Harga Minyak Stabil Ditopang Prospek Kesepakatan Dagang AS-China
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan hari ini stabil ditopang oleh harapan akan tercapainya kesepakatan antara AS dan China yang akan mengakhiri perang dagang di antara kedua negara.
Di bagian lain, pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga membuat suplai di pasar lebih ketat.
Hari ini minyak mentah berjangka internasional Brent, LCOc1 berada di USD57,43 per barel, naik USD10 sen, atau 0,1% dari penutupan terakhirnya. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS CLc1 berada di USD48,62 per barel, juga naik USD10 sen, atau 0,2%.
Sentimen positif muncul setelah Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan pada Senin (7/1) malam bahwa Beijing dan Washington dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang dapat diterima keduanya.
Meskipun ada optimisme seputar perundingan di Beijing, beberapa analis memperingatkan bahwa hubungan antara Washington dan Beijing tetap berpjak pada dasar yang goyah, dan bahwa ketegangan dapat segera berkobar lagi.
"Kami tetap khawatir tentang hubungan bilateral paling penting di dunia," kata konsultan risiko politik Eurasia Group dalam pandangannya pada 2019 seperti dikutip Reuters, elasa (8/1/2019).
"Perusahaan politik AS meyakini keterlibatan dengan Beijing tidak lagi berfungsi, dan itu merangkul pendekatan konfrontatif secara terbuka (dan) meningkatnya sentimen nasionalis membuat Beijing tidak mungkin mengabaikan provokasi AS," kata Eurasia Group.
Ada juga kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi dunia akan mengurangi konsumsi bahan bakar, menghasilkan pengurangan posisi bullish yang dipegang industri hedge fund dalam minyak mentah berjangka.
Sementara dari sisi pasokan minyak, harga minyak mentah 2019 didukung oleh pemotongan pasokan dari OPEC yang didominasi Timur Tengah serta anggota non-OPEC Rusia.
"Harga minyak mentah telah diuntungkan dari pengurangan produksi OPEC dan memantapkan pasar ekuitas," kata Mithun Fernando, analis investasi di Rivkin Securities Australia.
Namun, pemangkasan produksi yang dipimpin OPEC tersebut dibayangi lonjakan pasokan minyak AS yang didorong oleh kenaikan tajam dalam pengeboran dan produksi minyak serpih daratan.
Produksi minyak mentah AS tahun lalu tercatat naik 2 juta barel per hari (bph) menyentuh rekor 11,7 juta bph. Dengan aktivitas pengeboran yang masih tinggi, sebagian besar analis memperkirakan produksi minyak AS akan naik lebih lanjut tahun ini.
Konsultasi JBC Energy mengatakan kemungkinan bahwa produksi minyak mentah AS sudah secara signifikan di atas 12 juta bph pada awal Januari.
Di bagian lain, pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga membuat suplai di pasar lebih ketat.
Hari ini minyak mentah berjangka internasional Brent, LCOc1 berada di USD57,43 per barel, naik USD10 sen, atau 0,1% dari penutupan terakhirnya. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS CLc1 berada di USD48,62 per barel, juga naik USD10 sen, atau 0,2%.
Sentimen positif muncul setelah Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan pada Senin (7/1) malam bahwa Beijing dan Washington dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang dapat diterima keduanya.
Meskipun ada optimisme seputar perundingan di Beijing, beberapa analis memperingatkan bahwa hubungan antara Washington dan Beijing tetap berpjak pada dasar yang goyah, dan bahwa ketegangan dapat segera berkobar lagi.
"Kami tetap khawatir tentang hubungan bilateral paling penting di dunia," kata konsultan risiko politik Eurasia Group dalam pandangannya pada 2019 seperti dikutip Reuters, elasa (8/1/2019).
"Perusahaan politik AS meyakini keterlibatan dengan Beijing tidak lagi berfungsi, dan itu merangkul pendekatan konfrontatif secara terbuka (dan) meningkatnya sentimen nasionalis membuat Beijing tidak mungkin mengabaikan provokasi AS," kata Eurasia Group.
Ada juga kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi dunia akan mengurangi konsumsi bahan bakar, menghasilkan pengurangan posisi bullish yang dipegang industri hedge fund dalam minyak mentah berjangka.
Sementara dari sisi pasokan minyak, harga minyak mentah 2019 didukung oleh pemotongan pasokan dari OPEC yang didominasi Timur Tengah serta anggota non-OPEC Rusia.
"Harga minyak mentah telah diuntungkan dari pengurangan produksi OPEC dan memantapkan pasar ekuitas," kata Mithun Fernando, analis investasi di Rivkin Securities Australia.
Namun, pemangkasan produksi yang dipimpin OPEC tersebut dibayangi lonjakan pasokan minyak AS yang didorong oleh kenaikan tajam dalam pengeboran dan produksi minyak serpih daratan.
Produksi minyak mentah AS tahun lalu tercatat naik 2 juta barel per hari (bph) menyentuh rekor 11,7 juta bph. Dengan aktivitas pengeboran yang masih tinggi, sebagian besar analis memperkirakan produksi minyak AS akan naik lebih lanjut tahun ini.
Konsultasi JBC Energy mengatakan kemungkinan bahwa produksi minyak mentah AS sudah secara signifikan di atas 12 juta bph pada awal Januari.
(fjo)