Eksplorasi Tingkatkan Ketahanan Energi
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) guna mengurangi kebergantungan terhadap impor bahan bakar minyak.
Hal itu sebagai upaya pemerintah me wujudkan ketahanan energi nasional yang lebih handal. “Sejak 2003-2004, kita pengimpor crude BBM. Ketahan an energi akan sulit tercapai kalau sebagian besar energi berasal dari impor,” ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber DayaMineral(ESDM) Arcandra Tahar di Jakarta kemarin.
Menurut dia, pemerintah telah berusaha melakukan disrupsi di sektor energi dengan meningkatkan eksplorasi migas untuk menekan impor bahan bakar minyak. Meski begitu, eksplorasi membutuhkan waktu jangka panjang hingga 15-20 tahun ke depan sampai berproduksi.
Berdasarkan kebutuhan BBM nasional mencapai 1,4 juta barel per hari, sementara untuk produksi minyak dalam negeri hanya mampu mencukupi 800.000 bph. Ada pun untuk mencukupi kebutuhan BBM nasional harus melaku kan impor 600.000 bph.
“Apa yang kita lakukan jangka panjang ini harus dimulai dari sekarang. Tapi sa yangnya, eksplorasi membutuhkan waktu 6-10 tahun. Kalau kita eksplorasi dan ketemu tahun kesepuluh, maka dibutuhkan 5-10 tahun lagi untuk mengalirkan gasnya,” ujar Arcandra.
Tak hanya itu, untuk menciptakan ketahanan energi yang lebih andal, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengubah sistem fiskal dari cost recovery ke gross split. Pihaknya meyakini perubahan sistem tersebut mampu mendorong iklim investasi hulu migas lebih agresif.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, perubahan skema fiskal dari cost recovery menjadi gross split berdampak positif bagi peningkatan anggaran eksplorasi migas.
Adapun jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split, yang dalam lima tahun ke depan telah mengantongi anggaran eksplorasi sebesar Rp32 triliun. (Nanang Wijayanto)
Hal itu sebagai upaya pemerintah me wujudkan ketahanan energi nasional yang lebih handal. “Sejak 2003-2004, kita pengimpor crude BBM. Ketahan an energi akan sulit tercapai kalau sebagian besar energi berasal dari impor,” ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber DayaMineral(ESDM) Arcandra Tahar di Jakarta kemarin.
Menurut dia, pemerintah telah berusaha melakukan disrupsi di sektor energi dengan meningkatkan eksplorasi migas untuk menekan impor bahan bakar minyak. Meski begitu, eksplorasi membutuhkan waktu jangka panjang hingga 15-20 tahun ke depan sampai berproduksi.
Berdasarkan kebutuhan BBM nasional mencapai 1,4 juta barel per hari, sementara untuk produksi minyak dalam negeri hanya mampu mencukupi 800.000 bph. Ada pun untuk mencukupi kebutuhan BBM nasional harus melaku kan impor 600.000 bph.
“Apa yang kita lakukan jangka panjang ini harus dimulai dari sekarang. Tapi sa yangnya, eksplorasi membutuhkan waktu 6-10 tahun. Kalau kita eksplorasi dan ketemu tahun kesepuluh, maka dibutuhkan 5-10 tahun lagi untuk mengalirkan gasnya,” ujar Arcandra.
Tak hanya itu, untuk menciptakan ketahanan energi yang lebih andal, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengubah sistem fiskal dari cost recovery ke gross split. Pihaknya meyakini perubahan sistem tersebut mampu mendorong iklim investasi hulu migas lebih agresif.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, perubahan skema fiskal dari cost recovery menjadi gross split berdampak positif bagi peningkatan anggaran eksplorasi migas.
Adapun jumlah dana tersebut ada dalam bentuk komitmen kerja pasti kontrak kerja sama sistem gross split, yang dalam lima tahun ke depan telah mengantongi anggaran eksplorasi sebesar Rp32 triliun. (Nanang Wijayanto)
(nfl)