Kerja Sama Apik BI dan OJK Bikin Stabilitas Sektor Keuangan Semakin Baik
A
A
A
JAKARTA - Memasuki tahun 2019, penjaga gawang sektor keuangan yaitu Bank Indonesia (BI) dan OJK sangat layak mendapatkan pujian karena di tengah tekanan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, justru stabilitas sektor keuangan Indonesia menjadi semakin prima. Ibaratnya, tahun 2018 adalah tahun kawah candradimuka.
"Tahun 2019 akan mudah dilewati dengan pengalaman yang telah dialami dalam tahun 2018 yang lalu. Kemampuan Bank Indonesia dan OJK menjaga stabilitas sektor keuangan terlihat dari peningkatan keyakinan konsumen sangatlah terukur," ujar Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Daruri di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Sambung dia menerangkan, bukti stabilitas yang membaik itu tercermin dari perbaikan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2018 menjadi 127,0 poin dari sebelumnya berada pada 122,7 pada bulan November 2018.
Pada tahun 2018, rata-rata IKK adalah sebesar 123,6 lebih tinggi dari rata-rata tahun 2017. Tren ini terlihat semakin moncer pada kuartal terakhir tahun 2018 dimana rata-rata tingkat IKK berada pada angka 123,0.
"Jumlah ini tercatat meningkat jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Bank Indonesia dan OJK telah secara lihai mampu menjaga keyakinan pasar di tengah hantaman ancaman pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pada tahun 2018 yang lalu," ungkapnya.
Menurutnya negara seperti Turki dan Brasil justru tidak mampu menjaga kepercayaan konsumen mereka. Sementara itu cadangan devisa Indonesia juga menguat tertinggi yang mampu membiayai tujuh bulan impor dengan nilai sebesar USD120,6 miliar.
Sementara itu banyak negara berkembang lainnya seperti Saudi Arabia terus mengalami penurunan cadangan devisa semenjak Agustus 2018 hingga saat ini. Padahal Suadi adalah net eksportir minyak dan Indonesia adalah net importir minyak.
Prestasi Bank Indonesia dan OJK dapat terjadi karena pemilihan strategi yang tepat dimana trade off antara strategi satbilitas dan strategi pertumbuhan dapat dinetralisir. Secara khusus peran Bank Indonesia yang dipimpin oleh Perry Waluyo mampu membawa kebijakan sector moneter dalam konteks strategi stabilitas, dan kebijakan pertumbuhan berupa makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah.
"Kebijakan strategi pertumbuhan dapat dilakukan secara cantik karena adanya kerjasama yang baik antara Bank Indonesia dan OJK. Tanpa itu maka kedua stratgi ini akan saling membunuh satu sama lainnya,"
Kebijakan moneter dunia yang tak pasti pada tahun 2018 terbukti telah dapat dijinakkan oleh BI dan OJK termasuk ancaman perang dagang dan kapital outflow dari negara sedang berkembang.
Strategi ini jika dapat dipertahankan dengan baik merupakan modal yang sangat penting dalam menghadapi kondisi perekonomian tahun 2019 yang secara teoritis akan lebih jinak dibandingkan tahun 2018 yang lalu. "Terbukti, dana investasi negara berkembang saat ini (januari 2019) telah melihat perekonomian Indonesia sebagai bellwether yang sangat cantik," tandasnya.
"Tahun 2019 akan mudah dilewati dengan pengalaman yang telah dialami dalam tahun 2018 yang lalu. Kemampuan Bank Indonesia dan OJK menjaga stabilitas sektor keuangan terlihat dari peningkatan keyakinan konsumen sangatlah terukur," ujar Presiden Direktur Center of Banking Crisis (CBC) Achmad Deni Daruri di Jakarta, Kamis (7/2/2019).
Sambung dia menerangkan, bukti stabilitas yang membaik itu tercermin dari perbaikan persepsi terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Desember 2018 menjadi 127,0 poin dari sebelumnya berada pada 122,7 pada bulan November 2018.
Pada tahun 2018, rata-rata IKK adalah sebesar 123,6 lebih tinggi dari rata-rata tahun 2017. Tren ini terlihat semakin moncer pada kuartal terakhir tahun 2018 dimana rata-rata tingkat IKK berada pada angka 123,0.
"Jumlah ini tercatat meningkat jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Bank Indonesia dan OJK telah secara lihai mampu menjaga keyakinan pasar di tengah hantaman ancaman pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pada tahun 2018 yang lalu," ungkapnya.
Menurutnya negara seperti Turki dan Brasil justru tidak mampu menjaga kepercayaan konsumen mereka. Sementara itu cadangan devisa Indonesia juga menguat tertinggi yang mampu membiayai tujuh bulan impor dengan nilai sebesar USD120,6 miliar.
Sementara itu banyak negara berkembang lainnya seperti Saudi Arabia terus mengalami penurunan cadangan devisa semenjak Agustus 2018 hingga saat ini. Padahal Suadi adalah net eksportir minyak dan Indonesia adalah net importir minyak.
Prestasi Bank Indonesia dan OJK dapat terjadi karena pemilihan strategi yang tepat dimana trade off antara strategi satbilitas dan strategi pertumbuhan dapat dinetralisir. Secara khusus peran Bank Indonesia yang dipimpin oleh Perry Waluyo mampu membawa kebijakan sector moneter dalam konteks strategi stabilitas, dan kebijakan pertumbuhan berupa makroprudensial, pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah.
"Kebijakan strategi pertumbuhan dapat dilakukan secara cantik karena adanya kerjasama yang baik antara Bank Indonesia dan OJK. Tanpa itu maka kedua stratgi ini akan saling membunuh satu sama lainnya,"
Kebijakan moneter dunia yang tak pasti pada tahun 2018 terbukti telah dapat dijinakkan oleh BI dan OJK termasuk ancaman perang dagang dan kapital outflow dari negara sedang berkembang.
Strategi ini jika dapat dipertahankan dengan baik merupakan modal yang sangat penting dalam menghadapi kondisi perekonomian tahun 2019 yang secara teoritis akan lebih jinak dibandingkan tahun 2018 yang lalu. "Terbukti, dana investasi negara berkembang saat ini (januari 2019) telah melihat perekonomian Indonesia sebagai bellwether yang sangat cantik," tandasnya.
(akr)