Perang Dagang AS Versus China Diramal Berakhir Tahun Depan
A
A
A
YOGYAKARTA - Efek perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China diyakini akan segera mereda, untuk kemudian menghapus ketidakpastian yang mempengaruhi ekonomi negara-negara berkembang. Seperti diketahui konflik perdagangan antara kedua ekonomi terbesar dunia tersebut terus berlanjut dengan negosiasi keduanya kerap menemui jalan buntu.
Kendati demikian, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rian Kiryanto menyebutkan perang dagang AS dan China akan mereda di tahun 2020. Hal itu dikarenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengakhiri perang dagang.
"Se sombong sombongnya Donald Trump akan berdamai dengan Xi Jin Ping, jadi akan mereda di tahun 2020. Hal ini akan jadi kabar yang baik," ujar Rian di Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).
Selain itu menurutnya, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan perang dagang yang terjadi antara Beijing dan Washington serta melihatnya sebagai berkah terselubung bagi eksportir nasional. "Jadi ada pengusaha yang 100% produksinya seperti semua jenis barang metal, maka diekspor ke AS. Ini karena barang dari China lebih mahal, makanya mereka cari barang yang kompetitif, Indonesia masuk," paparnya.
Sambung Rian menjelaskan, selama ini AS selalu mendapatkan pasokan bahan baku dari China. Namun seiring dengan penerapan tarif tinggi bea masuk impor membuat produk asal Negeri Tirai Bambu semakin mahal bagi pengusaha AS dan menjadi hal yang tidak efisien.
"Mereka (AS) putar otak mau dapat dari mana lagi bahan bakunya. Akhirnya mereka nyangkut ke Indonesia untuk dapatkan bahan baku. Eksportir Indonesia dapat berkah meskipun ada trade war," jelasnya.
Kendati demikian, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rian Kiryanto menyebutkan perang dagang AS dan China akan mereda di tahun 2020. Hal itu dikarenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengakhiri perang dagang.
"Se sombong sombongnya Donald Trump akan berdamai dengan Xi Jin Ping, jadi akan mereda di tahun 2020. Hal ini akan jadi kabar yang baik," ujar Rian di Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).
Selain itu menurutnya, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan perang dagang yang terjadi antara Beijing dan Washington serta melihatnya sebagai berkah terselubung bagi eksportir nasional. "Jadi ada pengusaha yang 100% produksinya seperti semua jenis barang metal, maka diekspor ke AS. Ini karena barang dari China lebih mahal, makanya mereka cari barang yang kompetitif, Indonesia masuk," paparnya.
Sambung Rian menjelaskan, selama ini AS selalu mendapatkan pasokan bahan baku dari China. Namun seiring dengan penerapan tarif tinggi bea masuk impor membuat produk asal Negeri Tirai Bambu semakin mahal bagi pengusaha AS dan menjadi hal yang tidak efisien.
"Mereka (AS) putar otak mau dapat dari mana lagi bahan bakunya. Akhirnya mereka nyangkut ke Indonesia untuk dapatkan bahan baku. Eksportir Indonesia dapat berkah meskipun ada trade war," jelasnya.
(akr)