Masuk Panen Raya, Bupati Pacitan Minta Harga Jagung Stabil
A
A
A
PACITAN - Bupati Pacitan Indartato memantau secara langsung panen raya jagung yang digelar di Dusun Mrayung, Desa Ploso, Kecamatan Punung, Jumat (1/3) lalu. Indartato bahkan terlihat turun langsung memanen jagung di lahan seluas 12.824 hektare tersebut.
"Diperkirakan panen jagung di Pacitan mencapai 7.000 hektare. Sedangkan sisanya sekitar 5.000 hektare akan habis dalam dua minggu ke depan. Adapun provitas rata-rata 6-7 ton/ha dan diperkirakan saat panen raya tersedia jagung sekitar 70.000 ton," kata Indartato, dalam keterangan resminya, Minggu (3/3/2019).
Meski demikian, saat panen ini petani masih dihinggapi rasa was-was, terlebih jika harga jagung terus menerus jatuh. Kekhawatiran petani memang sangat beralasan, mengingat harga pipilan kering sudah menyentuh Rp3.200-3.300/kg.
"Padahal dua minggu sebelumnya masih Rp3.600-3.800/kg. Jadi, Permintaan saya mewakili para petani jagung cuma satu, yaitu harga jagung tetap stabil saat panen raya," ujar Indartato.
Mengenai hal ini, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Andriko Noto Susanto meminta Bulog sebagai wakil Pemerintah hadir ditengah-tengah petani khususnya saat panen raya yang berpotensi mengalami harga jatuh.
"Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga acuan pembelian di tingkat produsen dan konsumen melalui Permendag No 96/2018 untuk menjaga stabilisasi harga dan pasokan pangan. Dalam hal ini Bulog mesti bergerak cepat manakala harga jagung di petani turun dibawah harga acuan," terang Andriko.
Menurut dia, beberapa pabrik sebenarnya sudah melakukan pembelian secara langsung. Namun, Andriko berharap transaksi pembelian itu lebih ditingkatkan lagi supaya harga jagung tetap stabil mengingat margin yang cukup besar.
"Sudah saatnya petani melalui poktan/gapoktan menjual jagung hasil panen langsung ke pabrik pakan agar pendapatannya bertambah. Hal ini karena perbedaan harganya tinggi antara harga di petani dengan di pabrik pakan, yaitu sekitar Rp700-800/kg," katanya.
Panen raya jagung di Kabupaten Pacitan ini turut dihadiri Wakil Bupati, Ketua Komisi IV DPRD, Sekretaris Daerah, seluruh Staf Ahli Bupati, para Kepala Dinas, Kasubdivre Bulog Ponorogo, Dandim Pacitan, Kapolres Pacitan, Camat Punung, Kepala Desa, serta petani masyarakat Desa Ploso.
Selain di Pacitan, panen raya juga terjadi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Di sana, masa panen diperkirakan berlangsung selama satu bulan yang dimulai pada pertengahan Februari sampai pertengahan Maret.
"Sama halnya seperti di Pacitan, untuk mencegah harga jagung jatuh maka perlu sinergi antar lembaga baik pemerintah maupun swasta," ujar Andriko.
Sekadar diketahui, wilayah Ponorogo merupakan salah satu sentra produksi jagung terbesar di Jawa Timur. Saat ini, di sana sedang memasuki puncak panen raya. Andriko berharap, produksi jagung Ponorogo mampu menyuplai wilayah lainnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, menjelaskan bahwa luas panen Jagung periode Februari-Maret 2019 ini kurang lebih mencapai 23.398 hektare, dimana luas panen Februari 15.921 hektare dan Maret 7.478 hektare.
"Sampai saat ini luas panen jagung di Ponogoro baru sekitar 9.000 hektare, artinya masih ada sisa sekitar 14.000 hektare yang akan dipanen sampai dua pekan ke depan," jelas Harmanto.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani LMPSDH Wonorejo Setijo Budi, mengatakan produksi Jagung di wilayah Jawa Timur sangat melimpah karena didukung produktivitas yang cukup tinggi.
"Provitas Jagung di wilayah Sidoarjo karena monokultur bisa mencapai 10-12 ton/ha, sedangkan di wilayah lainnya dengan sistem tumpangsari berkisar 7-9 ton/ha. Jadi kami protes keras jika provitas jagung di Ponorogo hanya disebut 4-5 ton/ha, itu gak mungkin, bisa bangkrut petani," katanya.
Menurut dia, peningkatan produksi dan provitas jagung di Ponorogo tidak lepas dari berbagai bantuan Kementerian Pertanian baik benih, pupuk, alsintan dan bimbingan penyuluhan.
Seperti diketahui bersama, tahun 2018 kemarin Kementan telah memberikan bantuan 33 traktor roda dua, 21 unit traktor roda empat, 185 unit pompa air, 10 unit corn planter, 22 unit rice trans, 99 unit hand sprayer, 21 unit cultivator.
Sumarno, salah satu petani Jagung di Ponorogo mengucapkan terimakasih kepada Perhutani dan Kementan atas penyediaan lahan serta bantuan sarana produksi pertanian khususnya Jagung, sehingga petani mendapatkan keuntungan yang lebih baik.
