Jaringan Listrik Trans Sumatera Ditargetkan Selesai Akhir Tahun
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menargetkan jaringan listrik Trans Sumatera rampung akhir tahun ini. Pemerintah terus menggenjot infrastruktur kelistrikan untuk mendukung pencapaian target rasio elektrifikasi nasional tahun 2019 mencapai 99,9%.
"Sekarang listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat, sehingga semua daerah harus bisa menikmati listrik tanpa terkecuali," ungkap Jonan saat meresmikan empat proyek infrastruktur listrik baru di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Minggu (3/3/2019).
Dalam keterangan resminya, Jonan menjelaskan bahwa empat infrastruktur baru yang diresmikan itu merupakan bagian dari sistem kelistrikan trans Sumatera. "Mudah-mudahan sebelum akhir tahun ini jaringan listrik Trans Sumatera akan selesai. Jadi listrik yang bisa dinikmati semua wilayah di Sumatera akan sama, baik di Sumsel, Lampung, Jambi akan sama," ungkap Jonan.
Infrastruktur kelistrikan yang diresmikan terdiri dari Gardu Induk 150 kV Sarolangun, Transmisi 150 kV Muara Bulian-Sarolangun, Gardu Induk 150 kV Sungai Penuh dan Transmisi 150 kV Bangko-Merangin-Sungai Penuh.
Panjang transmisi 150 kV Muara Bulian-Sarolangun yaitu 83,6 kms (kilometersirkit) dan terdiri dari 245 tower yang bertujuan untuk menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pembangkit yang ada seperti PLTG Batang Hari, PLTG Payo Selincah, dan PLTG CNG Sungai Gelam sehingga dapat didistribusikan kepada masyarakat di Kabupaten Sarolangun dan sekitarnya.
Sedangkan panjang transmisi 150 kV Bangko-Merangin-Sungai Penuh yaitu 137,7 kms dengan 432 tower yang bertujuan untuk memperluas penyediaan tenaga listrik kepada masyarakat di Kabupaten Merangin, Kerinci, Kota Sungai Penuh dan sekitarnya.
Dalam kesempatan itu Jonan mengatakan, dalam menyediakan listrik, pemerintah tidak hanya mempertimbangkan suplai belaka namun juga harganya harus terjangkau. "Pemerintah memperhatikan daya beli masyarakat. Yang penting adalah listriknya ada dan tarifnya terjangkau. Makanya sampai hari ini pemerintah tidak mempertimbangkan kenaikan tarif listrik," tegasnya. Bahkan, kata Jonan, mulai bulan ini pelanggan PLN 900 VA tarifnya dikurangi dari Rp1.352 per kWh menjadi Rp1.300 kWh.
Pada kesempatan tersebut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan bahwa rasio elektfikasi Provinsi Jambi telah mencapai angka 98,09% atau hampir mendekati rasio elektrifikasi nasional sebesar 98,3%.
"Sedangkan rasio elektrifikasi di Kabupaten Sarolangun sebesar 92,66%, Batanghari 84,63%, Muaro Jambi 92,76%, Bungo 93,09%, Tebo 81,82%, Merangin 93,95%, Kerinci 89,17%, dan Kota Sungai Penuh 89,93%," ungkap Rida.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan beroperasinya gardu induk dan jaringan transmisi tersebut akan mengoptimalkan pasokan listrik di berbagai kabupaten di Jambi termasuk menggantikan suplai listrik dari pembangkit berbahan bakar diesel. Sehingga terdapat potensi penghematan di wilayah Sarolangun sebesar Rp9,2 miliar per tahun sedangkan wilayah Bangko-Merangin-Sungai Penuh sebesar Rp28 miliar. Selain itu juga terdapat potensi tambahan penjualan listrik PLN di wilayah Soralangun sekitar Rp53 miliar per tahun.
"Sekarang listrik sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat, sehingga semua daerah harus bisa menikmati listrik tanpa terkecuali," ungkap Jonan saat meresmikan empat proyek infrastruktur listrik baru di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Minggu (3/3/2019).
Dalam keterangan resminya, Jonan menjelaskan bahwa empat infrastruktur baru yang diresmikan itu merupakan bagian dari sistem kelistrikan trans Sumatera. "Mudah-mudahan sebelum akhir tahun ini jaringan listrik Trans Sumatera akan selesai. Jadi listrik yang bisa dinikmati semua wilayah di Sumatera akan sama, baik di Sumsel, Lampung, Jambi akan sama," ungkap Jonan.
Infrastruktur kelistrikan yang diresmikan terdiri dari Gardu Induk 150 kV Sarolangun, Transmisi 150 kV Muara Bulian-Sarolangun, Gardu Induk 150 kV Sungai Penuh dan Transmisi 150 kV Bangko-Merangin-Sungai Penuh.
Panjang transmisi 150 kV Muara Bulian-Sarolangun yaitu 83,6 kms (kilometersirkit) dan terdiri dari 245 tower yang bertujuan untuk menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pembangkit yang ada seperti PLTG Batang Hari, PLTG Payo Selincah, dan PLTG CNG Sungai Gelam sehingga dapat didistribusikan kepada masyarakat di Kabupaten Sarolangun dan sekitarnya.
Sedangkan panjang transmisi 150 kV Bangko-Merangin-Sungai Penuh yaitu 137,7 kms dengan 432 tower yang bertujuan untuk memperluas penyediaan tenaga listrik kepada masyarakat di Kabupaten Merangin, Kerinci, Kota Sungai Penuh dan sekitarnya.
Dalam kesempatan itu Jonan mengatakan, dalam menyediakan listrik, pemerintah tidak hanya mempertimbangkan suplai belaka namun juga harganya harus terjangkau. "Pemerintah memperhatikan daya beli masyarakat. Yang penting adalah listriknya ada dan tarifnya terjangkau. Makanya sampai hari ini pemerintah tidak mempertimbangkan kenaikan tarif listrik," tegasnya. Bahkan, kata Jonan, mulai bulan ini pelanggan PLN 900 VA tarifnya dikurangi dari Rp1.352 per kWh menjadi Rp1.300 kWh.
Pada kesempatan tersebut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan bahwa rasio elektfikasi Provinsi Jambi telah mencapai angka 98,09% atau hampir mendekati rasio elektrifikasi nasional sebesar 98,3%.
"Sedangkan rasio elektrifikasi di Kabupaten Sarolangun sebesar 92,66%, Batanghari 84,63%, Muaro Jambi 92,76%, Bungo 93,09%, Tebo 81,82%, Merangin 93,95%, Kerinci 89,17%, dan Kota Sungai Penuh 89,93%," ungkap Rida.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan beroperasinya gardu induk dan jaringan transmisi tersebut akan mengoptimalkan pasokan listrik di berbagai kabupaten di Jambi termasuk menggantikan suplai listrik dari pembangkit berbahan bakar diesel. Sehingga terdapat potensi penghematan di wilayah Sarolangun sebesar Rp9,2 miliar per tahun sedangkan wilayah Bangko-Merangin-Sungai Penuh sebesar Rp28 miliar. Selain itu juga terdapat potensi tambahan penjualan listrik PLN di wilayah Soralangun sekitar Rp53 miliar per tahun.
(fjo)