Maskapai Penerbangan Minta Harga Avtur Segera Turun
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Maskapai Nasional Indonesia atau Indonesia National Air Carrier (INACA) meminta agar pemerintah mengatasi persoalan mahalnya harga avtur untuk maskapai penerbangan. Tingginya harga avtur disebut amat membebani kinerja operasional maskapai penerbangan.
Ketua INACA Ari Askhara mengaku sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan PT Pertamina (Persero) terkait penurunan harga avtur.
"Komponen paling besar adalah fuel, menyumbang 40-45% dari cost maskapai penerbangan. Kita juga sudah dapat support dari Kementerian BUMN, Perhubungan , dan ESDM untuk menurunkan harga avtur khususnya di Jakarta," ujar Ari di Jakarta, Minggu (13/1/2019).
Ari menambahkan, harga avtur di Indonesia lebih mahal daripada negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dalam hal ini, sambung dia, gejolak kurs juga menyebabkan harga avtut Indonesia lebih tinggi. Selain itu, fasilitas terminal atau bandara Indonesia pun sekitar 2-10 % lebih mahal dari negara tetangga.
Karena itu, dia berharap komitmen penurunan harga tiket pesawat oleh maskapai bisa diiringi dengan adanya pengurangan ongkos operasional, termasuk bahan bakar pesawat dari Pertamina. "Kami berharap Pertamina bisa menurunkan (harga avtur) 10%," ujarnya.
Selain itu, Ari menginstruksikan semua maskapai untuk terus melakukan efisiensi. Agar bisa mengurangi biaya-biaya yang ditanggung oleh maskapai sehingga tidak membuat rugi perusahaan dengan adanya penurunan harga tiket ini.
Ketua INACA Ari Askhara mengaku sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan PT Pertamina (Persero) terkait penurunan harga avtur.
"Komponen paling besar adalah fuel, menyumbang 40-45% dari cost maskapai penerbangan. Kita juga sudah dapat support dari Kementerian BUMN, Perhubungan , dan ESDM untuk menurunkan harga avtur khususnya di Jakarta," ujar Ari di Jakarta, Minggu (13/1/2019).
Ari menambahkan, harga avtur di Indonesia lebih mahal daripada negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dalam hal ini, sambung dia, gejolak kurs juga menyebabkan harga avtut Indonesia lebih tinggi. Selain itu, fasilitas terminal atau bandara Indonesia pun sekitar 2-10 % lebih mahal dari negara tetangga.
Karena itu, dia berharap komitmen penurunan harga tiket pesawat oleh maskapai bisa diiringi dengan adanya pengurangan ongkos operasional, termasuk bahan bakar pesawat dari Pertamina. "Kami berharap Pertamina bisa menurunkan (harga avtur) 10%," ujarnya.
Selain itu, Ari menginstruksikan semua maskapai untuk terus melakukan efisiensi. Agar bisa mengurangi biaya-biaya yang ditanggung oleh maskapai sehingga tidak membuat rugi perusahaan dengan adanya penurunan harga tiket ini.
(fjo)