BI Sebut Game Online Bisa Bikin Defisit Pembayaran Melebar
A
A
A
JAKARTA - Maraknya game online yang bisa diunduh dengan mudah menurut Bank Indonesia (BI) berpotensi membuat defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) semakin melebar. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menerangkan, alasannya karena setiap unduhan yang dibayar masyarakat akan beralih ke luar negeri.
Meskipun jumlah transaksi dalam game online cenderung kecil di setiap transakskinya, namun dengan jumlah pemainnya yang mencapai jutaan di Indonesia, kontribusinya terhadap defisit neraca pembayaran diyakini bisa jadi cukup besar. "Meskipun saat ini belum ada perhitungan secara signifikan antara unduhan game online dengan neraca pembayaran, namun dia meyakini hal tersebut turut berdampak pada melebarnya defisit neraca pembayaran," jelas Mirza di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Lebih lanjut Ia berharap Indonesia bisa membuat game sendiri, sehingga tak hanya mengonsumsi games saja tetapi juga membuat terobosan. Karena menurutnya dengan menciptakan sendiri aplikasi permainan, jumlah uang yang keluar negeri karena games semakin sedikit.
Sambung dia mencontohkan pada industri film nasional yang mulai menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dimana film buatan anak negeri mampu bersaing dengan produksi luar negeri. Sambung dia kemajuan perfilman Indonesia bisa membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mirza mengungkapkan beberapa industri perlu melakukan struktural reformasi, demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi "Tentu saja reformasi yang bisa meningkatkan daya saing, pengembangan infrastruktur, perbaikan iklim investasi," paparnya.
Dia mengapresiasi semakin maraknya rumah produksi di dalam negeri yang menghasilkan film dengan kualitas baik. Apalagi film tersebut bisa diputar di luar negeri, hal ini tentu berdampak positif bagi aliran dana yang masuk ke Indonesia.
"Sekarang banyak PH di Indonesia, dan sekarang kita bisa jadi tuan rumah untuk film-film kita di Indonesia ini. Kalau zaman dulu saya SMA, SMP, nonton film barat semua, film luar negeri, silat dari Hong Kong," kenang Mirza.
Meskipun jumlah transaksi dalam game online cenderung kecil di setiap transakskinya, namun dengan jumlah pemainnya yang mencapai jutaan di Indonesia, kontribusinya terhadap defisit neraca pembayaran diyakini bisa jadi cukup besar. "Meskipun saat ini belum ada perhitungan secara signifikan antara unduhan game online dengan neraca pembayaran, namun dia meyakini hal tersebut turut berdampak pada melebarnya defisit neraca pembayaran," jelas Mirza di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Lebih lanjut Ia berharap Indonesia bisa membuat game sendiri, sehingga tak hanya mengonsumsi games saja tetapi juga membuat terobosan. Karena menurutnya dengan menciptakan sendiri aplikasi permainan, jumlah uang yang keluar negeri karena games semakin sedikit.
Sambung dia mencontohkan pada industri film nasional yang mulai menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dimana film buatan anak negeri mampu bersaing dengan produksi luar negeri. Sambung dia kemajuan perfilman Indonesia bisa membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mirza mengungkapkan beberapa industri perlu melakukan struktural reformasi, demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi "Tentu saja reformasi yang bisa meningkatkan daya saing, pengembangan infrastruktur, perbaikan iklim investasi," paparnya.
Dia mengapresiasi semakin maraknya rumah produksi di dalam negeri yang menghasilkan film dengan kualitas baik. Apalagi film tersebut bisa diputar di luar negeri, hal ini tentu berdampak positif bagi aliran dana yang masuk ke Indonesia.
"Sekarang banyak PH di Indonesia, dan sekarang kita bisa jadi tuan rumah untuk film-film kita di Indonesia ini. Kalau zaman dulu saya SMA, SMP, nonton film barat semua, film luar negeri, silat dari Hong Kong," kenang Mirza.
(akr)