Ewindo Bina Petani Melakukan Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan bibit unggul PT East West Seed Indonesia (Ewindo) fokus membina para petani untuk menjadi trader. Pembinaan tersebut dilakukan Ewindo dengan membentuk komunitas-komunitas di kawasan pertanian.
Area Sales and Marketing Manager Ewindo, Budi Haryono, mengatakan untuk di wilayah Teluk Naga, Tangerang misalnya, terdapat 35 komunitas petani sayur yang menjadi binaan perusahaan.
"Mereka kami ajak menjadi petani meskipun sebagian awalnya berprofesi bukan sebagai petani, seperti pekerja pabrik dan lain sebagainya. Biasanya kami siapkan demplot untuk ditanami berbagai jenis sayuran. Kalau mereka melihat caranya mudah dan hasilnya bagus mereka akan bergabung menjadi petani sayuran," ujar Budi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/1/2019).
Dia menjelaskan, setiap petugas Ewindo biasanya membawahi 25 orang. Dan di Provinsi Banten terdapat 3 penyuluh berarti di bawahnya terdapat lebih dari 100 petani binaan.
"Butuh waktu dua tahun agar petani sayur pemula menjadi mandiri yakni mulai dari sekedar mengamati, mencoba, sampai akhirnya budi daya sendiri. Semuanya kami berikan pendampingan agar mendapatkan hasil yang maksimal," ujarnya.
Petani sayur Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, berhasil memanen produk hortikultura berkualitas premium, seperti melon, jagung manis, jagung pulut, cabai, pakcoy, kangkung dan bayam. Salah satu yang menjadi unggulannya adalah melon kuning varietas Stella F1 yang memiliki tingkat kemanisan sangat tinggi, hingga mencapai 18 brix (tingkat kemanisan buah melon).
"Untuk pasar lokal jenis Stella F1 permintaannya rata-rata 1 ton per hari. Sedangkan untuk jenis Gracia dan Alicia masing-masing bisa dua sampai tiga ton per hari. Harganya sedang bagus Rp17.000-Rp20.000 per kilogram," jelas Bagas Suratman, Ketua Kelompok Tani Teluk Naga.
Bagas mengatakan, semua sayuran bisa ditanam di wilayahnya dengan memanfaatkan lahan kosong yang banyak terdapat di sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Bagas yang telah bermitra dengan sejumlah supermarket di Jakarta ini mengatakan semua tanaman sayur yang diproduksi di lahannya sudah disesuaikan dengan permintaan pasar tujuannya untuk menghindarkan kelebihan pasok.
Tidak hanya pasar domestik, produk sayuran premium milik Bagas juga sudah mulai menembus pasar luar negeri. "Untuk pasar luar negeri, lebih memilih melon varietas Madesta seperti Taiwan dan Timur Tengah rata-rata permintaannya 15 ton per dua minggu," ungkap Bagas.
Bagas berencana di tahun 2019 ini akan memperluas areal tanam dengan memanfaatkan lahan perusahaan yang ada di sekitar bandara yang tidak terpakai. "Kalau tahun 2017, luas areal tanam masih 24 hektar, maka di tahun 2018 lalu sudah menjadi 26 hektar, harapannya di 2019 bisa lebih dari 31 hektar," kata petani binaan Ewindo ini.
Bupati Tangerang, Ahmad Zaki Iskandar, menyatakan tidak menyangka kalau di wilayah pemerintahannya terdapat petani sukes seperti di Teluk Naga. Untuk itu, pihaknya akan segera menginstruksikan Dinas Pertanian memberikan dukungan semua kebutuhan bagi pengembangan pertanian sayuran.
Area Sales and Marketing Manager Ewindo, Budi Haryono, mengatakan untuk di wilayah Teluk Naga, Tangerang misalnya, terdapat 35 komunitas petani sayur yang menjadi binaan perusahaan.
"Mereka kami ajak menjadi petani meskipun sebagian awalnya berprofesi bukan sebagai petani, seperti pekerja pabrik dan lain sebagainya. Biasanya kami siapkan demplot untuk ditanami berbagai jenis sayuran. Kalau mereka melihat caranya mudah dan hasilnya bagus mereka akan bergabung menjadi petani sayuran," ujar Budi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (24/1/2019).
Dia menjelaskan, setiap petugas Ewindo biasanya membawahi 25 orang. Dan di Provinsi Banten terdapat 3 penyuluh berarti di bawahnya terdapat lebih dari 100 petani binaan.
"Butuh waktu dua tahun agar petani sayur pemula menjadi mandiri yakni mulai dari sekedar mengamati, mencoba, sampai akhirnya budi daya sendiri. Semuanya kami berikan pendampingan agar mendapatkan hasil yang maksimal," ujarnya.
Petani sayur Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, berhasil memanen produk hortikultura berkualitas premium, seperti melon, jagung manis, jagung pulut, cabai, pakcoy, kangkung dan bayam. Salah satu yang menjadi unggulannya adalah melon kuning varietas Stella F1 yang memiliki tingkat kemanisan sangat tinggi, hingga mencapai 18 brix (tingkat kemanisan buah melon).
"Untuk pasar lokal jenis Stella F1 permintaannya rata-rata 1 ton per hari. Sedangkan untuk jenis Gracia dan Alicia masing-masing bisa dua sampai tiga ton per hari. Harganya sedang bagus Rp17.000-Rp20.000 per kilogram," jelas Bagas Suratman, Ketua Kelompok Tani Teluk Naga.
Bagas mengatakan, semua sayuran bisa ditanam di wilayahnya dengan memanfaatkan lahan kosong yang banyak terdapat di sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Bagas yang telah bermitra dengan sejumlah supermarket di Jakarta ini mengatakan semua tanaman sayur yang diproduksi di lahannya sudah disesuaikan dengan permintaan pasar tujuannya untuk menghindarkan kelebihan pasok.
Tidak hanya pasar domestik, produk sayuran premium milik Bagas juga sudah mulai menembus pasar luar negeri. "Untuk pasar luar negeri, lebih memilih melon varietas Madesta seperti Taiwan dan Timur Tengah rata-rata permintaannya 15 ton per dua minggu," ungkap Bagas.
Bagas berencana di tahun 2019 ini akan memperluas areal tanam dengan memanfaatkan lahan perusahaan yang ada di sekitar bandara yang tidak terpakai. "Kalau tahun 2017, luas areal tanam masih 24 hektar, maka di tahun 2018 lalu sudah menjadi 26 hektar, harapannya di 2019 bisa lebih dari 31 hektar," kata petani binaan Ewindo ini.
Bupati Tangerang, Ahmad Zaki Iskandar, menyatakan tidak menyangka kalau di wilayah pemerintahannya terdapat petani sukes seperti di Teluk Naga. Untuk itu, pihaknya akan segera menginstruksikan Dinas Pertanian memberikan dukungan semua kebutuhan bagi pengembangan pertanian sayuran.
(ven)