Genjot Industri Gula Nasional, Barata Indonesia Jemput Bola
A
A
A
JAKARTA - PT Barata Indonesia (Persero) siap mendukung Infrastruktur Industri Komponen Gula Nasional. Hal itu dibuktikan dengan langkah cepat yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendukung komponen yang dibutuhkan pabrik gula.
Aksi “jemput bola” dilakukan oleh perusahaan plat merah tersebut yakni dengan menyediakan stok komponen pabrik gula lebih awal tanpa menunggu order terlebih dahulu. Sebanyak 50 Unit Roll Mill ( Mesin Gilingan) telah diproduksi oleh Barata Indonesia lebih awal. Hal ini dilakukan oleh Perseroan sebagai langkah antisipasi untuk memenuhi order masuk di masa yang akan datang.
Pgs. Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Tony Budi Santosa mengatakan, bahwa berbagai macam alternatif serta opsi tersebut dilakukan untuk memangkas waktu, sehingga produk yang rutin masuk order ke perusahaan bisa sampai di tangan pelanggan dengan cepat.
"Hal ini telah sejalan dengan keinginan dari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap terciptanya percepatan kemandirian industri gula dalam negeri, lewat proyek –proyek strategis pemerintah. Apalagi kami memiliki sejarah yang sangat panjang dalam industri gula, baik itu memproduksi komponen pabrik gula, maupun membangun pabrik gula baru,” ujar Tony di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Barata Indonesia berhasil mendapatkan beberapa proyek pabrik gula, baik itu revitalisasi maupun membangun pabrik gula baru. Di antaranya, Proyek Revitalisasi PG Rendeng dan PG Asembagus, Proyek PG Bombana serta yang terbaru yakni proyek PG dan Pabrik Bioethanol Gempolkrep yang diperoleh November lalu.
Proyek yang didapatkan tersebut semakin memantapkan posisi Barata Indonesia sebagai perusahaan yang memiliki kompetensi mumpuni di bidang Industri Gula. Barata Indonesia mampu membuat berbagai macam komponen pabrik gula serta pabrik gula lengkap dengan berbagai kapasitas sampai dengan 15000 TCD. Selain Pabrik Gula, Barata Indonesia juga memiliki kapabilitas untuk membangun Pabrik Sagu, Pabrik Bioethanol serta Pabrik Kelapa Sawit.
Pada tahun 2019, Target order book (perolehan kontrak) perusahaan berada di angka Rp4,5 triliun. Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan raihan kontrak perusahaan pada tahun 2018 yang ada di angka Rp3,7 triliun. Dari target perolehan kontrak pada 2019 yakni Rp4,5 triliun tersebut, sebanyak Rp1,1 triliun diharapkan datang dari Divisi Industri Agro.
Aksi “jemput bola” dilakukan oleh perusahaan plat merah tersebut yakni dengan menyediakan stok komponen pabrik gula lebih awal tanpa menunggu order terlebih dahulu. Sebanyak 50 Unit Roll Mill ( Mesin Gilingan) telah diproduksi oleh Barata Indonesia lebih awal. Hal ini dilakukan oleh Perseroan sebagai langkah antisipasi untuk memenuhi order masuk di masa yang akan datang.
Pgs. Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Tony Budi Santosa mengatakan, bahwa berbagai macam alternatif serta opsi tersebut dilakukan untuk memangkas waktu, sehingga produk yang rutin masuk order ke perusahaan bisa sampai di tangan pelanggan dengan cepat.
"Hal ini telah sejalan dengan keinginan dari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap terciptanya percepatan kemandirian industri gula dalam negeri, lewat proyek –proyek strategis pemerintah. Apalagi kami memiliki sejarah yang sangat panjang dalam industri gula, baik itu memproduksi komponen pabrik gula, maupun membangun pabrik gula baru,” ujar Tony di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Barata Indonesia berhasil mendapatkan beberapa proyek pabrik gula, baik itu revitalisasi maupun membangun pabrik gula baru. Di antaranya, Proyek Revitalisasi PG Rendeng dan PG Asembagus, Proyek PG Bombana serta yang terbaru yakni proyek PG dan Pabrik Bioethanol Gempolkrep yang diperoleh November lalu.
Proyek yang didapatkan tersebut semakin memantapkan posisi Barata Indonesia sebagai perusahaan yang memiliki kompetensi mumpuni di bidang Industri Gula. Barata Indonesia mampu membuat berbagai macam komponen pabrik gula serta pabrik gula lengkap dengan berbagai kapasitas sampai dengan 15000 TCD. Selain Pabrik Gula, Barata Indonesia juga memiliki kapabilitas untuk membangun Pabrik Sagu, Pabrik Bioethanol serta Pabrik Kelapa Sawit.
Pada tahun 2019, Target order book (perolehan kontrak) perusahaan berada di angka Rp4,5 triliun. Angka tersebut naik jika dibandingkan dengan raihan kontrak perusahaan pada tahun 2018 yang ada di angka Rp3,7 triliun. Dari target perolehan kontrak pada 2019 yakni Rp4,5 triliun tersebut, sebanyak Rp1,1 triliun diharapkan datang dari Divisi Industri Agro.
(akr)