Harga Minyak Turun Karena OPEC Setuju dengan Permintaan Trump
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah turun pada Selasa (30/4/2019) karena kenaikan produksi dari Amerika Serikat dan OPEC setuju dengan permintaan Presiden AS, Donald Trump, untuk mengimbangi kekurangan pasokan akibat sanksi AS terhadap Iran.
Selain itu, para pedagang mengatakan data manufaktur China di bulan April sebesar 50,2, lebih rendah dari Maret sebesar 50,8, ikut membebani harga. Melambatnya ekonomi terbesar di Asia itu akan mengurangi permintaan terhadap minyak.
Melansir dari Reuters, harga minyak Brent International turun 29 sen atau 0,4% menjadi USD71,75 per barel pada pukul 01:31 GMT. Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen atau 0,2% menjadi USD63,35 per barel.
Sebelumnya, harga minyak telah melonjak 40% sepanjang Januari hingga April, terangkat oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.
Namun, pada awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump secara terbuka menekan OPEC dan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak mereka, demi memenuhi kekurangan pasokan akibat sanksi terhadap Iran dan Venezuela.
Kepala Perdagangan di SPI Asset Management, Stephen Innes, menerangkan OPEC sepertinya akan memenuhi permintaan Trump. Karena harga minyak yang terlalu melonjak akan memicu kehancuran permintaan disaat perlambatan ekonomi global. "Jadi ini merupakan kepentingan terbaik OPEC untuk mempertahankan harga di level yang saat ini sudah kuat," terangnya.
Akibat sanksi AS, Bank of America Merrill Lynch mengatakan produksi minyak Iran akan turun menjadi 1,9 juta barel per hari pada semester II 2019. Turun drastis dibanding pada kuartal III 2018 yang mencapai 3,6 juta barel.
Sementara itu, AS terus meningkatkan produksi minyak. Saat ini, produksi minyak AS telah mencapai 12 juta barel per hari, lebih tinggi 2 juta barel per hari dibandingkan tahun lalu. Dan ekspor minyak AS telah melampaui 3 juta barel per hari, merupakan pertama kalinya di awal 2019.
Selain itu, para pedagang mengatakan data manufaktur China di bulan April sebesar 50,2, lebih rendah dari Maret sebesar 50,8, ikut membebani harga. Melambatnya ekonomi terbesar di Asia itu akan mengurangi permintaan terhadap minyak.
Melansir dari Reuters, harga minyak Brent International turun 29 sen atau 0,4% menjadi USD71,75 per barel pada pukul 01:31 GMT. Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 15 sen atau 0,2% menjadi USD63,35 per barel.
Sebelumnya, harga minyak telah melonjak 40% sepanjang Januari hingga April, terangkat oleh pemotongan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.
Namun, pada awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump secara terbuka menekan OPEC dan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak mereka, demi memenuhi kekurangan pasokan akibat sanksi terhadap Iran dan Venezuela.
Kepala Perdagangan di SPI Asset Management, Stephen Innes, menerangkan OPEC sepertinya akan memenuhi permintaan Trump. Karena harga minyak yang terlalu melonjak akan memicu kehancuran permintaan disaat perlambatan ekonomi global. "Jadi ini merupakan kepentingan terbaik OPEC untuk mempertahankan harga di level yang saat ini sudah kuat," terangnya.
Akibat sanksi AS, Bank of America Merrill Lynch mengatakan produksi minyak Iran akan turun menjadi 1,9 juta barel per hari pada semester II 2019. Turun drastis dibanding pada kuartal III 2018 yang mencapai 3,6 juta barel.
Sementara itu, AS terus meningkatkan produksi minyak. Saat ini, produksi minyak AS telah mencapai 12 juta barel per hari, lebih tinggi 2 juta barel per hari dibandingkan tahun lalu. Dan ekspor minyak AS telah melampaui 3 juta barel per hari, merupakan pertama kalinya di awal 2019.
(ven)