Sambal Bledek dari Grobogan Tembus Pasar Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Menyiasati harga cabai yang naik-turun bergantung pasokan di pasaran serta sifatnya yang mudah rusak, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong dilakukannya usaha pengolahan cabai agar lebih awet dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Mengolah cabai menjadi sambal, pasta atau cabai kering siap konsumsi merupakan salah satu solusi mengantisipasi fluktuasi harga.
"Seperti Kelompok Tani Sido Makmur asal Desa Pilangpayung Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Kelompok tani beranggotakan kaum ibu ini mengembangkan usaha olahan dengan mengambil peluang saat harga panen cabai rendah," ungkap Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementan Yasid Taufik dalam siaran pers, Minggu (3/3/2109).
Kelompok tani ini memproduksi dan memasarkan hasil olahannya menggunakan merek Sambal Bledek. Sambal yang dikemas dalam botol yang mudah dibawa ini tak hanya dikonsumsi di Indonesia, tapi juga telah dikirim sampai ke luar negeri seperti Australia, Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea, Vietnam, Saudi Arabia, Turki dan berbagai negara lainnya.
Produk ini mengantongi sertifikat kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan P.IRT No. 2113315100502-22. Sambal yang berasal dari cabai kering mampu bertahan 6 bulan bahkan lebih tanpa menggunakan bahan pengawet. Sejauh ini usaha sambal cukup membantu perekonomian warga sekitar.
"Direktorat Jenderal Hortikultura Pertanian melalui dana APBN 2018 memberikan bantuan berupa oven, blender besar, spiner, etalase untuk memajang dagangannya dan penggorengan komplit. Sarana ini diharapkan menunjang proses produksi karena permintaan juga semakin besar," ujar Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura Diah Ismayaningrum .
Ninik Maryani, sang ketua kelompok sangat optimistis dengan perkembangan usaha sambal ini. Dirinya berharap bisnis ini terus berkembang dan diterima masyarakat sebagai alternatif konsumsi saat harga cabai mahal. Selain itu sambal kemasan ini mudah dibawa, tahan lama, dengan bermacam variasi rasa. "Saat ini penjualan sambal bledek per bulan baru mencapai 1.000-1.300 botol dengan omzet berkisar Rp21-25 juta," jelas Ninik.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Edhie Sudaryanto mengatakan, Kabupaten Grobogan merupakan sentra cabai potensial. Adanya usaha pengolahan cabai diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing bagi petani pengolah.
Selain itu, olahan cabai di Kabupaten Grobogan sangat potensial karena didukung adanya promosi dan pemasaran. Ketersediaan informasi harga juga dibantu oleh pasar tani yang juga menjadi binaan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan.
"Seperti Kelompok Tani Sido Makmur asal Desa Pilangpayung Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Kelompok tani beranggotakan kaum ibu ini mengembangkan usaha olahan dengan mengambil peluang saat harga panen cabai rendah," ungkap Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementan Yasid Taufik dalam siaran pers, Minggu (3/3/2109).
Kelompok tani ini memproduksi dan memasarkan hasil olahannya menggunakan merek Sambal Bledek. Sambal yang dikemas dalam botol yang mudah dibawa ini tak hanya dikonsumsi di Indonesia, tapi juga telah dikirim sampai ke luar negeri seperti Australia, Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Korea, Vietnam, Saudi Arabia, Turki dan berbagai negara lainnya.
Produk ini mengantongi sertifikat kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan P.IRT No. 2113315100502-22. Sambal yang berasal dari cabai kering mampu bertahan 6 bulan bahkan lebih tanpa menggunakan bahan pengawet. Sejauh ini usaha sambal cukup membantu perekonomian warga sekitar.
"Direktorat Jenderal Hortikultura Pertanian melalui dana APBN 2018 memberikan bantuan berupa oven, blender besar, spiner, etalase untuk memajang dagangannya dan penggorengan komplit. Sarana ini diharapkan menunjang proses produksi karena permintaan juga semakin besar," ujar Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura Diah Ismayaningrum .
Ninik Maryani, sang ketua kelompok sangat optimistis dengan perkembangan usaha sambal ini. Dirinya berharap bisnis ini terus berkembang dan diterima masyarakat sebagai alternatif konsumsi saat harga cabai mahal. Selain itu sambal kemasan ini mudah dibawa, tahan lama, dengan bermacam variasi rasa. "Saat ini penjualan sambal bledek per bulan baru mencapai 1.000-1.300 botol dengan omzet berkisar Rp21-25 juta," jelas Ninik.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Edhie Sudaryanto mengatakan, Kabupaten Grobogan merupakan sentra cabai potensial. Adanya usaha pengolahan cabai diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing bagi petani pengolah.
Selain itu, olahan cabai di Kabupaten Grobogan sangat potensial karena didukung adanya promosi dan pemasaran. Ketersediaan informasi harga juga dibantu oleh pasar tani yang juga menjadi binaan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan.
(fjo)