Nilai Ekspor Bunga Melati Asal Tegal Digenjot Kementan
A
A
A
TEGAL - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) terus mendorong bisnis non migas agar mampu meraup untung devisa negara hingga triliunan rupiah. Salah satunya adalah meningkatkan nilai ekspor bunga melati atau bunga Jasminum Sambac.
Tercatat nilai ekspor bunga selama Agustus sampai Januari 2019 di Jawa Tengah mencapai Rp200,55 miliar. Bahkan, Komoditas bunga unik ini diekspor ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Arab Saudi.
"Makanya harus kita tingkatkan lagi," kata Kepala Barantan, Ali Jamil yang didampingi anggota komisi IV DPR RI KRT H Darori Wonodipuro saat meninjau lokasi sekaligus me-launching perdana ekspor bunga melati ke Malaysia via Singapore lewat Bandara Ahmad Yani di UD Barokah Melati Jaya, Tegal, Jawa Tengah, Rabu (20/2).
Menurut Ali, bunga ini biasanya digunakan masyarakat yang beragama hindu dan budha untuk proses ibadah sembahyang. Atau bagi kalangan umat muslim digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki aroma yang baik untuk penyegar.
"Barantan menjamin kesehatan komoditas melati ekspor ini dengan memperketat pengawasan kesehatan supaya bebas dari hama dan penyakit tumbuhan, seperti serangga hidup," katanya.
Beberapa bentuk perawatan ini diantaranya perlakuan pencelupan insektisida (dithane) dan pendinginan. Hal tersebut dilakukan agar eksportasi melati dapat memenuhi persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) negara tujuan.
"Jadi, ini kita pastikan tidak mengandung serangga dan lain-lain, biar nanti aman sampai sana, kemudiam tidak ditolak juga oleh negara tujuan," jelas Jamil.
Sekedar diketahui, di Jawa Tengah sendiri sebaran petani bunga melati terutama ada di Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang dan Pekalongan. Luas area tanam di sana mencapai 600 hektar. Sementara untuk harga bunga potong melati di tingkat petani sebesar 30.000 - 50.000 rupiah per kilogram.
"Sedangkan untuk tujuan ekspor, harga ditingkat petani bisa mencapai Rp. 100.000,-/ kg. Keuntungan petani dapat meningkat hingga 100 persen lebih," katanya.
Hingga saat ini, di Jawa Tengah sendiri hanya terdapat 9 eksportir bunga melati, yang sebagian besar eksportasinya lewat Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Dalam kesempatan itu, Anggota Komisi IV KRT Darori Wonodipuro, Bupati Tegal yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ir. Khofifah, MS turut serta dalam acara tersebut melakukan mediasi dengan Angkasa Pura, Asperindo dan Garuda Indonesia agar eksportasi dapat dilakukan langsung via Bandara Ahmad Yani, Semarang.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan bincang santai bersama 200 petani bawang merah, bawang putih dan beras merah organik. Para petani dihadirkan guna mengikuti program Agro Gemilang di Karantina Semarang.
Melalui program ini, Kementan melalui Barantan bisa secara langsung melakukan pendampingan kepada petani dan calon eksportir, khususnya para pemuda millenial, agar dapat ikut terjun meningkatkan eksportasi komoditas pertanian.
"Pembinaan kepada kelompok tani diantaranya bimbingan teknis cara pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilapangan saat budi daya, pembinaan saat prosesing ekspor dengan penerapan higiene dan sanitasi di area processing. Ini salah satu upaya meningkatkan neraca perdagangan kita, lewat eksportasi non migas," tukasnya.
Tercatat nilai ekspor bunga selama Agustus sampai Januari 2019 di Jawa Tengah mencapai Rp200,55 miliar. Bahkan, Komoditas bunga unik ini diekspor ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Arab Saudi.
"Makanya harus kita tingkatkan lagi," kata Kepala Barantan, Ali Jamil yang didampingi anggota komisi IV DPR RI KRT H Darori Wonodipuro saat meninjau lokasi sekaligus me-launching perdana ekspor bunga melati ke Malaysia via Singapore lewat Bandara Ahmad Yani di UD Barokah Melati Jaya, Tegal, Jawa Tengah, Rabu (20/2).
Menurut Ali, bunga ini biasanya digunakan masyarakat yang beragama hindu dan budha untuk proses ibadah sembahyang. Atau bagi kalangan umat muslim digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki aroma yang baik untuk penyegar.
"Barantan menjamin kesehatan komoditas melati ekspor ini dengan memperketat pengawasan kesehatan supaya bebas dari hama dan penyakit tumbuhan, seperti serangga hidup," katanya.
Beberapa bentuk perawatan ini diantaranya perlakuan pencelupan insektisida (dithane) dan pendinginan. Hal tersebut dilakukan agar eksportasi melati dapat memenuhi persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) negara tujuan.
"Jadi, ini kita pastikan tidak mengandung serangga dan lain-lain, biar nanti aman sampai sana, kemudiam tidak ditolak juga oleh negara tujuan," jelas Jamil.
Sekedar diketahui, di Jawa Tengah sendiri sebaran petani bunga melati terutama ada di Kabupaten Tegal, Pemalang, Batang dan Pekalongan. Luas area tanam di sana mencapai 600 hektar. Sementara untuk harga bunga potong melati di tingkat petani sebesar 30.000 - 50.000 rupiah per kilogram.
"Sedangkan untuk tujuan ekspor, harga ditingkat petani bisa mencapai Rp. 100.000,-/ kg. Keuntungan petani dapat meningkat hingga 100 persen lebih," katanya.
Hingga saat ini, di Jawa Tengah sendiri hanya terdapat 9 eksportir bunga melati, yang sebagian besar eksportasinya lewat Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Dalam kesempatan itu, Anggota Komisi IV KRT Darori Wonodipuro, Bupati Tegal yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ir. Khofifah, MS turut serta dalam acara tersebut melakukan mediasi dengan Angkasa Pura, Asperindo dan Garuda Indonesia agar eksportasi dapat dilakukan langsung via Bandara Ahmad Yani, Semarang.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan bincang santai bersama 200 petani bawang merah, bawang putih dan beras merah organik. Para petani dihadirkan guna mengikuti program Agro Gemilang di Karantina Semarang.
Melalui program ini, Kementan melalui Barantan bisa secara langsung melakukan pendampingan kepada petani dan calon eksportir, khususnya para pemuda millenial, agar dapat ikut terjun meningkatkan eksportasi komoditas pertanian.
"Pembinaan kepada kelompok tani diantaranya bimbingan teknis cara pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilapangan saat budi daya, pembinaan saat prosesing ekspor dengan penerapan higiene dan sanitasi di area processing. Ini salah satu upaya meningkatkan neraca perdagangan kita, lewat eksportasi non migas," tukasnya.
(akr)