Pemerintah Pastikan Pasokan Bahan Pangan Aman Terkendali saat Lebaran
A
A
A
JAKARTA - Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian memastikan pasokan bahan pangan selama Ramadhan dan jelang Lebaran, aman dan harganya pun tidak akan menekan konsumen meski ada kenaikan.
Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi, menegaskan jaminan ini karena adanya surplus pasokan bahan pangan selama Januari sampai Juni 2019, yang membuat berbagai bahan pangan selama periode tersebut tidak ada yang naik. Khususnya menjelang maupun saat Ramadhan dan Lebaran.
"Pasokan pangan dari periode Januari hingga Juni 2019 mengalami surplus sehingga enggak ada yang naik harga. Mana ada yang naik," tegas Agung dalam diskusi publik bertema Pengendalian Bahan Pangan yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Gedung Serbaguna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (13/5/2019).
Berdasarkan data yang dia miliki, secara rinci disebutkan bahwa 12 bahan pangan pokok mengalami surplus. Misalnya beras surplus sebesar 12,98 juta ton lantaran perkiraan ketersediaan beras saat ini 27,99 juta ton. Sementara perkiraan kebutuhan 15,01 juta ton.
Begitu juga bawang merah yang surplus 83,9 ribu ton karena ketersediaan sebesar 753,9 ribu ton dan kebutuhan 670 ribu ton. Sementara untuk bawang putih juga surplus sebesar 30 ribu ton lantaran ketersediaan 270 ribu ton sementara kebutuhan 240 ribu ton. "Alhamdulillah, pasokan ketersediaan kita dibanding kebutuhan ini surplus," ucap Agung.
Namun begitu, Agung mengakui untuk komoditas bawang merah dan cabai merah pada saat menjelang Ramadhan memang terjadi kenaikan harga akibat masa panen yang baru terjadi pada Mei 2019. Namun setelah itu, harga kembali stabil.
"April ada kenaikan bawang merah, cabai merah, iya. Karena musim panen Mei, sekarang sudah panen, Mei-Juni hampir 200.000 ton dengan konsumsi 150.000 ton, jadi ini over. Bawang merah itu sekarang panen 250.000," tukasnya.
Dikatakan Agung, pihaknya telah berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga lain sehingga keberadaan pangan di pasar aman terkendali. Bulan Ramadhan dan Lebaran merupakan peristiwa tahunan yang sudah diprediksi.
Karena itu, Kementan bekerjasama dengan instansi kementerian terkait berupaya untuk menjaga pasokan bahan pangan dengan menyiapkannya empat hingga enam bulan sebelumnya.
Adapun, terkait harga bawang putih, Agung menegaskan, karena selama ini diperoleh dari hasil impor yang mencapai 90% dari total kebutuhan. Namun dipastikannya, tahun 2021, Indonesia mampu swasembada bawang putih.
"Kita targetkan swasembada 2021. Mekanismenya 600 ribu ton kebutuhan setahun bisa dipenuhi dengan luas wilayah 6.000 hektar, produktivitas 10 ribu ton per hektar. Hari ini baru 20 ribu hektar produksinya jadi kita gunakan benih seluruhnya," terang Agung.
"Karena untuk menghasilkan 10 ribu ton per hektar yang dibutuhkan dua kali lipat. Jadi kita siapkan pembenihan sehingga kita harapkan 2021 bisa terpenuhi. Maka importir sekarang dikenakan wajib tanam 5%," lanjutnya.
Selain itu, Kementan juga menjalin kerjasama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memperlancar angkutan logistik untuk kebutuhan selama bulan puasa. Dengan demikian diharapkan harga harga kebutuhan pokok yang diperlukan selama Ramadhan dan Lebaran menjadi stabil.
"Insya Allah aman terkendali dan stabil. Harganya pun tidak sampai menekan dan merugikan konsumen, dan tahun ini tidak ada gejolak harga yang berlebihan, memang sempat naik sedikit untuk komoditas cabai di bulan April, karena belum panen," papar Agung.
Sementara itu, dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdalifah Mahmud mengungkapkan bahwa pemerintah sudah menyiapkan antisipasi ketika harga dan konsumsi bahan pokok meningkat saat puasa hingga Lebaran. Dihitung setiap kali puasa, terjadi peningkatan konsumsi hingga 20%.
Musdalifah mengatakan, sebenarnya perayaan puasa dan Lebaran sesuatu yang rutin. Artinya, setiap kali ada perayaan hari raya seperti ini, pemerintah saling koordinasi untuk menyiapkan stok karena jumlah permintaan seperti cabai, bawang merah, daging dan lain-lainnya meningkat.
"Untuk hal ini kita koordinasi dengan berbagai direktorat jenderal terkait pangan. Kita lakukan untuk mencukupi, karena saat Ramadhan terjadi peningkatan konsumsi 10%-20%, baik telur, daging hingga cabai," tuturnya.
Untuk pasokan, lanjutnya, Kemenko Perekonomian berkoordinasi dengan Perum Bulog. Misalnya terkait pasokan beras, berapa jumlah yang ada di Bulog. "Kita antisipasi tahun ini pasti aman. Bulog stok 1,9 juta ton, lalu masuk musim panen raya juga. Bulog bisa menyerap semaksimal mungkin," kata dia.
Kemudian dalam mengantisipasi lonjakan permintaan cabai, bawang merah dan lainnya dikoordinasikan dengan Direktorat Jenderal Hortikultura. Hal ini diantisipasi dengan melakukan tambahan penanaman empat bulan sebelum puasa.
