Hadapi Revolusi Industri 4.0, Ini Wejangan dari Menaker
A
A
A
JAKARTA - Revolusi industri keempat atau Industri 4.0. sudah di depan mata. Namun, masih banyak yang khawatir akan kedatangan era digital di sektor industri tersebut.
Menanggapi hal itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan, dirinya lebih memilih untuk optimistis menghadapi datangnya era industri 4.0. Menurutnya, jika dimanfaatkan dengan baik, era baru industri tersebut bisa berdampak sangat baik.
"Saya akan mengajak melihat masa depan dari sudut pandang yang lebih positif, optimis," ujarnya dalam sebuah seminar di Jakarta, Senin (19/11/2018).
Namun, lanjut Hanif, optimisme tersebut memang harus disertai dengan kerja keras. Selain itu, perlu disiapkan pula inovasi dan langkah terobosan dari semua pihak.
"Tentu untuk bisa memastikan masa depan baik tidak bisa bekerja leha-leha dan kerja biasa saja. Tapi harus ada langkah terobosan," ucapnya.
Khusus untuk tenaga kerja, Hanif menyebut diperlukan penambahan jumlah pekerja yang terampil. Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan pendidikan dan pelatihan vokasi untuk menggenjot produktivitas pekerja Indonesia.
Menurut Hanif, para tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan produktivitas agar mampu berdaya saing. Sebab jika dibiarkan, maka akan tergerus oleh teknologi atau bahkan oleh robot .
"Tantangan kita kedepan ini selain harus menambah jumlah pekerja terampil pendidikan dan pelatihan vokasi juga perlu terus digenjot agar produktivitas dari tenaga kerja menjadi lebih baik," jelasnya.
Selain dari tenaga kerja itu sendiri, kata Hanif, partisipasi dunia usaha dalam investasi sumber daya manusia juga penting. Sebab, pelaku industri sendirilah yang mengetahui bagaimana kondisi para pekerjanya.
"Kita peduli pada pembangunan sumber daya manusia masa sekarang hingga ke depan sehingga keterlibatan banyak pihak termasuk pihak swasta baik dalam maupun dari luar negeri untuk investasi sumber daya manusia di Indonesia itu juga kita beri ruang," tegas Hanif.
Menanggapi hal itu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan, dirinya lebih memilih untuk optimistis menghadapi datangnya era industri 4.0. Menurutnya, jika dimanfaatkan dengan baik, era baru industri tersebut bisa berdampak sangat baik.
"Saya akan mengajak melihat masa depan dari sudut pandang yang lebih positif, optimis," ujarnya dalam sebuah seminar di Jakarta, Senin (19/11/2018).
Namun, lanjut Hanif, optimisme tersebut memang harus disertai dengan kerja keras. Selain itu, perlu disiapkan pula inovasi dan langkah terobosan dari semua pihak.
"Tentu untuk bisa memastikan masa depan baik tidak bisa bekerja leha-leha dan kerja biasa saja. Tapi harus ada langkah terobosan," ucapnya.
Khusus untuk tenaga kerja, Hanif menyebut diperlukan penambahan jumlah pekerja yang terampil. Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan pendidikan dan pelatihan vokasi untuk menggenjot produktivitas pekerja Indonesia.
Menurut Hanif, para tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan produktivitas agar mampu berdaya saing. Sebab jika dibiarkan, maka akan tergerus oleh teknologi atau bahkan oleh robot .
"Tantangan kita kedepan ini selain harus menambah jumlah pekerja terampil pendidikan dan pelatihan vokasi juga perlu terus digenjot agar produktivitas dari tenaga kerja menjadi lebih baik," jelasnya.
Selain dari tenaga kerja itu sendiri, kata Hanif, partisipasi dunia usaha dalam investasi sumber daya manusia juga penting. Sebab, pelaku industri sendirilah yang mengetahui bagaimana kondisi para pekerjanya.
"Kita peduli pada pembangunan sumber daya manusia masa sekarang hingga ke depan sehingga keterlibatan banyak pihak termasuk pihak swasta baik dalam maupun dari luar negeri untuk investasi sumber daya manusia di Indonesia itu juga kita beri ruang," tegas Hanif.
(fjo)