Impor Naik 11,68% Hingga November, Barang Konsumsi Penyebab Terbesar
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, realisasi impor tahun ini dari Januari hingga November 2018 sudah mencapai USD173,32 miliar. Posisi ini mengalami kenaikan 11,68% dibanding periode sama tahun lalu.(Baca Juga: Realisasi Ekspor RI Turun 6,69% di Periode November 2018Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, nilai impor pada November 2018 memang mengalami penurunan tipis atau sekitar 4,47% dibanding Oktober 2018. Namun, jika dilihat secara kumulatif dari Januari hingga November 2018 masih terdapat kenaikan yang cukup besar terhadap nilai impor Indonesia.
Begitupun jika nilai impor November 2018 dibanding periode sama tahun lalu, maka posisinya masih mengalami peningkatan sekitar 11,68%. "Pada November nilai impor USD16,88 miliar. Kalau dibanding Oktober 2018 turun 4,47%. Sementara posisi impor November 2018 dibanding November 2017 masih meningkat 11,68%," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/12/2018).
Menurutnya, kenaikan impor periode Januari hingga November 2018 terjadi di seluruh jenis penggunaan barang, baik barang konsumsi, bahan baku, maupun barang modal. Dimana, pada periode tersebut impor barang konsumsi naik 23,72% atau USD15,71 miliar, impor bahan baku naik 21,44% atau USD130,35 miliar, dan impor barang modal naik 24,80% atau USD27,27 miliar.
"Kalau dilihat dari golongan barang utama, yang impornya meningkat tinggi benda besi dan baja itu meningkat 54,14%, besi dan baja meningkat 27,81%, dan serelia karena kita impor beras jadi meningkat 30,17%," imbuh dia.
Sementara itu, untuk periode November 2018 yang menyebabkan impor sedikit turun adalah karena ada penurunan impor migas sebesar 2,80% dan impor nonmigas yang turun sebesar 4,80%. Jika dilihat menurut penggunaan barang, impor periode November 2018 turun di semua jenis baik barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal. Untuk barang konsumsi turun 4,70% atau USD1,43 miliar, bahan baku turun 4,14% atau USD12,86 miliar, dan barang modal turun 5,92% atau USD2,59 miliar.
"Barang konsumsi penurunanya lebih kepada produk buah-buahan seperti anggur dari China tuurn USD29,4 juta, jeruk mandarin turun USD15,6 juta, pear turun. Kalau bahan baku ada beberapa bahan baku yang turun seperti kedelai, gandum, florid. Sedang barang modal yang turun seperti gasoline engine dan beberap amesin lainnya yang menyebabkan menurun. Dengan catatan, kontribusi bahan baku masih dominasi impor kita yaitu 76,16%," tandasnya.
Begitupun jika nilai impor November 2018 dibanding periode sama tahun lalu, maka posisinya masih mengalami peningkatan sekitar 11,68%. "Pada November nilai impor USD16,88 miliar. Kalau dibanding Oktober 2018 turun 4,47%. Sementara posisi impor November 2018 dibanding November 2017 masih meningkat 11,68%," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/12/2018).
Menurutnya, kenaikan impor periode Januari hingga November 2018 terjadi di seluruh jenis penggunaan barang, baik barang konsumsi, bahan baku, maupun barang modal. Dimana, pada periode tersebut impor barang konsumsi naik 23,72% atau USD15,71 miliar, impor bahan baku naik 21,44% atau USD130,35 miliar, dan impor barang modal naik 24,80% atau USD27,27 miliar.
"Kalau dilihat dari golongan barang utama, yang impornya meningkat tinggi benda besi dan baja itu meningkat 54,14%, besi dan baja meningkat 27,81%, dan serelia karena kita impor beras jadi meningkat 30,17%," imbuh dia.
Sementara itu, untuk periode November 2018 yang menyebabkan impor sedikit turun adalah karena ada penurunan impor migas sebesar 2,80% dan impor nonmigas yang turun sebesar 4,80%. Jika dilihat menurut penggunaan barang, impor periode November 2018 turun di semua jenis baik barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal. Untuk barang konsumsi turun 4,70% atau USD1,43 miliar, bahan baku turun 4,14% atau USD12,86 miliar, dan barang modal turun 5,92% atau USD2,59 miliar.
"Barang konsumsi penurunanya lebih kepada produk buah-buahan seperti anggur dari China tuurn USD29,4 juta, jeruk mandarin turun USD15,6 juta, pear turun. Kalau bahan baku ada beberapa bahan baku yang turun seperti kedelai, gandum, florid. Sedang barang modal yang turun seperti gasoline engine dan beberap amesin lainnya yang menyebabkan menurun. Dengan catatan, kontribusi bahan baku masih dominasi impor kita yaitu 76,16%," tandasnya.
(akr)