Kejatuhan Sektor Industri Jerman Perkuat Kekhawatiran Global
A
A
A
BERLIN - Pelemahan industri Jerman telah memperkuat kekhawatiran global ketika ekonomi terbesar Eropa itu juga mencuatkan sinyal kejatuhan dalam menghadapi gejolak perdagangan global serta krisis negosiasi Brexit. Tercatat jumlah pesanan terhadap pabrik-pabrik Jerman merosot hingga 4,2% di bulan Februari dibandingkan bulan Januari berdasarkan data terbaru dari Kementerian Ekonomi Jerman.
Raihan tersebut menjadi titik penurunan bulanan terburuk dalam kurun waktu dua tahun terakhir, mengikuti penyusutan sebanyak 2,1% pada bulan Januari. Secara tahunan, pesanan pabrik menurun sebanyak 8,4% lebih rendah, menunjukkan bahwa pusat industri Jerman telah melemah selama setahun terakhir. Kementerian menyampaikan bahwa kondisi pesanan dari luar zona euro sangat buruk:
"Jumlah pesanan domestik menurun sebanyak 1,6% dan jumlah pesanan asing jatuh hingga titik 6% pada Februari 2019 dibandingkan bulan sebelumnya. Jumlah pesanan baru dari zona euro turun hingga 2,9%, sementara jumlah pesanan baru dari negara-negara lain menurun hingga 7,9% dibandingkan bulan Januari 2019," jelasnya.
Total pesanan barang modal (alat berat) merosot hingga 6% secara month-on-month (MoM), sebuah pertanda bahwa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia enggan untuk menandatangani proyek-proyek mahal dalam kondisi iklim saat ini. Di sisi lain, pesanan barang konsumen juga jatuh hingga 3,5%. Jerman terlihat sudah tertatih-tatih di ambang resesi ekonomi, diindikasikan dengan tidak adanya pembukuan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2018.
Para ekonom sendiri sebelumnya berharap bahwa sektor manufaktur telah berubah, tetapi angka penurunan yang tajam dalam jumlah pesanan baru menunjukkan bahwa produksi Jerman bisa lemah untuk beberapa bulan ke depan. Kabar buruk ini mencuat ketika para pejabat AS dan China terus menegosiasikan kemungkinan gencatan senjata perang dagang di Washington.
Presiden Donald Trump diperkirakan akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He hari ini. Investor dan industrialis akan berharap adanya terobosan baru yang mengangkat tarif tinggi yang dikenakan pada ekspor tahun lalu. Dana Moneter Internasional (IMF) akan menyoroti lebih banyak masalah dalam perekonomian dunia hari ini, ketika ia merilis laporan Stabilitas Keuangan Global.
Raihan tersebut menjadi titik penurunan bulanan terburuk dalam kurun waktu dua tahun terakhir, mengikuti penyusutan sebanyak 2,1% pada bulan Januari. Secara tahunan, pesanan pabrik menurun sebanyak 8,4% lebih rendah, menunjukkan bahwa pusat industri Jerman telah melemah selama setahun terakhir. Kementerian menyampaikan bahwa kondisi pesanan dari luar zona euro sangat buruk:
"Jumlah pesanan domestik menurun sebanyak 1,6% dan jumlah pesanan asing jatuh hingga titik 6% pada Februari 2019 dibandingkan bulan sebelumnya. Jumlah pesanan baru dari zona euro turun hingga 2,9%, sementara jumlah pesanan baru dari negara-negara lain menurun hingga 7,9% dibandingkan bulan Januari 2019," jelasnya.
Total pesanan barang modal (alat berat) merosot hingga 6% secara month-on-month (MoM), sebuah pertanda bahwa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia enggan untuk menandatangani proyek-proyek mahal dalam kondisi iklim saat ini. Di sisi lain, pesanan barang konsumen juga jatuh hingga 3,5%. Jerman terlihat sudah tertatih-tatih di ambang resesi ekonomi, diindikasikan dengan tidak adanya pembukuan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2018.
Para ekonom sendiri sebelumnya berharap bahwa sektor manufaktur telah berubah, tetapi angka penurunan yang tajam dalam jumlah pesanan baru menunjukkan bahwa produksi Jerman bisa lemah untuk beberapa bulan ke depan. Kabar buruk ini mencuat ketika para pejabat AS dan China terus menegosiasikan kemungkinan gencatan senjata perang dagang di Washington.
Presiden Donald Trump diperkirakan akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He hari ini. Investor dan industrialis akan berharap adanya terobosan baru yang mengangkat tarif tinggi yang dikenakan pada ekspor tahun lalu. Dana Moneter Internasional (IMF) akan menyoroti lebih banyak masalah dalam perekonomian dunia hari ini, ketika ia merilis laporan Stabilitas Keuangan Global.
(akr)