Kerek Ekonomi RI, Bappenas Dorong Peran Entrepreneur dan Teknologi
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendorong peran entrepreneur dan ilmu teknologi dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Untuk hard skill fokus Indonesia bersaing melalui ilmu pengetahuan, teknik, teknologi dan matematika.
Sementara yang soft skill dengan manfaatkan bonus demografi. "Soft skill yang namanya entrepreneurship," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Menurut Bambang, vokasi harus menghasilkan lulusan berkualitas dan mudah mendapatkan pekerjaan dengan keahlian yang sesuai. "Harus ada praktik di perusahaan yang seimbang dengan pengetahuan di kelas," katanya.
Lebih lanjut, terang dia baik di sekolah menengah, politeknik dan universitas mesti tetap adaptif terhadap perkembangan dunia pekerjaan. "Pada 2045 penekanannya, SDM harus meningkat produktivitas, manusia dan infrastruktur," pungkasnya.
Sebelumnya Bambang Brodjo mencatat produktivitas SDM di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. "Hal pertama yang harus diperhatikan itu adalah produktivitas, produktivitas Indonesia pertama relatif rendah dibandingkan negara lain, atau negara ASEAN lainnya,” ungkap dia beberapa waktu lalu.
Sementara yang soft skill dengan manfaatkan bonus demografi. "Soft skill yang namanya entrepreneurship," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Menurut Bambang, vokasi harus menghasilkan lulusan berkualitas dan mudah mendapatkan pekerjaan dengan keahlian yang sesuai. "Harus ada praktik di perusahaan yang seimbang dengan pengetahuan di kelas," katanya.
Lebih lanjut, terang dia baik di sekolah menengah, politeknik dan universitas mesti tetap adaptif terhadap perkembangan dunia pekerjaan. "Pada 2045 penekanannya, SDM harus meningkat produktivitas, manusia dan infrastruktur," pungkasnya.
Sebelumnya Bambang Brodjo mencatat produktivitas SDM di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. "Hal pertama yang harus diperhatikan itu adalah produktivitas, produktivitas Indonesia pertama relatif rendah dibandingkan negara lain, atau negara ASEAN lainnya,” ungkap dia beberapa waktu lalu.
(akr)