Friderica: Logis dan Tidak Berlebihan Sesuai Petuah Bunda
A
A
A
MENITI karier di industri pasar modal sejak 2005 hingga sekarang menjabat Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Friderica Widyasari Dewi tidak banyak berubah.
Bicaranya tetap ”membumi” dan santun. Semua hal rumit dalam dunia pasar modal menjadi mudah dipahami. Soal komunikasi ini menjadi ciri khas Bu Kiki, sapaan akrabnya, sejak di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perannya tidak tergantikan dalam menyambut tamu senior hingga menyosialisasikan per kem bangan pasar modal dalam ber bagai kesempatan.
Dia mampu bicara di berbagai kalangan dengan perhatian dan intensitas yang sama. “Kita harus hati-hati dalam ber bicara. Karena seribu maaf sekalipun tidak akan bisa mengubah yang sudah diucapkan,” kata ibu dari tiga orang anak ini.
Hal lain tidak berubah adalah perhatiannya terhadap keluarga. Meskipun berhasil mendapatkan gelar MBA di Amerika Serikat (AS) dan baru saja meraih gelar doktor di UGM, namun dia mengaku tetap menjadikan keluarga sebagai syarat kesuksesan.
Performa yang baik menurutnya adalah refleksi dukungan ekosistem paling utama, yaitu keluarga. Saat keluarga tidak harmonis bisa ber dampak negatif. “Kita bisa jadi menyebalkan saat bertemu orang sehingga bagaimanapun harus ada dukungan keluarga.
Tidak mungkin saya di posisi ini kalau keluarga saya tidak mendukung,” kata wanita kelahiran Cepu ini. Friderica mengaku punya pendekatan tersendiri untuk mendapatkan dukungan dari suami.
Dia berbagi tipsnya, yaitu sebagai wanita jangan melupakan tugas sebagai seorang ibu yang memperhatikan anak, suami, dan rumah. Bagaimanapun wanita pasti lebih banyak berkontribusi ke keluarga khususnya kepada anak.
Saat ini dia memiliki anak usia 6 dan 2 tahun, tapi dia juga memiliki seorang anak usia remaja. “Banyak tantangannya, tapi menyenangkan. Saat ini kita harus memanfaatkan teknologi untuk komunikasi biar lancar. Ada layanan video call dan whatsapp group untuk keluarga,” ujarnya.
Soal hobi, dia mengaku lebih senang olahraga jalan santai di seputar kompleks perumahan atau di kawasan Gelora Bung Karno. Dia memilih jalan kaki karena menurutnya itu lebih natural tanpa harus dipaksakan.
Hobi lainnya adalah membaca buku yang kini intensitasnya mulai berkurang lantaran kesibukan kerja dan mengurus anak. “Masih banyak buku di rumah yang menanti untuk dibuka bungkusnya,” ujarnya sambil tertawa.
Buku yang wajib dibacanya antara lain tentang industri pasar modal atau pasar modal syariah. Friderica juga menyukai buku-buku motivasi. Buku yang berisikan tips ringan tapi bisa dipelajari dan diaplikasikan di dunia kerja. Dia menyebutkan, contohnya, kenapa banyak wanita sulit mencapai puncak karier.
Topik lainnya kebiasaan wanita yang suka bicara soal masalah pribadi di kantor. Ini sangat membantunya karena bisa langsung menghindari masalah tanpa perlu mengalaminya. Menurutnya, terkadang kelemahan perempuan karena terlalu lembut, padahal punya ide, tapi kurang berani untuk menunjukkan. (Hafid Fuad)
Bicaranya tetap ”membumi” dan santun. Semua hal rumit dalam dunia pasar modal menjadi mudah dipahami. Soal komunikasi ini menjadi ciri khas Bu Kiki, sapaan akrabnya, sejak di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perannya tidak tergantikan dalam menyambut tamu senior hingga menyosialisasikan per kem bangan pasar modal dalam ber bagai kesempatan.
Dia mampu bicara di berbagai kalangan dengan perhatian dan intensitas yang sama. “Kita harus hati-hati dalam ber bicara. Karena seribu maaf sekalipun tidak akan bisa mengubah yang sudah diucapkan,” kata ibu dari tiga orang anak ini.
Hal lain tidak berubah adalah perhatiannya terhadap keluarga. Meskipun berhasil mendapatkan gelar MBA di Amerika Serikat (AS) dan baru saja meraih gelar doktor di UGM, namun dia mengaku tetap menjadikan keluarga sebagai syarat kesuksesan.
Performa yang baik menurutnya adalah refleksi dukungan ekosistem paling utama, yaitu keluarga. Saat keluarga tidak harmonis bisa ber dampak negatif. “Kita bisa jadi menyebalkan saat bertemu orang sehingga bagaimanapun harus ada dukungan keluarga.
Tidak mungkin saya di posisi ini kalau keluarga saya tidak mendukung,” kata wanita kelahiran Cepu ini. Friderica mengaku punya pendekatan tersendiri untuk mendapatkan dukungan dari suami.
Dia berbagi tipsnya, yaitu sebagai wanita jangan melupakan tugas sebagai seorang ibu yang memperhatikan anak, suami, dan rumah. Bagaimanapun wanita pasti lebih banyak berkontribusi ke keluarga khususnya kepada anak.
Saat ini dia memiliki anak usia 6 dan 2 tahun, tapi dia juga memiliki seorang anak usia remaja. “Banyak tantangannya, tapi menyenangkan. Saat ini kita harus memanfaatkan teknologi untuk komunikasi biar lancar. Ada layanan video call dan whatsapp group untuk keluarga,” ujarnya.
Soal hobi, dia mengaku lebih senang olahraga jalan santai di seputar kompleks perumahan atau di kawasan Gelora Bung Karno. Dia memilih jalan kaki karena menurutnya itu lebih natural tanpa harus dipaksakan.
Hobi lainnya adalah membaca buku yang kini intensitasnya mulai berkurang lantaran kesibukan kerja dan mengurus anak. “Masih banyak buku di rumah yang menanti untuk dibuka bungkusnya,” ujarnya sambil tertawa.
Buku yang wajib dibacanya antara lain tentang industri pasar modal atau pasar modal syariah. Friderica juga menyukai buku-buku motivasi. Buku yang berisikan tips ringan tapi bisa dipelajari dan diaplikasikan di dunia kerja. Dia menyebutkan, contohnya, kenapa banyak wanita sulit mencapai puncak karier.
Topik lainnya kebiasaan wanita yang suka bicara soal masalah pribadi di kantor. Ini sangat membantunya karena bisa langsung menghindari masalah tanpa perlu mengalaminya. Menurutnya, terkadang kelemahan perempuan karena terlalu lembut, padahal punya ide, tapi kurang berani untuk menunjukkan. (Hafid Fuad)
(nfl)