Menko Luhut Soroti Masalah Sampah Bisa Kurangi Kunjungan Wisman
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan mengundang berbagai pemangku kepentingan yang berasal dari kalangan pemerintah, komunitas dan influencer media sosial untuk mendukung kampanye nasional Indonesia Bersih di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jakarta. Pertemuan dengan para pemangku kepentingan ini merupakan upaya untuk melibatkan masyarakat dalam aksi nyata mendukung Gerakan Nasional Indonesia Bersih yang bakal digelar bertepatan dengan car free day di kawasan Thamrin.
“Jadi saya minta kepada teman-teman, adik-adik sekalian jadi apapun yang kita buat, kalau sampah masih bertebaran ngga ada proses akhir itu akan repot,” ujar Menko Luhut di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, Menko Luhut meminta agar masyarakat dan pemerintah mulai dari level sekolah dasar hingga menengah. “Itu yang kita budayakan. Mulainya darimana? Yang paling elok ya mulai dari kindergarten TK, SD, SMP dan SMA,” jelasnya
Di sisi lain, Menko Luhut mengatakan pemerintah sedang melakukan proses harmonisasi perundang-undangan mengenai sampah. Pasalnya, sampah bisa mengurangi wisatawan asing. “Dalam ratas hari ini, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa dirinya ingin kabinet kerja bekerja maksimal hingga tahun terakhir, antara lain dengan melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih termasuk mengenai sampah,” terang dia.
Dia berharap apabila peraturan sudah diharmonisasi maka satu peraturan dapat diberlakukan di semua daerah. “Sehingga bisa one for all tidak lagi terjadi seperti yang sekarang ini,” tambah dia.
Hal ini, lanjut Menko Luhut, karena masalah sampah dapat memiliki dampak luar biasa pada banyak hal termasuk pada sektor pariwisata. Dia lantas mencontohkan banyaknya sampah yang berada di bibir pantai Labuan Bajo, salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. “Kalau lokasinya banyak sampah, turis ngga akan mau datang,” keluhnya.
Pemerintah, tambah Menko Luhut, kini sedang membuat kebijakan dan implementasi kebijakan yang paralel. “Jadi saya minta kepada teman-teman, adik-adik sekalian apapun yang kita buat, kalau sampah masih bertebaran ngga ada proses akhir itu akan repot seperti Bali itu kan ada Suwung. Tapi pertanyaan berikutnya kalau semua ke Suwung bawa ke jalannya akan repot,” tandasnya.
“Jadi saya minta kepada teman-teman, adik-adik sekalian jadi apapun yang kita buat, kalau sampah masih bertebaran ngga ada proses akhir itu akan repot,” ujar Menko Luhut di Jakarta, Selasa (23/4/2019).
Untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, Menko Luhut meminta agar masyarakat dan pemerintah mulai dari level sekolah dasar hingga menengah. “Itu yang kita budayakan. Mulainya darimana? Yang paling elok ya mulai dari kindergarten TK, SD, SMP dan SMA,” jelasnya
Di sisi lain, Menko Luhut mengatakan pemerintah sedang melakukan proses harmonisasi perundang-undangan mengenai sampah. Pasalnya, sampah bisa mengurangi wisatawan asing. “Dalam ratas hari ini, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa dirinya ingin kabinet kerja bekerja maksimal hingga tahun terakhir, antara lain dengan melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih termasuk mengenai sampah,” terang dia.
Dia berharap apabila peraturan sudah diharmonisasi maka satu peraturan dapat diberlakukan di semua daerah. “Sehingga bisa one for all tidak lagi terjadi seperti yang sekarang ini,” tambah dia.
Hal ini, lanjut Menko Luhut, karena masalah sampah dapat memiliki dampak luar biasa pada banyak hal termasuk pada sektor pariwisata. Dia lantas mencontohkan banyaknya sampah yang berada di bibir pantai Labuan Bajo, salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. “Kalau lokasinya banyak sampah, turis ngga akan mau datang,” keluhnya.
Pemerintah, tambah Menko Luhut, kini sedang membuat kebijakan dan implementasi kebijakan yang paralel. “Jadi saya minta kepada teman-teman, adik-adik sekalian apapun yang kita buat, kalau sampah masih bertebaran ngga ada proses akhir itu akan repot seperti Bali itu kan ada Suwung. Tapi pertanyaan berikutnya kalau semua ke Suwung bawa ke jalannya akan repot,” tandasnya.
(akr)