"Musim panen ini akan berlanjut sampai Maret, saya prediksi bulan depan harga akan turun, jadi Bulog kalau bisa beli Jagung kami," harapnya.
"Diperkirakan panen jagung di Pacitan mencapai 7.000 hektare. Sedangkan sisanya sekitar 5.000 hektare akan habis dalam dua minggu ke depan. Adapun provitas rata-rata 6-7 ton/ha dan diperkirakan saat panen raya tersedia jagung sekitar 70.000 ton," kata Indartato, dalam keterangan resminya, Minggu (3/3/2019).
Meski demikian, saat panen ini petani masih dihinggapi rasa was-was, terlebih jika harga jagung terus menerus jatuh. Kekhawatiran petani memang sangat beralasan, mengingat harga pipilan kering sudah menyentuh Rp3.200-3.300/kg.
"Padahal dua minggu sebelumnya masih Rp3.600-3.800/kg. Jadi, Permintaan saya mewakili para petani jagung cuma satu, yaitu harga jagung tetap stabil saat panen raya," ujar Indartato.
Mengenai hal ini, Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Andriko Noto Susanto meminta Bulog sebagai wakil Pemerintah hadir ditengah-tengah petani khususnya saat panen raya yang berpotensi mengalami harga jatuh.
"Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga acuan pembelian di tingkat produsen dan konsumen melalui Permendag No 96/2018 untuk menjaga stabilisasi harga dan pasokan pangan. Dalam hal ini Bulog mesti bergerak cepat manakala harga jagung di petani turun dibawah harga acuan," terang Andriko.
Menurut dia, beberapa pabrik sebenarnya sudah melakukan pembelian secara langsung. Namun, Andriko berharap transaksi pembelian itu lebih ditingkatkan lagi supaya harga jagung tetap stabil mengingat margin yang cukup besar.
"Sudah saatnya petani melalui poktan/gapoktan menjual jagung hasil panen langsung ke pabrik pakan agar pendapatannya bertambah. Hal ini karena perbedaan harganya tinggi antara harga di petani dengan di pabrik pakan, yaitu sekitar Rp700-800/kg," katanya.
Panen raya jagung di Kabupaten Pacitan ini turut dihadiri Wakil Bupati, Ketua Komisi IV DPRD, Sekretaris Daerah, seluruh Staf Ahli Bupati, para Kepala Dinas, Kasubdivre Bulog Ponorogo, Dandim Pacitan, Kapolres Pacitan, Camat Punung, Kepala Desa, serta petani masyarakat Desa Ploso.
Selain di Pacitan, panen raya juga terjadi di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Di sana, masa panen diperkirakan berlangsung selama satu bulan yang dimulai pada pertengahan Februari sampai pertengahan Maret.
"Sama halnya seperti di Pacitan, untuk mencegah harga jagung jatuh maka perlu sinergi antar lembaga baik pemerintah maupun swasta," ujar Andriko.
Sekadar diketahui, wilayah Ponorogo merupakan salah satu sentra produksi jagung terbesar di Jawa Timur. Saat ini, di sana sedang memasuki puncak panen raya. Andriko berharap, produksi jagung Ponorogo mampu menyuplai wilayah lainnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, menjelaskan bahwa luas panen Jagung periode Februari-Maret 2019 ini kurang lebih mencapai 23.398 hektare, dimana luas panen Februari 15.921 hektare dan Maret 7.478 hektare.
"Sampai saat ini luas panen jagung di Ponogoro baru sekitar 9.000 hektare, artinya masih ada sisa sekitar 14.000 hektare yang akan dipanen sampai dua pekan ke depan," jelas Harmanto.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani LMPSDH Wonorejo Setijo Budi, mengatakan produksi Jagung di wilayah Jawa Timur sangat melimpah karena didukung produktivitas yang cukup tinggi.
"Provitas Jagung di wilayah Sidoarjo karena monokultur bisa mencapai 10-12 ton/ha, sedangkan di wilayah lainnya dengan sistem tumpangsari berkisar 7-9 ton/ha. Jadi kami protes keras jika provitas jagung di Ponorogo hanya disebut 4-5 ton/ha, itu gak mungkin, bisa bangkrut petani," katanya.
Menurut dia, peningkatan produksi dan provitas jagung di Ponorogo tidak lepas dari berbagai bantuan Kementerian Pertanian baik benih, pupuk, alsintan dan bimbingan penyuluhan.
Seperti diketahui bersama, tahun 2018 kemarin Kementan telah memberikan bantuan 33 traktor roda dua, 21 unit traktor roda empat, 185 unit pompa air, 10 unit corn planter, 22 unit rice trans, 99 unit hand sprayer, 21 unit cultivator.
Sumarno, salah satu petani Jagung di Ponorogo mengucapkan terimakasih kepada Perhutani dan Kementan atas penyediaan lahan serta bantuan sarana produksi pertanian khususnya Jagung, sehingga petani mendapatkan keuntungan yang lebih baik.
"Musim panen ini akan berlanjut sampai Maret, saya prediksi bulan depan harga akan turun, jadi Bulog kalau bisa beli Jagung kami," harapnya.
(fjo)