Masyarakat Harus Adaptif dengan Disrupsi Teknologi

Selasa, 18 Desember 2018 - 19:15 WIB
Masyarakat Harus Adaptif dengan Disrupsi Teknologi
Masyarakat Harus Adaptif dengan Disrupsi Teknologi
A A A
JAKARTA - Masyarakat diimbau tak khawatir mengenai lapangan pekerjaan yang diperkirakan hilang akibat disrupsi teknologi 4.0. Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono mengatakan, yang paling penting adalah masyarakat harus bertransformasi terhadap perubahan.

"Yang penting itu bagaimana masyarakat siap menghadapi perubahan. Bagaimanapun, kalau masyarakat siap, adaptasi pasti akan terjadi," ujar Bambang pada HR Summit 2018 di Jakarta, Selasa (18/12/2018).

HR Summit mengambil tema Focusing on Corporate Culture & Soft Competence for Sustainable Growth Through Vocation & Industry 4.0 - Menuju Industri Berdikari dan Sejahtera, yang digagas Industry & Business Intitute of Management (IBIMA) dengan menghadirkan sejumlah pembicara antara lain Staf Ahli Menristekdikti Prof. Paulina Pannen, Presiden IOI - CEO IBIMA I Made Dana Tangkas serta akademisi dan praktisi industri.

Bambang menjelaskan bahwa memasuki era industri 4.0 banyak terdampak pada disrupsi. Akibatnya terdapat jabatan-jabatan yang berkurang, namun sebaliknya makin banyak jabatan atau posisi-posisi baru yang tercipta.

"Realitas seperti ini tak perlu dikhawatirkan selama SDM bisa adaptif terhadap perubahan. Dengan kata lain, Revolusi industri 4.0 tidak akan mengurangi jumlah lapangan pekerjaan," pungkas Bambang.

Sementara, Staf Ahli Menristekdikti Paulina Pannen mengatakan, kekhawatiran akan adanya pekerjaan yang hilang akibat digantikan tenaga robot tidak akan terjadi. Sebaliknya menurut dia, semua pihak harus menjadi pemimpin digital dan revolusi industri 4.0. "Ini adalah momentum dan kesempatan kita untuk meraih peluang," tegas Paulina.

Kemenristekdikti sendiri, kata Paulina, mendefinisikan Revolusi Industri 4.0 itu adalah revolusi budaya, revolusi dimana manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan bukan sekedar revolusi teknologi. "Karena apa, karena revolusi tersebut membawa norma baru dalam keseharian manusia. Contohnya ada satu keluarga yang makan bersama, tetapi mereka asyik dengan gadget masing-masing, dan itu adalah budaya baru," jelasnya.

Sementara Made Tangkas mengatakan, HR Summit menjadi kesempatan luas untuk mengkaji dan menyiapkan strategi membangun industri melalui pengembangan vokasi yang tepat dan juga strategi implementasi Industry 4.0. Harapannya, ungkap Made Tangkas, HR summit dapat menjadi forum sharing dan learning untuk membahas isu-isu strategis tentang corporate culture dan soft competence.

"Termasuk memberikan kesempatan kepada pelaku usaha yang telah berhasil mengelola corporate culture & soft human capital untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, memberikan kesempatan kepada pelaku usaha khususnya HR executives untuk menimba pengalaman dari CEO dan Founder yang telah berhasil," tandasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5045 seconds (0.1#10.140)