Meniti Jalan Swasembada Pajale

Selasa, 08 Januari 2019 - 09:32 WIB
Meniti Jalan Swasembada Pajale
Meniti Jalan Swasembada Pajale
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus menargetkan kenaikan produksi padi, jagung dan kedelai (Pajale) di tahun 2019, dengan penambahan luas tanam melalui berbagai terobosan seperti tumpangsari dan pemanfaatan lahan rawa.

"Tumpangsari sebagai cara untuk memanfaatkan persaingan lahan antar komoditas. Tahun 2019 ini ditargetkan tumpangsari 1,05 juta hektare atau setara luas pertanaman 2,1 juta hektare", ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Sesdit DTP) Kementerian Pertanian, Maman Suherman dalam keterangan tertulis, Selasa (8/1/2019).

Lahan rawa kita yang sangat luas, jelas Maman, mulai dimanfaatkan sebagai pilot project sejak 2018. Tahun 2019, ditargetkan 500.000 hektare rawa di Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan. Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di rawa dapat meningkatkan indeks pertanaman dan mengembangkan korporasi petani.

"Proyeksi produksi 2019 akan meningkat lebih tinggi lagi di banding 2018, dengan dukungan program peningkatan produksi, perbaikan prasarana dan sarana, penanganan pasca panen dan pengamanan produksi," sambung Maman.

Pelaksanaan Upsus Pajale, imbuhnya, sejak tahun 2015 membuktikan kenaikan tajam luas tanam padi sebesar 2 juta hektare. Dari 14 juta hektare tahun 2014 menjadi 16 juta hektare tahun 2018.

Target Swasembada Padi dan Jagung Tercapai
Target swasembada padi dan jagung yang dicanangkan pemerintah telah tercapai. Tahun 2018 lalu, produksi padi 83,04 juta ton GKG atau setara dengan 48,3 juta ton beras. "Angka ini tercatat masih surplus karena konsumsinya lebih kecil sebesar 30,4 juta ton beras," jelas Maman.

Begitu juga dengan jagung, tahun 2018 produksi jagung 30 juta ton PK, sedangkan perhitungan kebutuhan sekitar 17 juta ton PK. Masih ada perhitungan surplus sekitar 13 juta ton. "Artinya swasembada padi dan jagung sudah bisa kita capai," pungkas Maman.

Sementara untuk komoditas kedelai, Maman menjelaskan, pemerintah masih berupaya mencapai swasembada. Namun begitu, tercatat selama 5 tahun terakhir produksi kedelai di 2018 melonjak tajam sebesar 982.000.

Naiknya angka produksi Pajale, juga sejalan dengan naiknya kesejahteraan petani. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Desember 2018 naik sebesar 0,04% menjadi 103,16 jika dibandingkan bulan sebelumnya.

Kepala BPS Suharyanto menyampaikan, kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik sebesar 0,54%, lebih besar dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) sebesar 0,50%.

NTP menunjukkan nilai tukar dari produk-produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga termasuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Sedangkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Desember 2018 sebesar 112,21 atau naik 0,26% dibandingkan NTUP bulan sebelumnya.

Menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, peningkatan daya beli petani ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi dan mengendalikan harga di tingkat petani maupun konsumen.

"Di satu sisi, petani untung karena produk yang mereka hasilkan dibeli dengan harga tinggi. Di sisi lain, mereka pun bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga terjangkau," ungkap Kuntoro Boga.

Maman Suherman menyimpulkan, dengan tercapainya swasembada padi, jagung, dan nilai tukar petani, maka telah tercapai salah satu tujuan Nawacita. Yaitu terwujudnya kemandirian ekonomi melalui kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9657 seconds (0.1#10.140)