Rupiah Masih Ada Kemungkinan Menguat
A
A
A
JAKARTA - Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.089-Rp14.072 per dolar Amerika Serikat (USD). Secara tren, pergerakan rupiah masih berada di sekitar area lower bollinger band.
Reza mengatakan, rupiah masih dimungkinkan untuk kembali mengalami kenaikan. Adanya koreksi sebelumnya dapat dianggap koreksi sesaat.
"Juga maupun minor dengan memanfaatkan pelemahan mata uang yuan China dan kesempatan setelah rupiah mengalami kenaikan sebelumnya," ujarnya di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Menurut Reza, tetap waspadai berbagai macam sentimen dan waspadai adanya sentimen yang dapat membuat laju rupiah kembali melemah.
"Terutama dari sentimen adanya pelemahan data ekonomi di Uni Eropa yang dapat membuat EUR melemah dan menguatkan USD," katanya.
Sementara, pergerakan rupiah kembali mengalami kenaikan, dimana sehari sebelumnya cenderung melemah seiring dengan imbas pelemahan yuan China
"Di sisi lain, penguatan Rupiah ini mampu bertahan di tengahimbas mulai naiknya USD seiring dengan pelemahan EUR dan membesarnya defisit neraca perdagangan. BPS mengakui defisit pada 2018 sebesar USD8,57 miliar merupakan defisit terbesar sepanjang sejarah perekonomian Indonesia," pungkasnya.
Reza mengatakan, rupiah masih dimungkinkan untuk kembali mengalami kenaikan. Adanya koreksi sebelumnya dapat dianggap koreksi sesaat.
"Juga maupun minor dengan memanfaatkan pelemahan mata uang yuan China dan kesempatan setelah rupiah mengalami kenaikan sebelumnya," ujarnya di Jakarta, Rabu (16/1/2019).
Menurut Reza, tetap waspadai berbagai macam sentimen dan waspadai adanya sentimen yang dapat membuat laju rupiah kembali melemah.
"Terutama dari sentimen adanya pelemahan data ekonomi di Uni Eropa yang dapat membuat EUR melemah dan menguatkan USD," katanya.
Sementara, pergerakan rupiah kembali mengalami kenaikan, dimana sehari sebelumnya cenderung melemah seiring dengan imbas pelemahan yuan China
"Di sisi lain, penguatan Rupiah ini mampu bertahan di tengahimbas mulai naiknya USD seiring dengan pelemahan EUR dan membesarnya defisit neraca perdagangan. BPS mengakui defisit pada 2018 sebesar USD8,57 miliar merupakan defisit terbesar sepanjang sejarah perekonomian Indonesia," pungkasnya.
(ven)