Mencari Hunian Vertikal Jadi Tren di Kalangan Milenial
A
A
A
MEMASUKI tahun politik 2019, geliat pasar properti diprediksi tetap cerah dan prospektif. Untuk jenis hunian vertikal, proyek yang menyasar generasi milenial dengan berbagai fasilitas menarik, akses transportasi mudah, dan harga terjangkau masih banyak diburu. Kondisi pasar properti tahun ini diprediksi akan stabil, meski akan ada momen pemilihan presiden (pilpres) pada paruh pertama.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (Sekjen DPP REI) Paulus Totok Lusida mengemukakan, tahun politik sejatinya tidak berpengaruh pada kondisi dunia properti seperti yang terjadi pada 10 tahun terakhir.
Justru yang perlu dicermati adalah bergejolaknya ekonomi dunia, seperti potensi melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika (USD). “Karena itu, perlu kebijakankebijakan relaksasi untuk menggairahkan dunia properti yang akan ikut mendorong pertumbuhan di sektor lain.
Butuh perhatian pemerintah juga,” ujar Totok ketika dihubungi KORAN SINDO, Selasa (8/1). Totok menjelaskan, berbagai relaksasi kebijakan, seperti loan to value (LTV) dari Bank Indonesia maupun di sektor perpajakan, dapat mendorong minat masyarakat dan penjualan properti.
REI kini juga tengah mengusulkan program untuk memberikan kemudahan bagi aparatur sipil negara (ASN) maupun Polri agar membeli rumah non-MBR (masyarakat berpenghasilan rendah).
Untuk jenis hunian vertikal, seperti apartemen dan kondominium, dia mengatakan, pertumbuhan penjualan hunian segmen menengah dan atas diproyeksikan tetap menjanjikan dan bisa tumbuh lebih baik pada tahun ini, terutama yang menyasar kaum milenial.
Pengembang musti memahami kebutuhan kaum muda tersebut sehingga tertarik untuk berinvestasi properti. “Milenial punya potensi cukup besar untuk menjadi pasar prospektif karena dengan cicilan yang terjangkau serta kemudahan pembayaran, mereka sudah bisa memiliki hunian layak huni, baik sebagai tempat tinggal maupun investasi,” ujar Totok.
Lokasi yang strategis dan akses transportasi yang mudah juga menjadi pertimbangan kaum milenial membeli rumah. Yang menjadi pilihan biasanya apartemen di kawasan pinggiran berkonsep transit oriented development (TOD) dengan fasilitas lengkap yang kini banyak ditawarkan pengembang.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, sebagian besar developer masih merencanakan pengembangan apartemen strata menengah dan atas pada rencana pengembangan 2019.
Hal ini didukung optimisme pengembang melihat situasi ekonomi Indonesia yang masih positif hingga akhir 2018. Menurut dia, dampak signifikan penjualan properti baru terasa di segmen menengah ke atas dengan nilai jual di atas Rp1 miliar.
“Siklus properti tengah naik dan tahun politik akan sedikit menghambat investasi properti, terutama yang bernilai di atas Rp1 miliar,” ujarnya. Ali meyakini, properti di pinggiran Jakarta untuk 2019 akan tetap positif.
Berkaca dari tahun 2018, pada triwulan I tahun ini penjualan rumah di pinggiran Jakarta naik 58% dari triwulan IV tahun lalu. Kenaikan ini cukup tinggi setelah tahun lalu anjlok. “Jadi, bisa diprediksi tahun ini kondisinya hampir sama dengan tahun lalu,” katanya.
Apalagi, properti di kawasan yang memiliki akses dan infrastruktur yang menunjang mobilitas konsumen. “Kawasan yang dilalui komuter atau memiliki akses tol pasti bisa mendongkrak penjualan properti,” sebut Ali.
Dia mengungkapkan, pembangunan infrastruktur transportasi yang masif di Jakarta dan sekitarnya diyakini bakal mendongkrak pembangunan properti kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Permintaan properti di kawasan ini tumbuh 15% per tahun dengan potensi keuntungan hingga 40% dalam tiga tahun. Saat ini kawasan Jakarta dan sekitarnya diguyur proyek infrastruktur senilai tidak kurang dari Rp377,07 triliun.
Proyek yang mencakup jalan tol, kereta ringan (light rail transit /LRT), kereta (mass rapid transit /MRT), dan pembangunan terminal baru bandar udara itu ditargetkan beroperasi mulai 2019 dan 2024.
Aksesibilitas yang kian mudah ikut mengatrol permintaan hunian di pinggir dan satelit Kota Jakarta. Selain karena kemudahan transportasi umum massal, faktor yang mendorong konsumen memilih di pinggir kota juga karena harga hunian di tengah Kota Jakarta kian melambung.
