Peduli Pendidikan, Permata Bank Adakan Forum Unite for Education
A
A
A
JAKARTA - PermataBank membangun forum advokasi pendidikan bernama Unite for Education (UFE) guna menjembatani dan mencari solusi terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia.
UFE 2018 yang merupakan program tahunan corporate social responsibility (CSR) PermataBank –PermataHati, pada tahun ke-8 ini hadir dengan format baru yang mengusung tema, “UFE Sustainability Forum: Championing Change”. Acaranya sendiri akan berlangsung pada Sabtu (8/12/2018) di Kuningan City Ballroom, Jakarta.
UFE bertujuan menjadi tempat bagi komunitas untuk mengembangkan ekosistem pendidikan berkelanjutan yang saling menginspirasi. Sekaligus mendorong adanya kolaborasi antara para pemangku kepentingan yang peduli dan memiliki semangat sama untuk kemajuan pendidikan di Tanah Air.
“Dengan tema Championing Change, kami berharap masyarakat yang hadir di UFE 2018 nanti dapat saling berbagi dan belajar, menginspirasi dan terinspirasi dari para pembicara yang hadir. Mereka merupakan para ’juara’ yang melakukan perubahan melalui inisiatif, inovasi dan menjadi penggerak perubahan dalam memberikan solusi inovatif untuk pendidikan, pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan sosial,” kata Dhien Tjahajani, Direktur PermataBank kepada wartawan di Kantor Pusat PermataBank di Jakarta, Rabu (5/12).
Acara ini terbagi menjadi empat jenis kegiatan, yaitu konferensi, diskusi panel, kelas mini dan sustainability expo. Dengan berdonasi sebesar Rp50.000, pengunjung dapat mengikuti seluruh kegiatan konferensi dan diskusi panel. Seluruh hasil donasi yang terkumpul digunakan untuk pengembangan program pendidikan bersama Sanggar Anak Akar sebagai partner CSR PermataHati.
Akan hadir pada sesi konferensi, pembicara-pembicara yang memiliki perhatian penuh terhadap pendidikan. Sebut saja seperti Reky Martha (Hoshizora Foundation), Tyovan Adi Widagdo (Bahaso), Andri Rizki Putra (Yayasan Pemimpin Anak Bangsa), dan Yoris Sebastian (OMG Creative Consulting) yang akan berbagi tentang pentingnya menjadi seorang agen perubahan.
Untuk diskusi panel, beberapa komunitas dan lembaga swadaya masyarakat ikut diajak saling berkoneksi dan bersinergi sesuai tema atau isu yang diangkat. Misalnya, komunitas Guru Bhumi, Shinta VR dan Bumi Kardus pada tema Creative Teaching Method; Thisable Enterprise dan Precious One pada tema Empowering Disabled Community; Seratus Kapas dan Binar Academy untuk tema Women Entrepreneurs; Nara Kreatif, Red Nose Foundation dan Sanggar Anak Akar untuk tema Reaching the Unreached Pockets; Toraja Melo dan Circa Handmade untuk tema Empowering Women; Gandeng Tangan, Arkademy dan Impact Byte untuk tema Empowering Community Through Technology; lalu ada Suka Chitta, Melookmel dan Suwe Ora Jamu pada tema Empowering Local Resources.
“Kami ikut berpartisipasi dalam dua sesi panel diskusi bersama dua lembaga konsultan keuangan Amartha dan Action Coach sebagai pembicara dalam tema Financial Literacy, serta PermataHati bersama Kitabisa.com dan Inspiration Factory pada tema Social Movement,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan per tahun 2017/2018, masih tercatat sekitar 187.828 siswa putus sekolah dari rentang sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA) dan kejuruan (SMK). Hal inilah yang mendorong berbagai pihak harus turut membantu mencarikan solusi bagi negeri ini.
UFE 2018 yang merupakan program tahunan corporate social responsibility (CSR) PermataBank –PermataHati, pada tahun ke-8 ini hadir dengan format baru yang mengusung tema, “UFE Sustainability Forum: Championing Change”. Acaranya sendiri akan berlangsung pada Sabtu (8/12/2018) di Kuningan City Ballroom, Jakarta.
UFE bertujuan menjadi tempat bagi komunitas untuk mengembangkan ekosistem pendidikan berkelanjutan yang saling menginspirasi. Sekaligus mendorong adanya kolaborasi antara para pemangku kepentingan yang peduli dan memiliki semangat sama untuk kemajuan pendidikan di Tanah Air.
“Dengan tema Championing Change, kami berharap masyarakat yang hadir di UFE 2018 nanti dapat saling berbagi dan belajar, menginspirasi dan terinspirasi dari para pembicara yang hadir. Mereka merupakan para ’juara’ yang melakukan perubahan melalui inisiatif, inovasi dan menjadi penggerak perubahan dalam memberikan solusi inovatif untuk pendidikan, pemberdayaan masyarakat dan kewirausahaan sosial,” kata Dhien Tjahajani, Direktur PermataBank kepada wartawan di Kantor Pusat PermataBank di Jakarta, Rabu (5/12).
Acara ini terbagi menjadi empat jenis kegiatan, yaitu konferensi, diskusi panel, kelas mini dan sustainability expo. Dengan berdonasi sebesar Rp50.000, pengunjung dapat mengikuti seluruh kegiatan konferensi dan diskusi panel. Seluruh hasil donasi yang terkumpul digunakan untuk pengembangan program pendidikan bersama Sanggar Anak Akar sebagai partner CSR PermataHati.
Akan hadir pada sesi konferensi, pembicara-pembicara yang memiliki perhatian penuh terhadap pendidikan. Sebut saja seperti Reky Martha (Hoshizora Foundation), Tyovan Adi Widagdo (Bahaso), Andri Rizki Putra (Yayasan Pemimpin Anak Bangsa), dan Yoris Sebastian (OMG Creative Consulting) yang akan berbagi tentang pentingnya menjadi seorang agen perubahan.
Untuk diskusi panel, beberapa komunitas dan lembaga swadaya masyarakat ikut diajak saling berkoneksi dan bersinergi sesuai tema atau isu yang diangkat. Misalnya, komunitas Guru Bhumi, Shinta VR dan Bumi Kardus pada tema Creative Teaching Method; Thisable Enterprise dan Precious One pada tema Empowering Disabled Community; Seratus Kapas dan Binar Academy untuk tema Women Entrepreneurs; Nara Kreatif, Red Nose Foundation dan Sanggar Anak Akar untuk tema Reaching the Unreached Pockets; Toraja Melo dan Circa Handmade untuk tema Empowering Women; Gandeng Tangan, Arkademy dan Impact Byte untuk tema Empowering Community Through Technology; lalu ada Suka Chitta, Melookmel dan Suwe Ora Jamu pada tema Empowering Local Resources.
“Kami ikut berpartisipasi dalam dua sesi panel diskusi bersama dua lembaga konsultan keuangan Amartha dan Action Coach sebagai pembicara dalam tema Financial Literacy, serta PermataHati bersama Kitabisa.com dan Inspiration Factory pada tema Social Movement,” pungkasnya.
Sekadar informasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan per tahun 2017/2018, masih tercatat sekitar 187.828 siswa putus sekolah dari rentang sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA) dan kejuruan (SMK). Hal inilah yang mendorong berbagai pihak harus turut membantu mencarikan solusi bagi negeri ini.
(akr)