UMKM Harapan dan Peluang Kerja Bagi Masyarakat Bali

Senin, 15 April 2019 - 22:14 WIB
UMKM Harapan dan Peluang Kerja Bagi Masyarakat Bali
UMKM Harapan dan Peluang Kerja Bagi Masyarakat Bali
A A A
JAKARTA - Perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir terus berkendala, di antaranya dipicu oleh anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Catatan hari ini saja, kurs BI masih berkisar di angka Rp14.082-Rp14.224 per USD.

Hal ini menyebabkan giat ekonomi di sektor industri lesu, bahkan memaksa pengusaha melepaskan tenaga kerjanya. Jumlah pengangguran pun bertambah. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2018, ada sebanyak 5,43% penduduk atau setara dengan 7,001 juta orang yang menganggur.

Kondisi menjadi berat lagi, karena ketiadaan lapangan kerja. Alhasil, daya beli masyarakat menjadi lemah, permintaan terhadap barang menurun yang membuat produsen mengurangi jumlah produksinya, dan pada akhirnya kualitas hidup masyarakat ikut turun. Mereka pun rentan terhadap kemiskinan. Bappenas sendiri menyatakan, sampai 2017, masih ada sekitar 69 juta masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan miskin.

Temuan lain adalah kelesuan di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Mereka tidak secemerlang dulu, di mana giat UMKM itu mampu menyelamatkan ekonomi Indonesia saat terjadi krisis moneter pada 1998. Sangat miris, apabila kondisi ini dibiarkan tanpa solusi, karena hampir 98% kegiatan ekonomi masyarakat di sektor UMKM.

"Untuk menyelamatkan perekonomian masyarakat, utamanya kita mesti menghidupkan kondisi yang kondusif untuk masyarakat kembali bersemangat membangun usaha," ujar Indra Uno, pakar di bidang kewirausahaan, yang terpanggil untuk memberikan pelatihan dan pendampingan, baik kepada warga pelaku wirausaha maupun yang belum pernah terjun ke dunia usaha. Karenanya, ia berbagi pengalaman dan ilmu wirausaha yang dimilikinya kepada warga masyarakat di Tanah Air.

Dari berkeliling Indonesia itu, Indra menemukan problema serupa dan merata pada kalangan pelaku UMKM. Sebut saja, mulai dari lesunya pemasaran, tingginya harga bahan produksi, masalah perizinan sampai terbatasnya akses permodalan. Sejatinya, hemat Indra lagi, pelaku UMKM ini punya keterampilan memadai, hasil produksi yang punya celah untuk dikembangkan, bahkan didorong untuk memasuki pasar dunia.

"Yang dibutuhkan pelaku UMKM tersebut adalah solusi, jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Bagaimana dapat mendongkrak pemasaran, bagaimana meningkatkan pricing sementara harga bahan produksi selangit. Bagaimana meningkatkan kualitas dan nilai tambah produksi agar bisa bersaing di pasar," urai Indra di hadapan para ibu usahawan kuliner, pengrajin emas, perak dan aluminium yang telah merintis usaha mereka di Denpasar, Bali.

Untuk membantu mengentaskan pelaku UMKM dari kesulitan, ditambahkan Indra, adalah dengan memberikan mereka pelatihan dan pendampingan dari ahli terkait. Mereka mengerjakan giat usaha mereka di bawah pendampingan secara langsung. Jadi, mereka bisa memetik ilmu dari kesalahan atau kegagalan yang dibuat. Expert by practicing. Di samping juga bisa mendapatkan tips dan jurus-jurus sukses dari para pelatih dan pendamping.

"Selain itu tak kalah pentingnya adalah membangun jaringan atau komunitas agar saling menguatkan. Satu ada yang mengalami kesulitan, yang lain bisa membantu. Satu sama lain juga bisa saling memberi informasi, bahkan bertukar peluang sehingga semuanya sama-sama maju. Terlebih dengan berkumpul, para anggota dapat menjalin silaturahim. Banyak sekali manfaatnya, yang pasti, siapa yang menjaga silaturahim, maka umurnya akan dipanjangkan dan rejekinya akan ditambah. Siapa yang mau?" Indra bertanya, yang disambut dengan tepuk tangan riuh dari para hadirin.

Aplikasi Teknologi Komunikasi
Zaman telah beralih ke Era Teknologi sekarang ini. Gadget dengan segala fitur menariknya dan teknologi informasi yang ada sangat bisa untuk mengatasi sepinya pemasaran. Seperti dikeluhkan oleh pelaku industri rumahan kue brownies di Munding Kute Utara, lalu ke UMKM roti cubit di Kepaon, sampai sepinya order jasa sopir dan pedagang kue musiman serta minimnya pembeli kerang dan kerupuk ikan di Pulau Serangan, Denpasar, Bali.

Kepada mereka, saran untuk meningkatkan pemasaran ada banyak cara. Dari yang sederhana, misalnya membuat sticker lengkap bertuliskan alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Dari sticker tersebut, info tentang kue brownies tersebut, roti cubit maupun penjualan kerang dan kerupuk ikan akan tersebar ke masyarakat luas.

Dari hasil penjualan yang banyak pada satu waktu akan bisa menutupi penjualan yang sedang sepi. Semua itu diatur dalam catatan keuangan yang rapi dan benar. Selain itu, Indra juga menambahkan kiat kekinian dalam pemasaran, yakni memanfaatkan teknologi informasi berupa aplikasi online. "Semua itu ilmu nyata, jadi bisa dipelajari pada saat pelatihan dan pendampingan," ujarnya.

Para Milenials, Ayo Berwirausaha, Mulai Ciptakan Lapangan Kerja!
Dalam kesempatan lain, Indra Cahya Uno mementingkan diri menemui kaum milenials berusia produktif yang seharusnya mengisi lapangan kerja. Namun, minimnya lapangan kerja sekarang ini, disampaikannya, kaum muda harus gesit bertindak. Segera mulai usaha untuk menolong diri sendiri agar mandiri secara ekonomi.

Indonesia, termasuk Bali memiliki banyak sekali kekayaan alam maupun kearifan lokal yang dapat dikelola menjadi sumber penghasilan yang bagus. Generasi muda belum punya usaha atau pun pengalaman berwirausaha, bisa mengikuti pelatihan dan pembinaan dasar wirausaha, lalu melihat sektor industri rumahan maupun UMKM yang ada di sekitar.

"Dengan begitu, wawasan akan terbuka luas. Jadi, sebagai generasi muda jangan pasif menunggu peluang kerja datang, melainkan ciptakan sendiri usaha itu. Dengan pelatihan dan pendampingan, wirausaha teman-teman akan maju, bahkan bisa menciptakan lapangan kerja, membantu saudara-saudara kita yang menganggur. Kualitas hidup kita meningkat, sekaligus mengajak orang di sekitar sejahtera dan bahagia," ujarnya, Senin (15/4/2019).
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7943 seconds (0.1#10.140)