Lombok Kembali Terpilih Destinasi Wisata Halal Terbaik
A
A
A
JAKARTA - Lombok kembali terpilih sebagai destinasi wisata halal (halal tourism) terbaik versi Indonesia Muslim Travel Index (IMTI). Destinasi wisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengungguli sembilan destinasi halal lainnya di Tanah Air.
Dalam laporan IMTI 2019, Lombok meraih skor tertinggi yaitu 70, disusul Aceh. Kedua destinasi unggulan wisata halal ini mempertahankan peringkat yang sama yang diraih pada IMTI 2018. Delapan destinasi lainnya yang turut dinilai dan meraih peringkat 3-10 berturut-turut adalah Riau dan Kepulauan Riau, Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur (Malang) dan sekitarnya, Sulawesi Selatan dan sekitarnya.
“Hasil IMTI 2019 menunjukkan terjadinya peningkatan skor di 10 destinasi wisata unggulan Indonesia,” ujar CEO CrescentRating dan HalalTrip Fazal Bahardeen saat menyampaikan laporan IMTI 2019 di kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, kemarin.
Sebagai catatan, pada IMTI 2018, 10 destinasi unggulan mencatatkan skor tertinggi 58 yang juga diraih Lombok. Sedangkan skor terendah adalah Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya) sebesar 30 pada IMTI 2018 dan naik menjadi 33 pada IMTI tahun ini.
Menurut Fazal, IMTI 2019 mengacu kepada standar Global Muslim Travel Index (GMTI) yang mengadopsi empat kriteria meliputi Access, Communication, Environment, dan Services (ACES). Masing-masing kriteria terdiri dari tiga komponen. Untuk Access terdiri atas persyaratan visa, konektivitas udata, infrastruktur transportasi. Selanjutnya, Communication mencakup jangkauan, kemudahan berkomunikasi dan ketersediaan akses digital.
“Sedangkan untuk Environment meliputi safety and culture, visitor arrivals, dan enabling climate. Adapun komponen Services terdiri dari core needs (makanan halal dan sarana ibadah), core services (hotel dan bandara), dan unique experiences,” ungkapnya.
Menurut Fazal, ada banyak peluang yang bisa dilihat dari tren peningkatan perjalanan wisatawan mancanegara (wisman) muslim dunia yang diproyeksikan mencapai 230 juta pada 2026. Dia menilai Indonesia juga progresif dalam upaya pengembangan destinasi wisata halal, terlihat dari peringkat GMTI Indonesia yang terus naik dari posisi ke-6 pada 2016 menjadi posisi ke-2 pada tahun lalu.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, tahun ini pemerintah menargetkan menjadi ranking 1 sebagai destinasi pariwisata halal terbaik dunia versi GMTI. Giri menambahkan, untuk kunjungan wisman muslim tahun ini ditargetkan mencapai 5 juta wisman atau 25% dari target 20 juta wisman. Angka ini tumbuh dari posisi tahun lalu yang diproyeksikan sebanyak 2,6 juta, dengan data realisasi hingga November 2018 mencapai 2,4 juta wisman muslim.
Pengarah Tim Percepatan Wisata Halal Riyanto Sofyan mengatakan, sejak 2015 Kemenpar menggandeng Mastercard dan CrescentRating untuk membuat standar penilaian kinerja wisata halal Indonesia atau IMTI dengan mengacu pada standar global GMTI. Menurut dia, untuk menuju peringkat atas GMTI, Indonesia harus memperbaiki sejumlah hal, diantaranya konektivitas udara dan infrastruktur transportasi.
“Saya kira dua hal itu sudah menunjukan peningkatan signifikan, misalnya terkait peningkatan kapasitas pesawat dan penerbangan langsung. Dari aspek services, sejak ada program percepatan wisata halal dan penghargaan destinasi halal, sudah banyak restoran dan hotel yang bersertifikat halal,” bebernya.
Lebih lanjut Riyanto mengatakan, konsep wisata halal sebetulnya sama seperti wisata pada umumnya, namun terdapat semacam extended services yang sifatnya inklusif. “Konsepnya family friendly tourism yang bisa untuk wisatawan muslim dan non muslim,” tukasnya.
Wisata halal secara global menunjukan pertumbuhan signifikan. Diproyeksikan pengeluaran wisatawan halal tourism mencapai USD274 miliar pada 2023 atau tumbuh di atas 7,6%, sementara pada 2017 jumlah pengeluaran wisatawan muslim dunia mencapai USD177 miliar.
“Rata-rata spending wisman muslim jauh lebih besar. Contohnya wisman asal Saudi Arabia di Indonesia pengeluarannya berkisar USD2000-2500, lebih tinggi dari rata-rata pengeluaran wisman pada umumnya yang sebesar USD1100,” sebutnya.
