Kemenperin Optimistis Industri Kosmetik Tumbuh 9% Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri komestik dalam negeri agar mampu berdaya saing hingga pasar global. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu pasar produk kosmetik yang cukup potensial sehingga usaha ini menjanjikan bagi produsen yang ingin mengembangkannya.
Sebagai informasi, pada tahun 2017, nilai ekspor produk kosmetik nasional tercatat mencapai USD516,99 juta, naik 16% dibanding tahun 2016 yang sebesar USD470,30 juta.
"Kami menargetkan pada tahun ini,industri kosmetik dapat tumbuh hingga 9%," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Sigit optimistis, pertumbuhan itu didorong oleh permintaan pasar dalam negeri dan ekspor yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini seiring tren masyarakat yang mulai memperhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama.
Kemenperin mencatat, pada tahun 2017, industri kosmetik di Tanah Air mencapai lebih dari 760 perusahaan. Dari total tersebut, sebanyak 95% merupakan sektor industri kecil dan menengah (IKM).
"Dari industri yang skala menengah dan besar, beberapa sudah mengekspor produknya ke negara-negara di ASEAN, Afrika, Timur Tengah dan tujuan lain," katanya.
Sigit menuturkan, Kemenperin sedang fokus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri kosmetik melalui berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektor tersebut. Misalnya, dengan bertransformasi menerapkan teknologi digital untuk menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri seiring era industri 4.0 saat ini.
"Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen, tentu akan memberikan peluang baru guna dapat meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup," paparnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar sehingga bisnisnya prospektif dan menjanjikan. Potensi pasar domestik ini antara lain meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda atau generasi millenial.
"Saat ini, produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai merambah pasar pria dan anak-anak," terangnya.
Potensi lainnya adalah tren masyarakat untuk menggunakan produk alami sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali. Airlangga meyakini, dari aspek bahan baku, Indonesia memiliki keunggulan melalui keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut."Jadi, perlu proses ekstraksi lagi untuk bahan baku kita. Misalnya lidah buaya bisa menghasilkan kolagen dan ada essential oil, yang saat ini masih impor," ucapnya.
Airlangga menambahkan, di negara-negara ASEAN sudah mulai fokus mengembangkan potensi wellness industry, yang meliputi industri farmasi, herbal, dan kosmetik. "Maka kita juga tidak boleh ketinggalan. Kita bersaing dengan market leader di Asia, yaitu Korea. Pada saat yang sama, Thailand juga tengah melakukan pengembangan industri di sektor-sektor tersebut," jelasnya.
Sebagai informasi, pada tahun 2017, nilai ekspor produk kosmetik nasional tercatat mencapai USD516,99 juta, naik 16% dibanding tahun 2016 yang sebesar USD470,30 juta.
"Kami menargetkan pada tahun ini,industri kosmetik dapat tumbuh hingga 9%," kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Rabu (10/4/2019).
Sigit optimistis, pertumbuhan itu didorong oleh permintaan pasar dalam negeri dan ekspor yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini seiring tren masyarakat yang mulai memperhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama.
Kemenperin mencatat, pada tahun 2017, industri kosmetik di Tanah Air mencapai lebih dari 760 perusahaan. Dari total tersebut, sebanyak 95% merupakan sektor industri kecil dan menengah (IKM).
"Dari industri yang skala menengah dan besar, beberapa sudah mengekspor produknya ke negara-negara di ASEAN, Afrika, Timur Tengah dan tujuan lain," katanya.
Sigit menuturkan, Kemenperin sedang fokus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri kosmetik melalui berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat struktur sektor tersebut. Misalnya, dengan bertransformasi menerapkan teknologi digital untuk menciptakan nilai tambah tinggi di dalam negeri seiring era industri 4.0 saat ini.
"Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi ke tingkat konsumen, tentu akan memberikan peluang baru guna dapat meningkatkan daya saing industri dengan adanya perubahan selera konsumen dan perubahan gaya hidup," paparnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar sehingga bisnisnya prospektif dan menjanjikan. Potensi pasar domestik ini antara lain meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda atau generasi millenial.
"Saat ini, produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai merambah pasar pria dan anak-anak," terangnya.
Potensi lainnya adalah tren masyarakat untuk menggunakan produk alami sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali. Airlangga meyakini, dari aspek bahan baku, Indonesia memiliki keunggulan melalui keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut."Jadi, perlu proses ekstraksi lagi untuk bahan baku kita. Misalnya lidah buaya bisa menghasilkan kolagen dan ada essential oil, yang saat ini masih impor," ucapnya.
Airlangga menambahkan, di negara-negara ASEAN sudah mulai fokus mengembangkan potensi wellness industry, yang meliputi industri farmasi, herbal, dan kosmetik. "Maka kita juga tidak boleh ketinggalan. Kita bersaing dengan market leader di Asia, yaitu Korea. Pada saat yang sama, Thailand juga tengah melakukan pengembangan industri di sektor-sektor tersebut," jelasnya.
(fjo)