Bantuan Alsintan Tingkatkan Produksi dan Sejahterakan Petani
A
A
A
JAKARTA - Program mekanisasi pertanian yakni alat mesin pertanian (alsintan) dipastikan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan petani dan tingkat produksi tanaman pangan Indonesia. Alhasil minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian pun semakin tinggi.
"Bantuan alsintan mampu menekan biaya operasional 35% hingga 48% dalam produksi petani. Dulu tanpa kemajuan mekanisasi ini, petani bisa membajak sawahnya 1 hektare berhari-hati, tapi ini cukup 2-3 jam saja," ungkap Direktur Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah di Jakarta, Minggu (9/12/2018).
Andi Nur Alam menambahkan dengan penggunaan alsintan modern, penyusutan hasil panen sebesar 10% pun dapat diselamatkan, meningkatkan nilai tambah dan penanaman padi yang dulunya hanya sekali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat. "Dengan demikian, produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, penggunaan alsintan ini pun mendorong generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian. Sebab, mekanisasi pertanian telah mengubah pandangan masyarakat mengenai bertani.
"Dulu petani miskin, kumuh. Sekarang sejahtera. Lihat saja, dengan alat yang modern, petani bisa olah tanah, tanam, panen sambil telepon dan pakaian yang rapih. Ini mengubah mindset," lanjut Andi Nur Alam.
Oleh karena itu, Andi Nur Alam menegaskan berkat kontribusi penggunakan alat mesin pertanian yang modern, lima tahun terakhir produksi komoditas tanaman pangan utama, yaitu padi, jagung, dan kedelai, meningkat signifikan. Setiap tahunnya, rata-rata produksi padi mencapai 4,07%, jagung 12,5%, dan kedelai 8,79% selama lima tahun terakhir.
Terkait capain ekspor, Andi Nur Alam membeberkan berdasarkam data BPS, perkembangan ekspor beras khusus dan beras premium melonjak tajam pada periode tahun 2017 dan 2018. Volume ekspor beras kategori ini pada 2017 mencapai 3.433 ton. "Angka itu meningkat lebih dari 2.540% dibandingkan pada 2014 yang hanya sekitar 130 ton," sebutnya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, hingga September lalu, volume ekspor beras kategori premium dan khusus sudah mencapai 3.069 ton. Begitu pula ekspor dan impor jagung. Indonesia pada tahun 2015 masih mengimpor jagung sebesar 3,5 juta ton tahun 2015 dan tahun 2016 mengimpor 1,3 juta ton.
"Tapi sejak tahun 2016, sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kementan membatasi pemberian rekomendasi impor jagung, dan bahkan pada tahun 2017, sama sekali tidak melakukan impor," beber Andi Nur Alam.
“Kebijakan ini terbukti mampu menggerakan perekonomian petani. Petani menjadi tertarik menanam jagung karena harga yang bagus. Bahkan tahun 2018 ini telah mampu ekspor jagung sebesar 380.000 ton,” tambahnya.
Berdasarkan data Kementan, tahun 2018, pemerintah memberi anggaran sebesar Rp2,81 triliun untuk membeli 70.839 unit alsintan yang berfokus pada subsektor padi, jagung dan kedelai. Per November 2018, anggaran dan target sudah terealisasi sebesar 98%. Artinya, sekitar Rp 2,75 triliun dana sudah dirogoh untuk alokasi total 69.196 unit alsintan kepada 69.196 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 500 hektare (ha).
Tahun lalu, ada sebanyak 84.356 unit alsintan yang dialokasikan. Sisa anggaran untuk pendanaan sekitar 1.697 unit yang belum dialokasikan dari target di akhir tahun.
"Bantuan alsintan mampu menekan biaya operasional 35% hingga 48% dalam produksi petani. Dulu tanpa kemajuan mekanisasi ini, petani bisa membajak sawahnya 1 hektare berhari-hati, tapi ini cukup 2-3 jam saja," ungkap Direktur Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah di Jakarta, Minggu (9/12/2018).
Andi Nur Alam menambahkan dengan penggunaan alsintan modern, penyusutan hasil panen sebesar 10% pun dapat diselamatkan, meningkatkan nilai tambah dan penanaman padi yang dulunya hanya sekali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat. "Dengan demikian, produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, penggunaan alsintan ini pun mendorong generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian. Sebab, mekanisasi pertanian telah mengubah pandangan masyarakat mengenai bertani.
"Dulu petani miskin, kumuh. Sekarang sejahtera. Lihat saja, dengan alat yang modern, petani bisa olah tanah, tanam, panen sambil telepon dan pakaian yang rapih. Ini mengubah mindset," lanjut Andi Nur Alam.
Oleh karena itu, Andi Nur Alam menegaskan berkat kontribusi penggunakan alat mesin pertanian yang modern, lima tahun terakhir produksi komoditas tanaman pangan utama, yaitu padi, jagung, dan kedelai, meningkat signifikan. Setiap tahunnya, rata-rata produksi padi mencapai 4,07%, jagung 12,5%, dan kedelai 8,79% selama lima tahun terakhir.
Terkait capain ekspor, Andi Nur Alam membeberkan berdasarkam data BPS, perkembangan ekspor beras khusus dan beras premium melonjak tajam pada periode tahun 2017 dan 2018. Volume ekspor beras kategori ini pada 2017 mencapai 3.433 ton. "Angka itu meningkat lebih dari 2.540% dibandingkan pada 2014 yang hanya sekitar 130 ton," sebutnya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, hingga September lalu, volume ekspor beras kategori premium dan khusus sudah mencapai 3.069 ton. Begitu pula ekspor dan impor jagung. Indonesia pada tahun 2015 masih mengimpor jagung sebesar 3,5 juta ton tahun 2015 dan tahun 2016 mengimpor 1,3 juta ton.
"Tapi sejak tahun 2016, sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Kementan membatasi pemberian rekomendasi impor jagung, dan bahkan pada tahun 2017, sama sekali tidak melakukan impor," beber Andi Nur Alam.
“Kebijakan ini terbukti mampu menggerakan perekonomian petani. Petani menjadi tertarik menanam jagung karena harga yang bagus. Bahkan tahun 2018 ini telah mampu ekspor jagung sebesar 380.000 ton,” tambahnya.
Berdasarkan data Kementan, tahun 2018, pemerintah memberi anggaran sebesar Rp2,81 triliun untuk membeli 70.839 unit alsintan yang berfokus pada subsektor padi, jagung dan kedelai. Per November 2018, anggaran dan target sudah terealisasi sebesar 98%. Artinya, sekitar Rp 2,75 triliun dana sudah dirogoh untuk alokasi total 69.196 unit alsintan kepada 69.196 kelompok tani dengan luas lahan sekitar 500 hektare (ha).
Tahun lalu, ada sebanyak 84.356 unit alsintan yang dialokasikan. Sisa anggaran untuk pendanaan sekitar 1.697 unit yang belum dialokasikan dari target di akhir tahun.
(fjo)