Optimistis Laba Tembus Rp600 M, Saham PP Presisi Direkomendasikan Beli
A
A
A
JAKARTA - Manajemen PT PP Presisi Tbk (PPRE) menargetkan laba bersih mencapai Rp600 miliar sepanjang tahun ini. Kalangan analis optimistis, target laba tersebut bisa terealisasi.
Menurut Reza Priyambada, Senior Adviser CSA Research Institute, PPRE harus bisa menjaga momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai pada kuartal I 2019, agar terus berlanjut pada kuartal-kuartal berikutnya.
"Bisa saja, dimungkinkan tercapai target laba Rp600 miliar. Dengan asumsi pertumbuhan tinggi tersebut dapat terjaga di sejumlah kuartal lainnya yang juga didukung oleh perolehan pendapatannya," ujar Reza, di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Seiring tingginya target laba Perseroan, secara otomatis kata Reza, earning per share (EPS) PPRE akan meningkat. Untuk itu, kepada para investor, Reza merekomendasikan beli saham PPRE. "Kalau melihat target tersebut, maka PPRE dapat direkomendasikan untuk beli," terang Reza.
Untuk mencapai target pertumbuhan pendapatan dan laba, sebelumnya Benny Pidakso, Direktur Keuangan PPRE pernah mengatakan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) selaku induk akan memberikan kontrak lebih banyak ke Perseroan. "Jadi terkendali. PTPP akan memberikan kontrak tambahan untuk dikerjakan PPRE sebesar Rp3 triliun di 2019. Itu kontrak tambahan diluar RKAP awal," jelasnya.
Pada kuartal I 2019, PPRE berhasil membukukan peningkatan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 54,6% menjadi Rp92,2 miliar dibandingkan Rp59,6 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Benny, kenaikan laba secara tajam ini menambah keyakinan manajemen akan mampu mencapai target laba lebih dari Rp600 miliar tahun ini. "Sehingga EPS PPRE di tahun 2019 menjadi Rp60 per saham," ujarnya.
Adapun marjin laba PPRE pada kuartal I 2019 tercatat melonjak menjadi 11,65% dibandingkan 9,55% pada periode yang sama tahun 2018. Kenaikan marjin laba PPRE lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Benny mengatakan, pertumbuhan laba perusahaan kontraktor yang fokus ke pekerjaan sipil dan struktur bangunan itu, antara lain ditopang oleh peningkatan pendapatan. Pada kuartal I 2019, PPRE meraih pendapatan sebesar Rp867 miliar, melejit 39% dibandingkan Rp623,6 miliar pada kuartal I 2018.
Peningkatan pendapatan anak usaha PTPPl itu, berasal dari order book yang sedang dikerjakan senilai Rp12,8 triliun. Order book ini terdiri dari kontrak baru PPRE per Maret 2019 sebesar Rp1,61 triliun dan carry over tahun 2018 sekitar Rp11,2 triliun. "Sebagian besar pendapatan atau lebih dari 80%, berasal dari segmen konstruksi. Sisanya adalah dari persewaan peralatan dan ready mix," terang Benny.
Jika ditinjau dari sisi geografis, lanjut dia, pendapatan terbesar PPRE dikontribusikan oleh wilayah Sumatera. Di kawasan tersebut, PPRE diantaranya sedang mengerjakan proyek bendungan Way Sekampung dan Formwork Pollux Batam. Sementara itu, tahun 2019, PPRE menargetkan pendapatan sebesar Rp4,2 triliun. Angka ini naik 37,6% dibandingkan realisasi pendapatan Perseroan sepanjang tahun 2018.
Menurut Reza Priyambada, Senior Adviser CSA Research Institute, PPRE harus bisa menjaga momentum pertumbuhan kinerja yang berhasil dicapai pada kuartal I 2019, agar terus berlanjut pada kuartal-kuartal berikutnya.
"Bisa saja, dimungkinkan tercapai target laba Rp600 miliar. Dengan asumsi pertumbuhan tinggi tersebut dapat terjaga di sejumlah kuartal lainnya yang juga didukung oleh perolehan pendapatannya," ujar Reza, di Jakarta, Selasa (7/5/2019).
Seiring tingginya target laba Perseroan, secara otomatis kata Reza, earning per share (EPS) PPRE akan meningkat. Untuk itu, kepada para investor, Reza merekomendasikan beli saham PPRE. "Kalau melihat target tersebut, maka PPRE dapat direkomendasikan untuk beli," terang Reza.
Untuk mencapai target pertumbuhan pendapatan dan laba, sebelumnya Benny Pidakso, Direktur Keuangan PPRE pernah mengatakan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) selaku induk akan memberikan kontrak lebih banyak ke Perseroan. "Jadi terkendali. PTPP akan memberikan kontrak tambahan untuk dikerjakan PPRE sebesar Rp3 triliun di 2019. Itu kontrak tambahan diluar RKAP awal," jelasnya.
Pada kuartal I 2019, PPRE berhasil membukukan peningkatan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 54,6% menjadi Rp92,2 miliar dibandingkan Rp59,6 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Benny, kenaikan laba secara tajam ini menambah keyakinan manajemen akan mampu mencapai target laba lebih dari Rp600 miliar tahun ini. "Sehingga EPS PPRE di tahun 2019 menjadi Rp60 per saham," ujarnya.
Adapun marjin laba PPRE pada kuartal I 2019 tercatat melonjak menjadi 11,65% dibandingkan 9,55% pada periode yang sama tahun 2018. Kenaikan marjin laba PPRE lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Benny mengatakan, pertumbuhan laba perusahaan kontraktor yang fokus ke pekerjaan sipil dan struktur bangunan itu, antara lain ditopang oleh peningkatan pendapatan. Pada kuartal I 2019, PPRE meraih pendapatan sebesar Rp867 miliar, melejit 39% dibandingkan Rp623,6 miliar pada kuartal I 2018.
Peningkatan pendapatan anak usaha PTPPl itu, berasal dari order book yang sedang dikerjakan senilai Rp12,8 triliun. Order book ini terdiri dari kontrak baru PPRE per Maret 2019 sebesar Rp1,61 triliun dan carry over tahun 2018 sekitar Rp11,2 triliun. "Sebagian besar pendapatan atau lebih dari 80%, berasal dari segmen konstruksi. Sisanya adalah dari persewaan peralatan dan ready mix," terang Benny.
Jika ditinjau dari sisi geografis, lanjut dia, pendapatan terbesar PPRE dikontribusikan oleh wilayah Sumatera. Di kawasan tersebut, PPRE diantaranya sedang mengerjakan proyek bendungan Way Sekampung dan Formwork Pollux Batam. Sementara itu, tahun 2019, PPRE menargetkan pendapatan sebesar Rp4,2 triliun. Angka ini naik 37,6% dibandingkan realisasi pendapatan Perseroan sepanjang tahun 2018.
(akr)