Sri Mulyani: Government AS Shutdown Jadi Berita Baik untuk Indonesia

Selasa, 22 Januari 2019 - 14:23 WIB
Sri Mulyani: Government AS Shutdown Jadi Berita Baik untuk Indonesia
Sri Mulyani: Government AS Shutdown Jadi Berita Baik untuk Indonesia
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa gejolak perekonomian yang terjadi pada 2018 akan sedikit mereda di tahun 2019 ini. Pasalnya Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) kemungkinan akan menahan terlebih dahulu rencana kenaikan suku bunga acuannya.

Dia mengatakan, Bank Sentral AS mendapat kritikan dari Presiden AS Donald Trump lantaran bank sentral dianggap terlalu cepat menaikkan tingkat suku bunga acuannya. Akibatnya, saat ini pemerintah federal atau government di Negeri Paman Sam tengah shutdown.

"2019 apa yang kita lihat di 2018 itu berpengaruh ke 2019. Karena kejadian goncangan itu, ada belokan. Fed mengatakan sekarang dengan kenaikan suku bunga cepat, dia dikritik oleh Trump dan ekonomi shutdown, kemungkinan mereka akan melemah. Sehingga Fed kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga secepat dulu, mereka akan lebih sabar menunggu," katanya dalam sebuah diskusi bertajuk Forum A1 di Cikini, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
(Baca Juga: Guncangan Ekonomi RI 2018 Jauh Lebih Besar Dibanding 2013Menurutnya, hal tersebut menjadi berita baik untuk Indonesia karena arus modal (capital flow) telah kembali normal sejak akhir 2019. Diharapkan, pada tahun ini arus modal akan tetap terjaga. "Jadi itu (ekonomi AS shutdown) bagus untuk kita, kita tidak akan menghadapi tekanan sebesar 2018," imbuh dia.

Oleh sebab itu, wanita yang akrab disapa Ani ini meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan lebih baik. Apalagi, konsumsi diperkirakan akan tetap terjaga serta inflasi juga akan dijaga di level rendah.

"Kita berharap grotwh akan terjaga di 5,3-5,4%. Kita bisa menggunakan insturmen fiskal itu untuk stimulus seperti kita berikan tax holiday, insentif, deductable dua kali, mobil listrik akan diberikan dukungan. Jadi berbagai instrumen insentif itu diharapkan akan menggerakkan sektor riil, sehingga pertumbuhan dijaga di 5,3% dan inflasi di level 3,5%," tandasnya.

Sebagai informasi penutupan pemerintah federal atau government shutdown akibat pertentangan soal pembatas AS-Meksiko akhirnya menjadi shutdown terpanjang dalam sejarah. Shutdown ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi AS yang sudah tertekan sebelumnya oleh perang dagang dengan China dan ketidakpastian lainnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6091 seconds (0.1#10.140)