Sementara itu, sebagai apresiasi bagi destinasi wisata halal unggulan yang terus berbenah, penghargaan IMTI 2019 akan diberikan kepada 10 destinasi wisata halal unggulan yang digelar dalam acara Wonderful Indonesia Halal Tourism Meeting and Conference 2019 di Bidakara Hotel Jakarta, hari ini. (Inda Susanti)
Dalam laporan IMTI 2019, Lombok meraih skor tertinggi yaitu 70, disusul Aceh. Kedua destinasi unggulan wisata halal ini mempertahankan peringkat yang sama yang diraih pada IMTI 2018. Delapan destinasi lainnya yang turut dinilai dan meraih peringkat 3-10 berturut-turut adalah Riau dan Kepulauan Riau, Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur (Malang) dan sekitarnya, Sulawesi Selatan dan sekitarnya.
“Hasil IMTI 2019 menunjukkan terjadinya peningkatan skor di 10 destinasi wisata unggulan Indonesia,” ujar CEO CrescentRating dan HalalTrip Fazal Bahardeen saat menyampaikan laporan IMTI 2019 di kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Jakarta, kemarin.
Sebagai catatan, pada IMTI 2018, 10 destinasi unggulan mencatatkan skor tertinggi 58 yang juga diraih Lombok. Sedangkan skor terendah adalah Sulawesi Selatan (Makassar dan sekitarnya) sebesar 30 pada IMTI 2018 dan naik menjadi 33 pada IMTI tahun ini.
Menurut Fazal, IMTI 2019 mengacu kepada standar Global Muslim Travel Index (GMTI) yang mengadopsi empat kriteria meliputi Access, Communication, Environment, dan Services (ACES). Masing-masing kriteria terdiri dari tiga komponen. Untuk Access terdiri atas persyaratan visa, konektivitas udata, infrastruktur transportasi. Selanjutnya, Communication mencakup jangkauan, kemudahan berkomunikasi dan ketersediaan akses digital.
“Sedangkan untuk Environment meliputi safety and culture, visitor arrivals, dan enabling climate. Adapun komponen Services terdiri dari core needs (makanan halal dan sarana ibadah), core services (hotel dan bandara), dan unique experiences,” ungkapnya.
Menurut Fazal, ada banyak peluang yang bisa dilihat dari tren peningkatan perjalanan wisatawan mancanegara (wisman) muslim dunia yang diproyeksikan mencapai 230 juta pada 2026. Dia menilai Indonesia juga progresif dalam upaya pengembangan destinasi wisata halal, terlihat dari peringkat GMTI Indonesia yang terus naik dari posisi ke-6 pada 2016 menjadi posisi ke-2 pada tahun lalu.
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, tahun ini pemerintah menargetkan menjadi ranking 1 sebagai destinasi pariwisata halal terbaik dunia versi GMTI. Giri menambahkan, untuk kunjungan wisman muslim tahun ini ditargetkan mencapai 5 juta wisman atau 25% dari target 20 juta wisman. Angka ini tumbuh dari posisi tahun lalu yang diproyeksikan sebanyak 2,6 juta, dengan data realisasi hingga November 2018 mencapai 2,4 juta wisman muslim.
Pengarah Tim Percepatan Wisata Halal Riyanto Sofyan mengatakan, sejak 2015 Kemenpar menggandeng Mastercard dan CrescentRating untuk membuat standar penilaian kinerja wisata halal Indonesia atau IMTI dengan mengacu pada standar global GMTI. Menurut dia, untuk menuju peringkat atas GMTI, Indonesia harus memperbaiki sejumlah hal, diantaranya konektivitas udara dan infrastruktur transportasi.
“Saya kira dua hal itu sudah menunjukan peningkatan signifikan, misalnya terkait peningkatan kapasitas pesawat dan penerbangan langsung. Dari aspek services, sejak ada program percepatan wisata halal dan penghargaan destinasi halal, sudah banyak restoran dan hotel yang bersertifikat halal,” bebernya.
Lebih lanjut Riyanto mengatakan, konsep wisata halal sebetulnya sama seperti wisata pada umumnya, namun terdapat semacam extended services yang sifatnya inklusif. “Konsepnya family friendly tourism yang bisa untuk wisatawan muslim dan non muslim,” tukasnya.
Wisata halal secara global menunjukan pertumbuhan signifikan. Diproyeksikan pengeluaran wisatawan halal tourism mencapai USD274 miliar pada 2023 atau tumbuh di atas 7,6%, sementara pada 2017 jumlah pengeluaran wisatawan muslim dunia mencapai USD177 miliar.
“Rata-rata spending wisman muslim jauh lebih besar. Contohnya wisman asal Saudi Arabia di Indonesia pengeluarannya berkisar USD2000-2500, lebih tinggi dari rata-rata pengeluaran wisman pada umumnya yang sebesar USD1100,” sebutnya.
Sementara itu, sebagai apresiasi bagi destinasi wisata halal unggulan yang terus berbenah, penghargaan IMTI 2019 akan diberikan kepada 10 destinasi wisata halal unggulan yang digelar dalam acara Wonderful Indonesia Halal Tourism Meeting and Conference 2019 di Bidakara Hotel Jakarta, hari ini. (Inda Susanti)
(nfl)