Paparan IMF Saat Ekonomi Dunia Hadapi Masa Sulit

Selasa, 09 April 2019 - 22:31 WIB
Paparan IMF Saat Ekonomi Dunia Hadapi Masa Sulit
Paparan IMF Saat Ekonomi Dunia Hadapi Masa Sulit
A A A
WASHINGTON - Ekonomi global tengah berada pada apa yang disebut oleh Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) sebagai momen yang sulit. Gita Gopinath mengatakan, bahwa meskipun dia tidak memprediksi resesi keuangan global, akan tetapi menurutnya bakal ada banyak risiko penurunan.

IMF telah merilis penilaian reguler tentang Outlook Ekonomi Dunia yang memperkirakan pertumbuhan global sebesar 3,3% tahun ini dan 3,6% pada tahun 2020. Proyeksi pertumbuhan tersebut lebih lambat dari tahun lalu dan untuk 2019 terjadi penurunan peringkat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

Revisi lebih rendah 0,2 poin secara persentase untuk pertumbuhan global telah disampaikan. Beberapa negara-negara maju yang terkena dampak termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris hingga zona euro. Ekonomi Inggris diperkirakan tumbuh 1,2% pada 2019 atau menyusut 0,3% dari perkiraan IMF pada Januari.

Pertumbuhan pada tahun 2020 juga telah direvisi lebih rendah. Revisi khususnya ditandai untuk beberapa negera maju seperti Jerman dan Italia, yang diyakini sudah dalam resesi. IMF juga meramalkan kinerja yang lebih lemah di Amerika Latin, serta di Timur Tengah serta Afrika Utara.

Untuk ekonomi China terdapat revisi kecil, untuk tahun ini sedikit lebih tinggi akan tetapi tidak untuk selanjutnya. Perlambatan pada Negeri Tirai Bambu -julukan China- yang dimulai pada awal dekade ini diperkirakan akan berlanjut.

Pemulihan

Kelemahan dalam ramalan ini mencerminkan perlambatan di akhir tahun 2018, yang diyakini IMF akan berlanjut pada paruh pertama tahun ini. Setelah itu, pertumbuhan harus mengambil lebih banyak langkah, dengan momentum tambahan berlanjut ke tahun depan.

Tapi Gopinath menggambarkan pemulihan itu sebagai sesuatu yang "genting". Dia mengatakan tergantung pada pemulihan di sejumlah negara berkembang yang ditekankan, terutama Turki dan Argentina.

Gopinath juga mengharapkan pemulihan parsial di zona euro. AS bagaimanapun kemungkinan akan melambat lebih lanjut, tumbuh sedikit kurang dari 2% tahun depan karena dampak pemotongan pajak yang diusung Presiden Donald Trump memudar.

Tidak ada sinyal dalam laporan IMF, tentang simpati apa pun terhadap pandangan Presiden Trump bahwa hal utama yang menghambat ekonomi AS adalah kenaikan suku bunga Federal Reserve alias Fed rate selama dua tahun terakhir.

Suar Gangguan


Risiko yang diperingatkan oleh Gopinath, beberapa di antaranya sudah diantisipasi. Pertama, dia menyebutkan adalah kemungkinan bahwa ketegangan perdagangan global dapat menyala kembali dan menyebar ke daerah-daerah baru.

Dia merujuk khususnya pada area di mana Presiden Trump sedang mempertimbangkan tarif baru untuk barang-barang impor. Menurutnya apabila terus bergulir yakni kebijakan tarif bea tinggi bakal dapat menyebabkan "gangguan besar pada rantai pasokan global".

Diterangkan olehnya peningkatan ketegangan perdagangan AS-Cina berkontribusi terhadap perlambatan tahun lalu. Gopinath juga menyebutkan risiko yang terkait dengan Brexit. Perkiraan untuk Inggris didasarkan pada harapan kepergian tanpa gejolak -dengan kesepakatan- dari Uni Eropa akhir tahun ini. Brexit tanpa transaksi akan dibayar lebih mahal.

Risiko lain termasuk kemungkinan memburuknya pasar keuangan, yang mengarah pada biaya pinjaman yang lebih tinggi, termasuk bagi pemerintah. Hal itu meningkatkan kemungkinan apa yang disebutnya loop loop kedaulatan/bank. Ini masalah khusus dalam krisis keuangan kawasan euro, ketika masalah keuangan untuk pemerintah dan bank terus menguat.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9784 seconds (0.1#10.140)