"Kemudian distribusi juga diantisipasi dengan Kemendag. Meskipun kita produsen beras terbesar tapi ada daerah yang belum surplus. Nah kita yakinkan distribusi ini lancar," ungkapnya.
Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi, menegaskan jaminan ini karena adanya surplus pasokan bahan pangan selama Januari sampai Juni 2019, yang membuat berbagai bahan pangan selama periode tersebut tidak ada yang naik. Khususnya menjelang maupun saat Ramadhan dan Lebaran.
"Pasokan pangan dari periode Januari hingga Juni 2019 mengalami surplus sehingga enggak ada yang naik harga. Mana ada yang naik," tegas Agung dalam diskusi publik bertema Pengendalian Bahan Pangan yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Gedung Serbaguna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (13/5/2019).
Berdasarkan data yang dia miliki, secara rinci disebutkan bahwa 12 bahan pangan pokok mengalami surplus. Misalnya beras surplus sebesar 12,98 juta ton lantaran perkiraan ketersediaan beras saat ini 27,99 juta ton. Sementara perkiraan kebutuhan 15,01 juta ton.
Begitu juga bawang merah yang surplus 83,9 ribu ton karena ketersediaan sebesar 753,9 ribu ton dan kebutuhan 670 ribu ton. Sementara untuk bawang putih juga surplus sebesar 30 ribu ton lantaran ketersediaan 270 ribu ton sementara kebutuhan 240 ribu ton. "Alhamdulillah, pasokan ketersediaan kita dibanding kebutuhan ini surplus," ucap Agung.
Namun begitu, Agung mengakui untuk komoditas bawang merah dan cabai merah pada saat menjelang Ramadhan memang terjadi kenaikan harga akibat masa panen yang baru terjadi pada Mei 2019. Namun setelah itu, harga kembali stabil.
"April ada kenaikan bawang merah, cabai merah, iya. Karena musim panen Mei, sekarang sudah panen, Mei-Juni hampir 200.000 ton dengan konsumsi 150.000 ton, jadi ini over. Bawang merah itu sekarang panen 250.000," tukasnya.
Dikatakan Agung, pihaknya telah berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga lain sehingga keberadaan pangan di pasar aman terkendali. Bulan Ramadhan dan Lebaran merupakan peristiwa tahunan yang sudah diprediksi.
Karena itu, Kementan bekerjasama dengan instansi kementerian terkait berupaya untuk menjaga pasokan bahan pangan dengan menyiapkannya empat hingga enam bulan sebelumnya.
Adapun, terkait harga bawang putih, Agung menegaskan, karena selama ini diperoleh dari hasil impor yang mencapai 90% dari total kebutuhan. Namun dipastikannya, tahun 2021, Indonesia mampu swasembada bawang putih.
"Kita targetkan swasembada 2021. Mekanismenya 600 ribu ton kebutuhan setahun bisa dipenuhi dengan luas wilayah 6.000 hektar, produktivitas 10 ribu ton per hektar. Hari ini baru 20 ribu hektar produksinya jadi kita gunakan benih seluruhnya," terang Agung.
"Karena untuk menghasilkan 10 ribu ton per hektar yang dibutuhkan dua kali lipat. Jadi kita siapkan pembenihan sehingga kita harapkan 2021 bisa terpenuhi. Maka importir sekarang dikenakan wajib tanam 5%," lanjutnya.
Selain itu, Kementan juga menjalin kerjasama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memperlancar angkutan logistik untuk kebutuhan selama bulan puasa. Dengan demikian diharapkan harga harga kebutuhan pokok yang diperlukan selama Ramadhan dan Lebaran menjadi stabil.
"Insya Allah aman terkendali dan stabil. Harganya pun tidak sampai menekan dan merugikan konsumen, dan tahun ini tidak ada gejolak harga yang berlebihan, memang sempat naik sedikit untuk komoditas cabai di bulan April, karena belum panen," papar Agung.
Sementara itu, dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdalifah Mahmud mengungkapkan bahwa pemerintah sudah menyiapkan antisipasi ketika harga dan konsumsi bahan pokok meningkat saat puasa hingga Lebaran. Dihitung setiap kali puasa, terjadi peningkatan konsumsi hingga 20%.
Musdalifah mengatakan, sebenarnya perayaan puasa dan Lebaran sesuatu yang rutin. Artinya, setiap kali ada perayaan hari raya seperti ini, pemerintah saling koordinasi untuk menyiapkan stok karena jumlah permintaan seperti cabai, bawang merah, daging dan lain-lainnya meningkat.
"Untuk hal ini kita koordinasi dengan berbagai direktorat jenderal terkait pangan. Kita lakukan untuk mencukupi, karena saat Ramadhan terjadi peningkatan konsumsi 10%-20%, baik telur, daging hingga cabai," tuturnya.
Untuk pasokan, lanjutnya, Kemenko Perekonomian berkoordinasi dengan Perum Bulog. Misalnya terkait pasokan beras, berapa jumlah yang ada di Bulog. "Kita antisipasi tahun ini pasti aman. Bulog stok 1,9 juta ton, lalu masuk musim panen raya juga. Bulog bisa menyerap semaksimal mungkin," kata dia.
Kemudian dalam mengantisipasi lonjakan permintaan cabai, bawang merah dan lainnya dikoordinasikan dengan Direktorat Jenderal Hortikultura. Hal ini diantisipasi dengan melakukan tambahan penanaman empat bulan sebelum puasa.
"Kemudian distribusi juga diantisipasi dengan Kemendag. Meskipun kita produsen beras terbesar tapi ada daerah yang belum surplus. Nah kita yakinkan distribusi ini lancar," ungkapnya.
(ven)