Panen Raya Jagung, Kementan Minta Semua Pihak Bantu Jaga Harga
A
A
A
JAKARTA - Panen jagung di sejumlah sentra produksi diperkirakan berlangsung selama dua bulan ke depan. Panen ini diharapkan mampu diserap Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) secara maksimal. Langkah penyerapan perlu dilakukan supaya kondisi harga tetap stabil.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, sebagian besar sentra produksi jagung menunjukkan harga pipilan kering kadar air 15-17% menurun signifikan dari Rp5.400/kg menjadi Rp3.650/kg. Namun, harga tersebut akan kembali naik sesuai kualitas.
Adapun sentra produksi yang sedang panen saat ini antara lain adalah Tanah Karo, Simalungun, Lampung Timur, Gorontalo, Tanah Laut, Pandeglang, Grobogan, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Sragen, Wonogiri, Boyolali, Bone, Jeneponto, Bolaang Mongondow, dan Minahasa Selatan.
Terkait anjloknya harga, Kementerian Pertanian (Kementan) langsung melakukan pembahasan dengan melibatkan GPMT di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jalan Ragunan, Jakarta Selatan.
"Perlu kita ketahui bahwa komponen utama pakan ternak sekitar 60% adalah jagung. Dengan demikian penyerapan jagung untuk pakan ini dapat menahan anjloknya harga akibat oversupply, sekaligus bisa menekan harga pakan ternak," ungkap Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Gatot Irianto di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Upaya lain yang sedang dilakukan Kementan adalah turun langsung ke lapangan dan mengimbau seluruh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) agar memaksimalkan mesin pengering (dryer) bantuan pemerintah sehingga jagung hasil panen dapat disimpan 2-3 bulan ke depan.
"Jika petani melakukan pengeringan jagung saat panen raya, maka pasokan jagung di pasar tidak oversupply, sehingga harga tidak akan jatuh. Pengeringan dan penyimpanan serta penjualan jagung di luar periode panen raya dapat menaikkan harga jual jagung petani dan menambah pasokan jagung di luar panen raya," katanya.
Meski demikian, kata Gatot, manajemen pascapanen dan pengolahan hasil juga perlu direspons Perum Bulog mulai dari penyerapan saat panen, pengolahan, penyimpanan, hingga pemasaran jagung. "Melalui cara ini, harga jagung akan stabil. GPMT juga menyambut baik permintaan kami dan berkomitmen akan menyerap jagung dari petani hingga 1 juta ton per bulan secara cepat," katanya.
Sementara itu, Kasubdit Direktorat PPHTP Kementan Mochammad Amir berharap peran GPMT dalam menyerap jagung petani bisa dibuktikan dan dilakukan secara cepat supaya harga tetap stabil.
"Bukan malah berkoar-koar tanpa data. Ini sangat ironis sekali karena GPMT harusnya jadi mitra petani bukan justru mendistruksi hubungan mutualistik itu. Harusnya Sudirman selaku Dewan Pembina GPMT mendukung upaya tersebut, bukan malah memberikan pernyataan yang kontroversial," pungkasnya.
Di tempat lain, Bupati Gunungkidul Badingah meninjau panen raya di Kecamatan Playen yang memiliki luasan lahan 300 hektare. Di sana, awalnya harga panen mencapai Rp4.000/kg. Namun seminggu kemudian, harga anjlok menjadi Rp3.500/kg. Fenomena ini juga terjadi di Kabupaten Sragendi mana harga panen maupun setelahnya mencapai Rp4.000/kg dari harga awal sebesar Rp5.000/kg.
Kepala Dinas Pertanian Sragen Eka Rini Mumpuni pun meminta perusahan langsung menyerap hasil panen dengan harga Rp4.050/kg. Langkah ini merupakan dapat mengatasi jatuhnya harga saat panen raya maupun pascapanen."Kami minta Bisi menyerap jagung petani di sini dengan harga Rp4.050/kg. Kalau kita hitung keuntungannya cukup lumayan, Rp50/kg," katanya.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, sebagian besar sentra produksi jagung menunjukkan harga pipilan kering kadar air 15-17% menurun signifikan dari Rp5.400/kg menjadi Rp3.650/kg. Namun, harga tersebut akan kembali naik sesuai kualitas.
Adapun sentra produksi yang sedang panen saat ini antara lain adalah Tanah Karo, Simalungun, Lampung Timur, Gorontalo, Tanah Laut, Pandeglang, Grobogan, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Sragen, Wonogiri, Boyolali, Bone, Jeneponto, Bolaang Mongondow, dan Minahasa Selatan.
Terkait anjloknya harga, Kementerian Pertanian (Kementan) langsung melakukan pembahasan dengan melibatkan GPMT di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jalan Ragunan, Jakarta Selatan.
"Perlu kita ketahui bahwa komponen utama pakan ternak sekitar 60% adalah jagung. Dengan demikian penyerapan jagung untuk pakan ini dapat menahan anjloknya harga akibat oversupply, sekaligus bisa menekan harga pakan ternak," ungkap Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Gatot Irianto di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Upaya lain yang sedang dilakukan Kementan adalah turun langsung ke lapangan dan mengimbau seluruh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) agar memaksimalkan mesin pengering (dryer) bantuan pemerintah sehingga jagung hasil panen dapat disimpan 2-3 bulan ke depan.
"Jika petani melakukan pengeringan jagung saat panen raya, maka pasokan jagung di pasar tidak oversupply, sehingga harga tidak akan jatuh. Pengeringan dan penyimpanan serta penjualan jagung di luar periode panen raya dapat menaikkan harga jual jagung petani dan menambah pasokan jagung di luar panen raya," katanya.
Meski demikian, kata Gatot, manajemen pascapanen dan pengolahan hasil juga perlu direspons Perum Bulog mulai dari penyerapan saat panen, pengolahan, penyimpanan, hingga pemasaran jagung. "Melalui cara ini, harga jagung akan stabil. GPMT juga menyambut baik permintaan kami dan berkomitmen akan menyerap jagung dari petani hingga 1 juta ton per bulan secara cepat," katanya.
Sementara itu, Kasubdit Direktorat PPHTP Kementan Mochammad Amir berharap peran GPMT dalam menyerap jagung petani bisa dibuktikan dan dilakukan secara cepat supaya harga tetap stabil.
"Bukan malah berkoar-koar tanpa data. Ini sangat ironis sekali karena GPMT harusnya jadi mitra petani bukan justru mendistruksi hubungan mutualistik itu. Harusnya Sudirman selaku Dewan Pembina GPMT mendukung upaya tersebut, bukan malah memberikan pernyataan yang kontroversial," pungkasnya.
Di tempat lain, Bupati Gunungkidul Badingah meninjau panen raya di Kecamatan Playen yang memiliki luasan lahan 300 hektare. Di sana, awalnya harga panen mencapai Rp4.000/kg. Namun seminggu kemudian, harga anjlok menjadi Rp3.500/kg. Fenomena ini juga terjadi di Kabupaten Sragendi mana harga panen maupun setelahnya mencapai Rp4.000/kg dari harga awal sebesar Rp5.000/kg.
Kepala Dinas Pertanian Sragen Eka Rini Mumpuni pun meminta perusahan langsung menyerap hasil panen dengan harga Rp4.050/kg. Langkah ini merupakan dapat mengatasi jatuhnya harga saat panen raya maupun pascapanen."Kami minta Bisi menyerap jagung petani di sini dengan harga Rp4.050/kg. Kalau kita hitung keuntungannya cukup lumayan, Rp50/kg," katanya.
(fjo)