Kementan Dorong Ekspor dan Bangun Kawasan Agrowisata di Bandung
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong ekspor komoditas hortikultura dan membangun kawasan agrowisata. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Hari ini kita tinjau kebun luasnya 28 hektar akan ditanam pisang, jeruk dan alpukat serta ubi. Hasilnya selain untuk ekspor, juga kawasan ini akan dijadikan agrowisata," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi saat meninjau kebun hortikultura dan kawasan agrowisata milik PT. Hawila Farm di Bojongkoneng, Kabupaten Bandung, Jumat (30/11/2018).
Sambung dia menjelaskan lahan di Jawa Barat pada umumnya berpotensi untuk menghasilkan komoditas pangan khususnya hortikultura yang mampu memenuhi standar pasar ekspor. Sesuai arahan Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Ditjen Hortikultura sangat serius mendongkrak volume ekspor.
"Kami sediakan karpet merah untuk eksportir. Kami sudah memangkas perijinan ekspor sesimpel dan secepat mungkin, yakni melalui sistem Online Single Submission. Kemudian pengurus izin ekspor kini hanya 3 jam untuk dokumen yang sudah clear and clean," akui Suwandi.
"Agar volume ekspor terus naik, kami akan keluarkan izin juga untuk ekspor komoditas hortikultura dalam jumlah kecil. Jadi, ekspor tidak harus dalam volume besar," imbuhnya.
Dirut PT. Hawila Farm, Sandi Widjadja mengaku senang dengan kebijakan Kementan yang mempermudah pengurusan izin ekspor. Dengan kebijakan ini, dia menjadi termotivasi kembali untuk budidaya komoditas hortikultura hingga ekspor seperti jeruk, pisang dan alpukat.
"Dulu kami pernah ekspor alpukat 3 kali ke Singapura sebanyak 30 ton dengan harga USD 3, tapi terbentur kualitas. Makanya sekarang fokus budidaya untuk tingkatkan kualitas. Selain itu pernah ekspor pisang emas kirana, tapi terbentur kualitas juga," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Sandi ini menyebutkan terhentinya ekspor ini terkendala pada quality control saat panen, sehingga kewalahan dalam proses pasca panennya. Akibatnya, pisang yang dipanen matangnya tidak sama kualitasnya.
"Mulai sekarang kami akan coba budidaya lagi dan memperbaiki betul proses panen dan pasca panenya agar menghasilkan produk yang memenuhi standar ekspor. Kami optimis bisa karena dukungan Kementan sangat memudahkan sekali pelaku usaha," sambungnya.
Perlu diketahui, berdasarkan data BPS, produksi buah-buahan tahun 2017 mencapai 19,6 juta ton, naik dari tahun sebelumnya 18,3 juta ton. Khusus jeruk, produksi 2017 mencapai 2,3 juta ton naik signifikan dari tahun 2013 yang hanya 1,65 juta ton. Produksi pisang juga naik dari 6,28 juta ton menjadi 7,04 juta ton.
"Hari ini kita tinjau kebun luasnya 28 hektar akan ditanam pisang, jeruk dan alpukat serta ubi. Hasilnya selain untuk ekspor, juga kawasan ini akan dijadikan agrowisata," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi saat meninjau kebun hortikultura dan kawasan agrowisata milik PT. Hawila Farm di Bojongkoneng, Kabupaten Bandung, Jumat (30/11/2018).
Sambung dia menjelaskan lahan di Jawa Barat pada umumnya berpotensi untuk menghasilkan komoditas pangan khususnya hortikultura yang mampu memenuhi standar pasar ekspor. Sesuai arahan Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Ditjen Hortikultura sangat serius mendongkrak volume ekspor.
"Kami sediakan karpet merah untuk eksportir. Kami sudah memangkas perijinan ekspor sesimpel dan secepat mungkin, yakni melalui sistem Online Single Submission. Kemudian pengurus izin ekspor kini hanya 3 jam untuk dokumen yang sudah clear and clean," akui Suwandi.
"Agar volume ekspor terus naik, kami akan keluarkan izin juga untuk ekspor komoditas hortikultura dalam jumlah kecil. Jadi, ekspor tidak harus dalam volume besar," imbuhnya.
Dirut PT. Hawila Farm, Sandi Widjadja mengaku senang dengan kebijakan Kementan yang mempermudah pengurusan izin ekspor. Dengan kebijakan ini, dia menjadi termotivasi kembali untuk budidaya komoditas hortikultura hingga ekspor seperti jeruk, pisang dan alpukat.
"Dulu kami pernah ekspor alpukat 3 kali ke Singapura sebanyak 30 ton dengan harga USD 3, tapi terbentur kualitas. Makanya sekarang fokus budidaya untuk tingkatkan kualitas. Selain itu pernah ekspor pisang emas kirana, tapi terbentur kualitas juga," ujarnya.
Pria yang akrab disapa Sandi ini menyebutkan terhentinya ekspor ini terkendala pada quality control saat panen, sehingga kewalahan dalam proses pasca panennya. Akibatnya, pisang yang dipanen matangnya tidak sama kualitasnya.
"Mulai sekarang kami akan coba budidaya lagi dan memperbaiki betul proses panen dan pasca panenya agar menghasilkan produk yang memenuhi standar ekspor. Kami optimis bisa karena dukungan Kementan sangat memudahkan sekali pelaku usaha," sambungnya.
Perlu diketahui, berdasarkan data BPS, produksi buah-buahan tahun 2017 mencapai 19,6 juta ton, naik dari tahun sebelumnya 18,3 juta ton. Khusus jeruk, produksi 2017 mencapai 2,3 juta ton naik signifikan dari tahun 2013 yang hanya 1,65 juta ton. Produksi pisang juga naik dari 6,28 juta ton menjadi 7,04 juta ton.
(akr)