Sales Manager Public Safety Indonesia (PS Indo) Rahmat Anwar juga memprediksi pasar properti pada awal 2019 tetap stabil kendati ada agenda pilpres. Dia menilai situasi politik dan terciptanya rasa aman bagi masyarakat terlihat semakin kondusif.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (Sekjen DPP REI) Paulus Totok Lusida mengemukakan, tahun politik sejatinya tidak berpengaruh pada kondisi dunia properti seperti yang terjadi pada 10 tahun terakhir.
Justru yang perlu dicermati adalah bergejolaknya ekonomi dunia, seperti potensi melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika (USD). “Karena itu, perlu kebijakankebijakan relaksasi untuk menggairahkan dunia properti yang akan ikut mendorong pertumbuhan di sektor lain.
Butuh perhatian pemerintah juga,” ujar Totok ketika dihubungi KORAN SINDO, Selasa (8/1). Totok menjelaskan, berbagai relaksasi kebijakan, seperti loan to value (LTV) dari Bank Indonesia maupun di sektor perpajakan, dapat mendorong minat masyarakat dan penjualan properti.
REI kini juga tengah mengusulkan program untuk memberikan kemudahan bagi aparatur sipil negara (ASN) maupun Polri agar membeli rumah non-MBR (masyarakat berpenghasilan rendah).
Untuk jenis hunian vertikal, seperti apartemen dan kondominium, dia mengatakan, pertumbuhan penjualan hunian segmen menengah dan atas diproyeksikan tetap menjanjikan dan bisa tumbuh lebih baik pada tahun ini, terutama yang menyasar kaum milenial.
Pengembang musti memahami kebutuhan kaum muda tersebut sehingga tertarik untuk berinvestasi properti. “Milenial punya potensi cukup besar untuk menjadi pasar prospektif karena dengan cicilan yang terjangkau serta kemudahan pembayaran, mereka sudah bisa memiliki hunian layak huni, baik sebagai tempat tinggal maupun investasi,” ujar Totok.
Lokasi yang strategis dan akses transportasi yang mudah juga menjadi pertimbangan kaum milenial membeli rumah. Yang menjadi pilihan biasanya apartemen di kawasan pinggiran berkonsep transit oriented development (TOD) dengan fasilitas lengkap yang kini banyak ditawarkan pengembang.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan, sebagian besar developer masih merencanakan pengembangan apartemen strata menengah dan atas pada rencana pengembangan 2019.
Hal ini didukung optimisme pengembang melihat situasi ekonomi Indonesia yang masih positif hingga akhir 2018. Menurut dia, dampak signifikan penjualan properti baru terasa di segmen menengah ke atas dengan nilai jual di atas Rp1 miliar.
“Siklus properti tengah naik dan tahun politik akan sedikit menghambat investasi properti, terutama yang bernilai di atas Rp1 miliar,” ujarnya. Ali meyakini, properti di pinggiran Jakarta untuk 2019 akan tetap positif.
Berkaca dari tahun 2018, pada triwulan I tahun ini penjualan rumah di pinggiran Jakarta naik 58% dari triwulan IV tahun lalu. Kenaikan ini cukup tinggi setelah tahun lalu anjlok. “Jadi, bisa diprediksi tahun ini kondisinya hampir sama dengan tahun lalu,” katanya.
Apalagi, properti di kawasan yang memiliki akses dan infrastruktur yang menunjang mobilitas konsumen. “Kawasan yang dilalui komuter atau memiliki akses tol pasti bisa mendongkrak penjualan properti,” sebut Ali.
Dia mengungkapkan, pembangunan infrastruktur transportasi yang masif di Jakarta dan sekitarnya diyakini bakal mendongkrak pembangunan properti kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Permintaan properti di kawasan ini tumbuh 15% per tahun dengan potensi keuntungan hingga 40% dalam tiga tahun. Saat ini kawasan Jakarta dan sekitarnya diguyur proyek infrastruktur senilai tidak kurang dari Rp377,07 triliun.
Proyek yang mencakup jalan tol, kereta ringan (light rail transit /LRT), kereta (mass rapid transit /MRT), dan pembangunan terminal baru bandar udara itu ditargetkan beroperasi mulai 2019 dan 2024.
Aksesibilitas yang kian mudah ikut mengatrol permintaan hunian di pinggir dan satelit Kota Jakarta. Selain karena kemudahan transportasi umum massal, faktor yang mendorong konsumen memilih di pinggir kota juga karena harga hunian di tengah Kota Jakarta kian melambung.
Sales Manager Public Safety Indonesia (PS Indo) Rahmat Anwar juga memprediksi pasar properti pada awal 2019 tetap stabil kendati ada agenda pilpres. Dia menilai situasi politik dan terciptanya rasa aman bagi masyarakat terlihat semakin kondusif.
(don)