Genjot Produksi, Revitalisasi Pabrik Gula Dipercepat
A
A
A
JAKARTA - Kementerian BUMN mendorong percepatan program revitalisasi pabrik-pabrik gula yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara Grup dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Percepatan ini dinilai perlu dilakukan demi meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, revitalisasi yang dilakukan meliputi peningkatan efisiensi, kapasitas giling, perbaikan kualitas gula, hingga hilirisasi produk.
"Langkah tersebut akan memangkas biaya produksi gula BUMN sehingga gula dapat dijual dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Namun tanpa mengesampingkan upaya peningkatan kesejahteraan petani, mitra, karyawan, maupun keuntungan perusahaan negara," kata Wahyu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Wahyu menerangkan, produksi gula BUMN hingga saat ini tercatat sekitar 1,16 juta ton, terdiri dari produksi gula PTPN Group sebanyak 856.000 ton; PT RNI 271.000 ton dan PT Gendhis Multi Manis (GMM) sebesar 35.500 ton.
Gula tersebut masing-masing dihasilkan dari area tebu yang tertebang seluas 224.000 hektare (ha), terdiri dari 172.000 ha area tebu PTPN Group; 46.200 ha area RNI dan 5.500 ha lahan GMM.
"Produksi gula BUMN tahun ini diproyeksikan sebanyak 1,19 juta ton atau meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 1,16 juta ton. Dalam lima tahun ke depan, sesuai dengan roadmap gula BUMN, produksi gula BUMN diproyeksikan dapat meningkat menjadi 3,2 juta ton," terang dia.
Beberapa pabrik gula PTPN Grup pun tengah ditransformasikan proses produksinya dari sulfitasi menjadi defikasi remelt karbonatasi. Kemudian kapasitas lima pabrik juga telah ditingkatkan dari semula 20.000 ton tebu per hari (TCD) menjadi 32.000 TCD. Terdapat peningkatan kapasitas sebesar 12.000 ton.
Selain itu, dalam rangka memperbaiki permodalan dan memaksimalkan potensi bisnis, PTPN Grup tengah mengembangkan hilirisasi produk tebu menjadi bio-ethanol. PTPN X mulai 2019 akan mengonversi fuel grade bio-ethanol menjadi extra neutral alcohol (ENA) atau industrial grade bio-ethanol berkapasitas 100 Kiloliter Per Day (KLPD).
Sedangkan fermentasi ampas tebu atau fermented bagasse pellet dapat digunakan sebagai bahan bakar, sebesar 3 juta ton per hari. Begitu pun dengan PTPN XI, akan merevitalisasi pabrik etanol teknis dengan kapasitas 15 KLPD menjadi industrial grade bio-ethanol dengan kapasitas 100 KLPD.
"Inovasi produk turunan tebu tersebut dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk, meningkatkan daya saing di kawasan ASEAN, meningkatkan kinerja keuangan hingga kontribusi pada pendapatan negara," ujar Wahyu.
Tidak hanya itu, sebagai BUMN, PTPN juga memiliki peranan dalam menjalin kemitraan dengan petani tebu, sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup para petani. Sekitar 90% pabrik gula BUMN di Jawa menggiling tebu petani dengan mekanisme bagi hasil.
Executive Vice President Holding PTPN Aris Toharisman menambahkan bahwa pola-pola perbaikan hubungan kemitraan terus dilakukan oleh perseroan, baik dalam penyediaan sarana produksi dan panen serta dukungan pendanaan lewat program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
"Bahkan, PTPN Grup dan RNI juga telah bersinergi dengan Perum Bulog, dimana pada musim giling 2018 telah menyalurkan penjualan gula tani ke Bulog dengan harga Rp9.700 per kg," ujarnya.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, revitalisasi yang dilakukan meliputi peningkatan efisiensi, kapasitas giling, perbaikan kualitas gula, hingga hilirisasi produk.
"Langkah tersebut akan memangkas biaya produksi gula BUMN sehingga gula dapat dijual dengan harga yang lebih terjangkau bagi masyarakat. Namun tanpa mengesampingkan upaya peningkatan kesejahteraan petani, mitra, karyawan, maupun keuntungan perusahaan negara," kata Wahyu dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Wahyu menerangkan, produksi gula BUMN hingga saat ini tercatat sekitar 1,16 juta ton, terdiri dari produksi gula PTPN Group sebanyak 856.000 ton; PT RNI 271.000 ton dan PT Gendhis Multi Manis (GMM) sebesar 35.500 ton.
Gula tersebut masing-masing dihasilkan dari area tebu yang tertebang seluas 224.000 hektare (ha), terdiri dari 172.000 ha area tebu PTPN Group; 46.200 ha area RNI dan 5.500 ha lahan GMM.
"Produksi gula BUMN tahun ini diproyeksikan sebanyak 1,19 juta ton atau meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 1,16 juta ton. Dalam lima tahun ke depan, sesuai dengan roadmap gula BUMN, produksi gula BUMN diproyeksikan dapat meningkat menjadi 3,2 juta ton," terang dia.
Beberapa pabrik gula PTPN Grup pun tengah ditransformasikan proses produksinya dari sulfitasi menjadi defikasi remelt karbonatasi. Kemudian kapasitas lima pabrik juga telah ditingkatkan dari semula 20.000 ton tebu per hari (TCD) menjadi 32.000 TCD. Terdapat peningkatan kapasitas sebesar 12.000 ton.
Selain itu, dalam rangka memperbaiki permodalan dan memaksimalkan potensi bisnis, PTPN Grup tengah mengembangkan hilirisasi produk tebu menjadi bio-ethanol. PTPN X mulai 2019 akan mengonversi fuel grade bio-ethanol menjadi extra neutral alcohol (ENA) atau industrial grade bio-ethanol berkapasitas 100 Kiloliter Per Day (KLPD).
Sedangkan fermentasi ampas tebu atau fermented bagasse pellet dapat digunakan sebagai bahan bakar, sebesar 3 juta ton per hari. Begitu pun dengan PTPN XI, akan merevitalisasi pabrik etanol teknis dengan kapasitas 15 KLPD menjadi industrial grade bio-ethanol dengan kapasitas 100 KLPD.
"Inovasi produk turunan tebu tersebut dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk, meningkatkan daya saing di kawasan ASEAN, meningkatkan kinerja keuangan hingga kontribusi pada pendapatan negara," ujar Wahyu.
Tidak hanya itu, sebagai BUMN, PTPN juga memiliki peranan dalam menjalin kemitraan dengan petani tebu, sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup para petani. Sekitar 90% pabrik gula BUMN di Jawa menggiling tebu petani dengan mekanisme bagi hasil.
Executive Vice President Holding PTPN Aris Toharisman menambahkan bahwa pola-pola perbaikan hubungan kemitraan terus dilakukan oleh perseroan, baik dalam penyediaan sarana produksi dan panen serta dukungan pendanaan lewat program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
"Bahkan, PTPN Grup dan RNI juga telah bersinergi dengan Perum Bulog, dimana pada musim giling 2018 telah menyalurkan penjualan gula tani ke Bulog dengan harga Rp9.700 per kg," ujarnya.
(fjo)