Pengamat Sarankan GO-JEK Keluar dari Zona Perang Tarif

Minggu, 03 Maret 2019 - 20:01 WIB
Pengamat Sarankan GO-JEK...
Pengamat Sarankan GO-JEK Keluar dari Zona Perang Tarif
A A A
JAKARTA - GO-JEK disarankan keluar dari zona perang tarif yang gencar dilakukan pesaingnya dan tak terpancing untuk terlibat semakin dalam. Kompetisi lewat perang tarif yang berkepanjangan akan mengancam kelangsungan usaha serta menghambat inovasi dalam investasi teknologi.

"Sangat tidak sehat. Menggangu inovasi karena profit turun akibat banyak bakar uang di promo tarif, dan dampaknya akan merugikan mitra pengemudi juga," kata pengamat industri digital dari Universitas Indonesia, Harryadin Mahardika, di Jakarta, Minggu (3/3/2019).

Menurutnya, GO-JEK sudah punya desain dan ekosistem bisnis yang lebih matang, sehingga memiliki konsumen dan mitra pengemudi yang loyal. Keunggulan ini merupakan modal yang jauh lebih berharga ketimbang ikut berusaha menguasai pasar lewat strategi perang tarif.

Selain unggul dalam inovasi pengembangan layanan, faktor lain yang membuat GO-JEK lebih menarik adalah fleksibilitas manajemen dalam menerima aspirasi mitra pengemudi. Kemampuan menjaga hubungan dengan mitra pengemudi telah menjadi pembeda sehingga menciptakan rasa nyaman. "Lihat saja, GO-JEK relatif lebih minim mendapat complain," katanya.

Sebaliknya, belakangan pesaingnya malah cenderung dianggap menjalankan bisnis seperti tanpa kompromi oleh mitra pengemudinya. Akibatnya, menurut dia, tak sedikit mitra pengemudi yang bekerja setengah hati, sehingga berdampak terhadap kenyamanan dan keselamatan konsumen.

Atas dasar itulah Harryadin menyarankan GO-JEK untuk lebih fokus mengandalkan inovasi dan peningkatan layanan. Ketimbang membakar uang lewat perang tarif, strategi ini diyakini lebih ampuh membentuk kesetiaan konsumen dan mitra pengemudi.

"Jadi tak perlu lagi terlibat perang tarif. Lagipula tak akan ada yang mampu sendirian menguasai pasar Indonesia yang besarnya empat kali pasar Thailand ini," jelasnya.

Harryadin memperkirakan strategi perang tarif tidak akan bertahan lama. Perang tarif disebutnya tak pernah benar-benar sempurna dan menghasilkan keuntungan. "Ketika pihak yang ditantang perang tarif mampu mempertahankan keputusan untuk tidak ikut, justru yang akan dirugikan adalah si pemulai perang tarif," katanya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7290 seconds (0.1#10.140)