Animo Naik Pesawat Meningkat, Maskapai Gencar Tebar Tiket Promo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bisnis penerbangan nasional berusaha bangkit dari keterpurukan di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Jual tiket murah jadi pilihan untuk merayu masyarakat agar mau terbang kembali.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon B Prawiraatmadja menerangkan animo masyarakat untuk bepergian dengan pesawat kembali tumbuh sejak pemerintah menyubsidi passenger service charge (PSC). Mereka, menurut dia, kembali percaya setelah melihat pengelola bandara dan maskapai menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat.
“Yang pasti September, Oktober, dan mudah-mudahan November, jumlah penumpangnya mencapai 2,5 juta per bulan. Kami berharap akhir tahun masyarakat yang biasa berlibur ke luar negeri, sekarang karena ada ketentuan tidak boleh, bisa pergi ke kota-kota di dalam negeri. Itu akan menambah aktivitas (jumlah) penumpang,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu malam (18/11/2020).
( )
Pandemi nyaris menghentikan deru mesin pesawat-pesawat komersial di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pesawat-pesawat lebih parkir selama pandemi Covid-19, apalagi ketika dilakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Perlahan pemerintah melonggarkan pergerakan orang. Maskapai yang sedang berdarah-darah tak ingin menyerah begitu saja.
Kini, mereka ramai-ramai melakukan promo tiket. Misalnya, AirAsia Indonesia menjual paket tiket Rp1,5 juta. Penumpang bisa terbang berkali-kali sepanjang November 2020 hingga Mei 2019. Lalu, Sriwijaya dan Nam Air menjual tiket Rp170.000. Denon menyebut untuk saat ini cara itu mungkin yang terbaik.
“Kalau dibilang tepat, saya pikir apapun yang dilakukan ketika demand menurun tentu sulit kembali dalam waktu singkat ke (kondisi) 2019 dan 2018. Tapi ini cara terbaik untuk membenahi cash flow masing-masing maskapai. Kemudian, menambah produktivitas maskapai, meningkat load factor, dan menambah pergerakan pesawat,” jelasnya.
( )
Maskapai, bandara, dan pemerintah berusaha keras dan mengeluarkan berbagai stimulus untuk menumbuhkan kembali penumpang. Promo di tengah lesunya permintaan, ekonomi, dan bisnis sudah tidak baik sebelum Covid-19, tentu bisa menjadi perjudian besar. Denon menyakini maskapai-maskapai itu sudah mempunyai hitungan teknis untuk mendapatkan keuntungan.
Dia memaparkan maskapai pun telah menjajaki kerja sama dengan pengelola hotel-hotel. Mereka biasanya bekerja sama menjual tiket pesawat dan hotel secara langsung.
(
)
Dengan sistem ini, masyarakat tidak perlu repot-repot lagi memesan tiket pesawat dan hotel secara terpisah. Segala cara dilakukan untuk menghidupkan kembali bisnis ini dan bisa mempekerjakan kembali banyak orang.
Denon mengungkapkan INACA sedang menyusun proyeksi pertumbuhan penumpang pasca pandemi ini. Dia menyebut ini sebagai white paper. “White paper ini akan menjadi acuan seberapa cepat kita akan recovery seperti tahun 2019. Untuk sementara, 2023 baru bisa kembali seperti 2019 dengan jumlah penumpang 90 juta per tahun,” pungkasnya.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon B Prawiraatmadja menerangkan animo masyarakat untuk bepergian dengan pesawat kembali tumbuh sejak pemerintah menyubsidi passenger service charge (PSC). Mereka, menurut dia, kembali percaya setelah melihat pengelola bandara dan maskapai menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat.
“Yang pasti September, Oktober, dan mudah-mudahan November, jumlah penumpangnya mencapai 2,5 juta per bulan. Kami berharap akhir tahun masyarakat yang biasa berlibur ke luar negeri, sekarang karena ada ketentuan tidak boleh, bisa pergi ke kota-kota di dalam negeri. Itu akan menambah aktivitas (jumlah) penumpang,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Rabu malam (18/11/2020).
( )
Pandemi nyaris menghentikan deru mesin pesawat-pesawat komersial di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Pesawat-pesawat lebih parkir selama pandemi Covid-19, apalagi ketika dilakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Perlahan pemerintah melonggarkan pergerakan orang. Maskapai yang sedang berdarah-darah tak ingin menyerah begitu saja.
Kini, mereka ramai-ramai melakukan promo tiket. Misalnya, AirAsia Indonesia menjual paket tiket Rp1,5 juta. Penumpang bisa terbang berkali-kali sepanjang November 2020 hingga Mei 2019. Lalu, Sriwijaya dan Nam Air menjual tiket Rp170.000. Denon menyebut untuk saat ini cara itu mungkin yang terbaik.
“Kalau dibilang tepat, saya pikir apapun yang dilakukan ketika demand menurun tentu sulit kembali dalam waktu singkat ke (kondisi) 2019 dan 2018. Tapi ini cara terbaik untuk membenahi cash flow masing-masing maskapai. Kemudian, menambah produktivitas maskapai, meningkat load factor, dan menambah pergerakan pesawat,” jelasnya.
( )
Maskapai, bandara, dan pemerintah berusaha keras dan mengeluarkan berbagai stimulus untuk menumbuhkan kembali penumpang. Promo di tengah lesunya permintaan, ekonomi, dan bisnis sudah tidak baik sebelum Covid-19, tentu bisa menjadi perjudian besar. Denon menyakini maskapai-maskapai itu sudah mempunyai hitungan teknis untuk mendapatkan keuntungan.
Dia memaparkan maskapai pun telah menjajaki kerja sama dengan pengelola hotel-hotel. Mereka biasanya bekerja sama menjual tiket pesawat dan hotel secara langsung.
(
Baca Juga
Dengan sistem ini, masyarakat tidak perlu repot-repot lagi memesan tiket pesawat dan hotel secara terpisah. Segala cara dilakukan untuk menghidupkan kembali bisnis ini dan bisa mempekerjakan kembali banyak orang.
Denon mengungkapkan INACA sedang menyusun proyeksi pertumbuhan penumpang pasca pandemi ini. Dia menyebut ini sebagai white paper. “White paper ini akan menjadi acuan seberapa cepat kita akan recovery seperti tahun 2019. Untuk sementara, 2023 baru bisa kembali seperti 2019 dengan jumlah penumpang 90 juta per tahun,” pungkasnya.
(ind)