel per hari.
Pada pekan ini, pasar minyak akan menunggu rilis harga resmi untuk Agustus dari eksportir utama minyak Arab Saudi. Reuters memperkirakan harga jual resmi minyak mentah Arab Light dapat naik sekitar USD2,40 per barel dari bulan sebelumnya.
Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman September juga merosot 0,34% di USD108,06 per barel.
Kekhawatiran resesi global masih membebani pasar, meskipun pasokan diperkirakan terus berlansung ketat seiring rendahnya produksi organisasi negara pengekspor minyak ( OPEC ), konflik di Libya dan sanksi barat terhadap Rusia .
"Pasar energi secara spesifik masih sarat akan risiko pasokan," kata Analis komoditas Commonwealth Bank, Tobin Gorey dikutip dari Reuters, Senin (4/7/2022).
Sebelumnya, OPEC merilis output produksi pada Juni 2022 mengalami penurunan 100 ribu barel per hari (bph), menjadi 28,52 juta barel per hari. Menurut survei Reuters, realisasi tersebut jauh dari peningkatan yang dijanjikan sekitar 275.000 barel per hari.
Peningkatan produksi di Arab Saudi dan sejumlah produsen besar lainnya mengimbangi penurunan produksi di Nigeria dan Libya yang sedang mengalami gejolak politik. "Kemungkinan ini membuat kelompok OPEC sulit memenuhi kuota produksi yang baru ditingkatkan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Perusahaan nasional Libya mencatatkan penurunan ekspor minyak menjadi 365.000 bph hingga 409.000 bph. Capaian itu turun sekitar 865.000 barel per hari dibandingkan dengan tingkat normal.
Kisruh politik di Libya diperkirakan bakal memukul pasokan minyak. Lebih jauh, pemogokan yang direncanakan oleh pekerja migas di Norwegia pada pekan ini dinilai dapat memangkas produksi minyak dan kondensat negara itu sebesar 130.000 barel per hari.
Pada pekan ini, pasar minyak akan menunggu rilis harga resmi untuk Agustus dari eksportir utama minyak Arab Saudi. Reuters memperkirakan harga jual resmi minyak mentah Arab Light dapat naik sekitar USD2,40 per barel dari bulan sebelumnya.
(akr)